Wanita yang pernah dilihatnya dalam sebuah foto. Tasya tahu wanita di hadapannya ini ialah ibu dari seorang lelaki yang pernah dicintainya di masa lalu. Tadi beliau mengatakan akan menunggu anak perempuannya. Haruskah Tasya menawarkan diri untuk menemani beliau sebentar?
"Saya... temani ya Bu, sampai anak Ibu dateng."
"Iya." angguknya seraya tersenyum lagi. "Oh ya, namamu siapa?"
"Saya... Tasya."
"Saya Linda" seraya menyodorkan tangannya kepada Tasya untuk dapat berjabatan.
Sepuluh menit kemudian, hadir seorang wanita lagi di tengah mereka. Dan lagi-lagi dalam hati Tasya berkecamuk. Wanita yang ini pun pernah dilihatnya juga dalam sebuah foto, yang pernah ditunjukkan lelaki itu dulu. Yang diakui sebagai adik perempuannya.
Bu Linda mengenalkan Tasya kepada Luna, anaknya. Beliau juga bercerita perihal kejadian tadi, mengapa Tasya sampai harus membantu dirinya untuk menuruni anak tangga. Tanpa banyak berbincang lagi, mereka berpisah. Namun tak lupa, Bu Linda mengajak Tasya bertukar nomor ponsel.
Satu bulan berlalu sejak hari itu. Suatu hari di penghujung Jumat sore, ponsel Tasya berdering. Lantas ia segera menjawab panggilan itu.
"Sore Tasya, besok ada acara ngga ya? Makan malam di rumah Ibu, bisa?"
"Makan di rumah Ibu? Besok?"
"Iya nak, bisa? Atau sudah ada acara ya? Sebagai rasa terima kasih Ibu waktu itu. Ibu pingin undang Tasya ke rumah."