Sejauh mana perempuan dapat berpengaruh dalam membentuk kebijakan, budaya, dan perubahan sosial? Perempuan memiliki peran penting dalam membentuk masyarakat, tetapi selama bertahun-tahun, suara mereka sering kali terpinggirkan. Kini, semakin banyak perempuan yang berani bersuara, bergerak, dan memberikan pengaruh di berbagai bidang, mulai dari politik, media, pendidikan, hingga aktivisme sosial. Dengan keberanian dan tekad, mereka tidak hanya memperjuangkan hak-hak mereka sendiri, tetapi juga membawa perubahan bagi banyak orang.
Artikel ini akan membahas bagaimana perempuan di berbagai sektor telah memanfaatkan suara mereka untuk menyuarakan aspirasi, mengambil tindakan nyata, dan menciptakan dampak di ruang publik. Dari pemimpin pemerintahan hingga aktivis sosial, mereka menunjukkan bahwa kehadiran perempuan bukan hanya penting, tetapi juga mampu mengubah dunia menjadi tempat yang lebih adil dan inklusif.
Bagaimana cara perempuan bersuara, bergerak dan berpengaruh dalam panggung publik ?
Tentunya, kini keterlibatan perempuan bukanlah sesuatu yang tabu dalam bidang apapun. Kesetaraan gender kini membuat posisi perempuan dapat lebih kuat dalam mempengaruhi dalam berbagai sektor publik.
Perempuan dapat bersuara, bergerak, dan berpengaruh di panggung publik melalui berbagai cara, tergantung pada bidang yang mereka geluti dan isu yang mereka perjuangkan. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
1. Bersuara: Menyampaikan Aspirasi dan Menginspirasi Perubahan
Melalui Media: Menjadi jurnalis, penulis, atau pembicara yang menyampaikan opini dan informasi penting terkait isu sosial, politik, atau hak asasi manusia. Contohnya, Najwa Shihab yang sering mengangkat isu kritis di media.
Menggunakan Platform Digital: Media sosial dan blog menjadi alat yang kuat bagi perempuan untuk menyampaikan pemikiran, membangun gerakan, dan menyebarkan informasi.
- Berpartisipasi dalam Diskusi Publik: Mengikuti seminar, debat, dan forum diskusi untuk menyuarakan perspektif perempuan dalam berbagai isu.
- Advokasi dan Kampanye: Menggalang dukungan dan kampanye untuk isu yang berdampak pada perempuan dan masyarakat, seperti pendidikan, kesetaraan gender, dan lingkungan.
2. Bergerak: Mengambil Aksi Nyata dalam Masyarakat
- Menjadi Aktivis dan Pemimpin Sosial: Perempuan dapat terlibat dalam gerakan sosial untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya. Contohnya, Butet Manurung yang mendirikan Sokola Rimba untuk pendidikan masyarakat adat.
- Mendirikan Organisasi atau Komunitas: Menginisiasi gerakan atau komunitas yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan dan masyarakat, seperti kampanye #MeToo yang memperjuangkan keadilan bagi korban kekerasan seksual.
- Masuk ke Dunia Politik dan Kebijakan Publik: Berperan dalam politik sebagai anggota legislatif, pejabat pemerintah, atau pemimpin daerah untuk membawa perubahan kebijakan yang lebih inklusif dan adil.
3. Berpengaruh: Membawa Dampak di Berbagai Bidang
- Menjadi Panutan dan Mentor: Memberikan inspirasi dan bimbingan kepada generasi muda agar lebih percaya diri dalam berpartisipasi di ruang publik.
- Menggunakan Kekuasaan untuk Perubahan Positif: Jika memiliki posisi strategis, perempuan dapat membuat keputusan yang berdampak luas, seperti Sri Mulyani yang membawa reformasi ekonomi di Indonesia.
- Membangun Jaringan dan Kolaborasi: Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memperkuat suara perempuan dan memperluas dampak dari gerakan yang diperjuangkan.
Ada beberapa Perempuan Indonesia yang sudah membuktikan bahwa keterlibatan Perempuan dalam sektor publik sangat berpengaruh, Â diantaranya :
- Najwa Shihab -- Jurnalis dan Penggerak Kebebasan Pers
- Sri Mulyani Indrawati -- Ekonom dan Reformis Keuangan
- Tri Rismaharini -- Pemimpin Daerah yang Progresif
- Maria Ulfah -- Pejuang Hak Perempuan dan Kesetaraan Gender
- Susi Pudjiastuti -- Pemberani dalam Perlindungan Laut Indonesia
Apa saja tantangan yang dihadapi para perempuan ?
Bagi para Perempuan tentunya ada banyak hal yang menjadi tantangan utama dalam menyuarakan aspirasinya. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya resiko yang mereka terima jika ingin mengambil panggung publik dalam menciptkan revolusi untuk sektor publik. Berikut adalah tantangan yang dihadapi para Perempuan dalam bergerak, bersuara dan berpengaruh dalam sektor publik, yaitu :
1. Stereotip dan Bias Gender
- Perempuan masih sering dianggap kurang kompeten dalam kepemimpinan atau pengambilan keputusan.
- Adanya ekspektasi bahwa perempuan harus fokus pada peran domestik dibandingkan ruang publik.
- Pandangan bahwa perempuan yang vokal dianggap "agresif" atau "tidak pantas" dalam beberapa budaya.
2. Hambatan dalam Karier dan Kepemimpinan
- Kurangnya Representasi: Masih sedikit perempuan yang menduduki posisi kepemimpinan di pemerintahan, bisnis, atau organisasi besar.
- Glass Ceiling (Langit-langit Kaca): Hambatan tak kasat mata yang menghalangi perempuan untuk mencapai posisi tertinggi dalam karier.
- Gaji yang Tidak Setara: Perempuan sering kali menerima gaji yang lebih rendah dibanding laki-laki untuk pekerjaan yang sama.