Tampaknya ia agak kesulitan mengaitkan peniti name tag itu di seragam kokinya. Hingga tibalah Hendra, pemilik restoran itu hadir di hadapan mereka bersama seorang lelaki yang wajahnya tentu masih asing bagi para tim dapur, kecuali Hana.
Hendra menepuk tangan meminta perhatian semua tim dapur. Dan saat itu juga, Hana yang masih tersenyum setelah berhasil memasang name tagnya, lantas mendongak untuk memandang ke depan. Dan senyumnya perlahan pudar.
"Pagi semuanya, saya mau kenalin ini manajer kita yang baru. Namanya Pak Aditia."
Sementara lelaki yang berdiri di samping Hendra, malah beradu pandang dengan Hana. Meski begitu, lelaki itu sadar bahwa saat ini waktunya ia memperkenalkan diri. Ia pun mengalihkan pandangannya kepada tim dapur yang lainnya.
"Pagi semuanya, saya Aditia. Saya menggantikan manajer yang lalu. Saya harap kita dapat bekerjasama dengan baik."
"Oke. Kalau mau kenalan satu persatu, nanti bisa sambil jalan saja ya. Kalau ada kepentingan bisa temui Pak Adit di ruangan manajer. Sekarang sudah cukup siang, sudah waktunya kalian mulai mempersiapkan pekerjaan hari ini." ucap Hendra dan diangguki kompak oleh semua yang ada di hadapannya.
"Apa-apaan ini. Berarti setiap hari gue harus ketemu dia. Oke! Jangan lo pikir, gue mau ngomong sama lo." batin Hana. Wanita tiga puluh tahunan itu mengaduh dalam hati.
Sejak hari itu dirinya selalu menghindar tiap kali berpapasan dengan Aditia. Begitu juga lelaki itu, yang tak pernah berani menegur sapa terlebih dulu kepada Hana.Â
Keduanya tampak seperti orang bodoh tiap berpapasan di lorong restoran. Dan Hana selalu saja, hanya berfokus pada wajan di hadapannya tiap kali Aditia mengecek kondisi dapur.
Tiga puluh hari pun berlalu, ada yang lain dalam hari-hari Hana sejak kedatangan Aditia di restoran itu. Hana jadi sering melamun, masih tak percaya bahwa Aditia yang sangat dicintainya ada di depan mata. Aditia yang selalu dirindukannya. Aditia yang hanya bisa memberinya harapan palsu. Aditia yang tak pernah bisa membalas perasaannya.
Kini Aditia yang sudah jadi suami orang, muncul entah dari mana, bagaikan bangkit dari alam kubur. Tak sadarkah lelaki itu bahwa dirinya telah sangat melukai hati Hana, rasa pedih yang menyeruak hingga ke serat-serat luka dalam jiwa wanita itu.Â