Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gadis Barista

26 Desember 2023   10:39 Diperbarui: 19 Januari 2024   16:43 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Bagian 1

Perkenalkan, aku Amel. Hari ini usiaku genap dua puluh tahun. Aku telah menyelesaikan sekolahku sampai di tingkat sekolah kejuruan. Dulu aku menekuni jurusan tata boga. Aku lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Nilai ujian praktekku juga tidak kalah memuaskan. Aku gadis yang sangat supel, mudah bergaul dan membaca situasi. Aku tahu kapan aku harus bicara dan kapan aku harus diam. Aku tahu apa yang perlu ku komentari dan apa yang tidak perlu ku komentari. Meskipun terbilang supel, aku tetap berkepribadian simpel. Aku tidak suka mencampuri urusan yang bukan urusanku.

Namun aku gadis yang selalu menaruh simpati pada keadaan genting yang terjadi di sekitarku. Bukan karena tidak mau mencampuri urusan orang, lantas aku cuek-cuek saja pada situasi yang terjadi di depan mataku. Aku tetap berusaha untuk peduli dan siap menolong jika memang pertolonganku dibutuhkan.

Perawakanku tidak terlalu tinggi. Tinggiku 158 cm, dan berat badanku saat ini 49 kg. Kulitku sawo matang, tidak putih dan tidak gelap juga. Rambut hitamku sangat tebal, aku memanjangkan rambutku yang lurus ini hingga lima sentimeter melewati bahu. Aku bukan gadis yang feminim, aku nyaris tidak pernah mengenakan rok pada keseharianku. Aku tentu lebih suka dan nyaman mengenakan celana jeans dengan atasan kaus oblong, kaus berkerah, atau kemeja. Dan untuk beraktivitas sehari-hari, aku sangat suka mengenakan sepatu kets bertali, seperti model-model Converse.

Kadang kala aku juga sangat suka mengenakan topi untuk melindungi kepalaku di perjalanan. Aku biasa menumpang transportasi umum untuk berktivitas keluar rumah. Jika harus terburu-buru, biasanya aku memilih naik ojek sebagai alternatif.

Kini aku telah bekerja di salah satu kedai kopi di daerah Blok M, Jakarta Selatan. Pekerjaan utamaku adalah tersenyum. Memberi senyuman termanisku pada setiap pelanggan yang mampir ke kedai kopi tempatku bekerja. Menawarkan dengan ramah tamah berbagai pilihan minuman atau snack yang tersedia di kedai itu. Lalu meracikkan beberapa macam jenis minuman yang dipesan oleh pelanggan. Profesi ku ini disebut barista.

Aku bersama Mama Papaku, kami tinggal di sebuah rumah sederhana di kawasan Pasar Minggu. Sejak aku lahir, kami sekeluarga sudah menempati rumah itu. Aku adalah anak tunggal mereka, satu-satunya. Mamaku seorang Ibu rumah tangga, dulu beliau seorang wanita karir, bahkan saat telah melahirkanku, Mama masih tetap bekerja setelah waktu cuti melahirkannya selesai. Nenek dari pihak Mama lah yang mengurusi segala kebutuhanku di rumah. Sampai akhirnya, seringkali saat sedang bekerja, Mama teringat akan kelucuan yang selalu ku buat, beliau seringkali merindukanku. Tidak tahan dengan perasaan itu, beliau pun memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya saat itu. Baginya, momen-momen ketika aku berusia balita sangat sayang untuk terlewatkan olehnya begitu saja.

Sedangkan Papa, beliau adalah karyawan di sebuah perusahaan kontraktor milik negara. Beliau sudah lebih dari dua puluh tahun mendedikasikan dirinya pada perusahaan tersebut. Hingga kini di usiaku yang sudah menginjak dua puluh tahun, beliau masih aktif bekerja. Masih pula sering membawa pekerjaannya sampai ke rumah untuk lekas diselesaikan. Papa sangat konsisten dengan tugasnya sebagai arsitek desain bangunan. Papaku tidak seperti kebanyakan pria lainnya yang sangat menyukai kopi. Beliau sangat jarang mau dibuatkan kopi, lebih suka teh manis katanya. Sebaliknya, Mama sejak masih remaja sangat menyukai kopi. Entah itu kopi hitam atau kopi susu. Semua minuman yang mengandung kopi di dalamnya, pasti Mama suka. Kalau aku, tidak seperti Papa ataupun Mama. Aku berada di level pertengahan, aku suka kopi, teh juga suka, apalagi sekarang sudah makin banyak olahan minuman yang mengombinasikan kopi atau teh dengan berbagai jenis susu ataupun krim.

Jam kerjaku sebagai seorang barista, bisa dikatakan fleksibel. Terbagi tiga shift. Kedai kopi kami mulai dibuka pukul tujuh pagi dan akan tutup pukul sepuluh malam. Jika kebagian jadwal masuk pagi, aku harus tiba di kedai sebelum pukul tujuh pagi, dan aku akan bebas setelah pukul empat sore. Artinya bebas, bisa langsung pulang ke rumah atau melakukan aktivitas lain di luar jam kerja. Saat kebagian shift tengah, pekerjaan akan dimulai pukul sembilan pagi sementara shift siang, aku aktif bekerja mulai pukul satu siang dan tentunya hingga pukul sepuluh malam nanti.

Setiap pulang malam, aku selalu mengandalkan jasa tukang ojek untuk mengantarku hingga di rumah. Aku pun memutuskan untuk mencari ojek langganan yang khusus mengantarku pulang saat aku kebagian jadwal shift siang. Tukang ojek langgananku ini direkomendasikan oleh bibiku yang tinggalnya tidak jauh dari tempat tinggal kami.

Di kedai kopi, kami beranggotakan enam orang personil. Ada tiga barista, yaitu aku, Faris dan Dion, serta tiga orang pramusaji yang terkadang merangkap pekerjaan membersihkan meja tamu yang kotor. Kalau untuk kebersihan seluruh area kedai, itu sudah merupakan tanggung jawab kami bersama. Kedai kami tidak terlalu besar, tentu kami masih dapat menghandlenya bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun