Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rinduku Sepanjang Jalan Salemba-Matraman

10 Januari 2024   15:15 Diperbarui: 22 Januari 2024   15:35 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Malam ini Indah menangis sesenggukan dalam dekapan sang ibu. Beberapa menit yang lalu seorang lelaki bernama Radit baru saja pergi meninggalkan rumah itu. Bagaimana tidak shock, Indah dilamar secara tiba-tiba oleh Radit yang datang didampingi kedua orang tuanya. Siapa Radit? Bahkan mereka tak pernah saling mengenal sebelumnya. Hanya saja pagi tadi ayah Indah mengatakan bahwa malam ini teman lamanya akan datang ke rumah untuk bersilaturahmi. Siapa sangka akan begini jadinya.


Radit lelaki yang taat beragama, sikapnya santun dan pintar berbisnis, membuatnya sedikit berbeda dari kebanyakan lelaki muda seusianya. Tak pernah dekat dengan gadis mana pun, tak pernah berpikir tentang kekasih. Hingga ia pun bersedia kala sang ayah akan menjodohkannya dengan Indah.


Bukan berarti Ferry lelaki yang tidak baik. Tapi bagi Indah, sejauh ini hanya Ferry yang terbaik dan mengerti dirinya. Ada banyak kisah di sepanjang jalan Salemba hingga Matraman bagi Indah dan Ferry. Sepanjang jalan yang menjadi saksi tumbuhnya benih-benih cinta dalam hati mereka. Di sepanjang jalan itu, keduanya kerap tertawa dan bercanda bahkan sesekali bertengkar dalam perjalanan Ferry mengantar Indah pulang ke rumahnya.


Kini dalam tekanan ayahnya, Indah menyerah.


"Maafin aku Fer. Aku sama sekali ngga pernah berniat main-main atau mungkin nyakitin kamu. Tapi kali ini aku benar-benar nyerah."


"Hmm, aku bisa ngerti kondisi kamu. Mungkin memang dia jodoh yang terbaik buat kamu."


Indah menangis dan Ferry yang duduk di hadapannya hanya dapat menggenggam kedua tangan gadis itu. Sosok gadis impian yang sempat ia miliki di sampingnya. Kisah mereka telah usai. Semua cerita tentang mereka tinggal menjadi bayang-bayang kenangan yang tersimpan rapi dalam benak mereka masing-masing.  Keduanya sakit, keduanya hancur. Tapi kenyataan di depan mata memaksa mereka untuk sanggup melanjutkan hari. Meski saling kehilangan, mereka berhenti untuk saling mencari. Dan mungkin untuk selamanya, rindu akan memenuhi seisi ruang dalam dada mereka. Meskipun begitu menyesakkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun