Mohon tunggu...
Novia Nanda Putri
Novia Nanda Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Suka Menulis!

Semoga semua tulisan yg kutuangkan disini seperti kopi, semua orang bisa menikmatinya. 🤍

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cara Mengatur Keuangan Keluarga Tanpa Drama.

19 Januari 2025   09:45 Diperbarui: 19 Januari 2025   14:15 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pexels/Mikhail Nilov. 

Keuangan sering dilihat sebagai sesuatu yang berat, padahal uang itu lebih dari sekedar angka. Itu adalah alat untuk mewujudkan mimpi atau mencapai kesejahteraan dalam suatu keluarga.

Jika dua orang yang memiliki pengetahuan personal finance (ilmu tentang mengatur dan merencanakan keuangan pribadi) sudah baik, dan mereka menikah, maka lebih mudah untuk mengatur keuangan keluarga mereka. Namun, yang terjadi biasanya adalah bahwa keuangan tidak diajarkan dimana-mana.

Kita tidak diajarin di sekolah, bahkan di rumah pun jarang sekali orang tua yang mengajarkan personal finance kepada anak-anak mereka. Sehingga, ketika mereka menikah, mereka baru menyadari bahwa kok pengeluarannya ternyata banyak sekali? Kok, memiliki anak ternyata mahal ya? 

Dan ternyata banyak hal yang berkaitan dengan uang tetapi tidak diajarkan oleh siapa pun.
Nah akhirnya mereka berpikir, bagaimana keluarga bisa sejahtera , bisa mewujudkan semua impian dan itu semuanya pasti memerlukan uang.

Sebenarnya, orang terkadang tidak menyadari bahwa saat anaknya semakin besar, biayanya juga semakin banyak. Sering kali, mereka berpikir bahwa biaya memberi makan akan sama antara anak yang masih kecil ataupun sudah besar. Namun, ternyata itu salah. Saat anak sudah besar, biaya-biaya yang muncul sangat banyak, atau kebutuhan anak semakin meningkat.

Alasan yang bisa dikemukakan adalah mengenai pendidikan dan kesehatan, yang tidak sepenuhnya ditanggung oleh siapa pun. Dan yang dijamin oleh negara hanya sebagian saja, jadi sisanya harus ditanggung sendiri oleh orang tua. Itu yang harus disadari pertama kali.

Dalam hal kesehatan, itu mencakup semuanya: sejak bayi lahir, sudah ada biaya melahirkan, biaya vaksinasi, dan saat anak sudah mulai MPASI, orang tua harus memikirkan gizi dan berat badan anak, serta terkadang harus berkonsultasi dengan dokter tumbuh kembang , dokter gizi, dan dokter lainnya, semua itu membutuhkan biaya.

Apalagi anak membutuhkan sekolah, dan untuk hal pendidikan ini bukanlah sesuatu yang murah. Maksudnya, dalam hal ini, dengan harga yang berbeda , pasti bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang berbeda. Belum lagi ada biaya tambahan seperti biaya les, pembayaran SPP sekolah, biaya transportasi saat ke sekolah.

Apalagi jika ada orang tua yang membutuhkan baby sitter atau penjagaan untuk anaknya. Pasti membutuhkan uang. Dan terkadang para ibu juga galau dalam hal ini, apakah harus berhenti kerja untuk mengurus anaknya, atau tetap kerja dan membayar pengasuh yang harganya tidak murah.

Kedua-duanya adalah biaya pengasuhan. Biaya atau keuangan keluarga ini perlu banget untuk dipikirkan dengan matang , yang seringkali dilewatkan oleh orang tua.

Dan perempuan itu terkadang didiskriminasi, terutama perempuan yang sudah punya anak. Jika ingin resign karena memiliki anak , juga harus dipikirkan, apakah pilihanmu ingin resign dan memilih merawat anakmu? Atau apakah kamu merasa tidak ada pilihan lain sehingga harus resign karena anak? Ini juga perlu dipikirkan  sebagai biaya pengasuhan tadi.

Oleh karena itu, untuk memiliki anak, harus dipikirkan secara matang; apakah bisa  bertanggung jawab secara fisik, mental dan finansial.


Dari sini kita bisa belajar bahwa jika keluarga tidak bisa mengatur keuangan keluarga mereka, ini bisa menjadi masalah yang cukup serius.

Jadi, bagaimana sih mengatur keuangan dalam keluarga tanpa drama? 

 1. Tentukan Tujuan Keuangan Keluarga.

Mimpi sebagai keluarga kan banyak ya, bukan cuma untuk pendidikan anak saja yang harus dipikirkan jauh-jauh hari. Belum lagi mimpi mimpi lain. Misalnya, ingin punya rumah, atau banyak sekali orang yang baru memikirkan rumah saat menikah, tetapi ingin merenovasi rumahnya atau membeli interior baru.

Atau misalnya ingin membeli mobil baru, ingin liburan bersama keluarga, atau ingin umroh bersama keluarga. Nah, impian atau keinginan ini kan banyak sekali, namun terkadang dana yang tersedia terbatas.

Nah, perencana keuangan justru membantu kita untuk mencapai tujuan-tujuan atau impian-impian kita.

Menentukan tujuan keuangan keluarga itu juga sangat penting. Misalnya kamu harus berbicara tentang hal ini dengan pasanganmu, mengenai mimpi sebagai keluarga, nih, apa saja sih? Dan tentukan juga rencana keuangan jangka pendek dan jangka panjang, misalnya untuk biaya pendidikan anak, kesehatan, atau biaya pengasuhan. Serta biaya-biaya lain yang harus kita tetapkan tujuannya.

Sebenarnya untuk membicarakan hal keuangan, bukan hanya saat sudah menikah, kita bisa menanyakan hal itu ke pasangan justru sebelum menikah, dan itu sangat penting.

Berkaitan dengan uang, itu bukan cuma penghasilan, tetapi bagaimana kebiasaan dia dengan utang. Bagaimana kebiasaan dia dengan perbelanjaan? Apakah dia tipe yang langsung belanja setelah gajian dan setelah itu ngirit selama 3 minggu? Atau dia yang tipe yang hemat? Nah, itu juga bisa jadi pertimbangan kamu sebelum menikah, apakah hal itu cocok denganmu atau tidak. Ini sangat mempengaruhi bagaimana dia mengatur keuangan keluarganya.

2. Buat Anggaran Keluarga.

Catatlah pengeluaran dan pendapatan dalam keluarga. Misalnya kebutuhan pokok,seperti makanan, kesehatan ,tempat tinggal, listrik, dan juga kebutuhan yang lainnya. Kamu harus tahu, dan pastikan pengeluaran tidak melebihi pendapatan. Selain itu, selalu buat dana darurat untuk kebutuhan yang tidak terduga.

3. Menabung.

Menabung juga perlu dilakukan jauh-jauh hari agar tidak berat. Misal untuk biaya pendidikan anak atau asuransi untuk anak,orang tua juga bisa menyiapkan jauh-jauh hari uangnya dengan menabung.


4. Komunikasi dan Evaluasi.

Komunikasi ini memang sangat penting, apalagi membicarakan keuangan dengan pasangan. Terkadang orang akan bertanya kepada pasangannya sebelum menikah, "Aku kalau sudah menikah boleh kerja nggak?" Nah, ini kan berkaitan dengan keuangan setelah menikah.

Dan tidak hanya menanyakan hal itu, kalau belum menikah, itu perlu juga untuk menanyakan secara detail ke pasangan. Kalau menurutmu, kenapa aku perlu kerja? Kamu tuh pengen istri yang kaya gimana sih? Dan perempuan juga terkadang tetap memilih untuk bekerja karena bekerja ini selain tentu menghasilkan uang, bikin perempuan jadi merasa berdaya, dan kalau ada apa-apa, tuh merasa lebih percaya diri dan tidak takut ditinggalin.

Dan terkadang untuk membicarakan masalah tentang keuangan ini terlihat agak sensitif, apalagi jika tidak ada budaya di keluarganya yang selalu membicarakan tentang keuangan.

Mereka terkadang ragu atau merasa khawatir, takut pasangan marah ,takut pasangan menyebut kamu pelit, atau menganggap kamu materialistis. Untuk asumsi-asumsi itu, sebaiknya di hilangkan terlebih dahulu. Nah, saat kamu ngomongin itu, tujuannya pasti ingin keuangan keluarga kamu jadi lebih rapi.

Jika saat membahas hal ini suami kamu marah, ya sudah, berhenti sejenak. Cobalah cara yang berbeda, misalnya dengan teks. Metode yang berbeda juga akan menghasilkan hasil yang berbeda. Atau misalnya ngobrol saat jalan-jalan, atau makan malam, atau dalam konteks lain. Setiap pasangan juga memiliki cara obrolan atau komunikasi yang berbeda.

Ini juga cocok untuk ibu-ibu atau istri yang suaminya tidak terbuka soal keuangan mereka. Biasanya , mereka hanya menerima uang saja dan tidak pernah tahu berapa penghasilan suaminya, berapa pengeluarannya dan tabungannya berapa?

Nah, ini bisa banget untuk dicoba cara itu. Sebenarnya, tujuan keuangannya mau gimana? Atau, seperti apa yang diinginkan suami istri? Atau, tanyakan apa yang membuat dia ragu untuk membuka masalah keuangan itu, atau apa yang bikin kamu khawatir ? Nah, hal itu harus dibicarakan, atau deep talk gitu tentang uang.

Jadi, komunikasi dengan pasangan setelah menikah itu penting banget. Selain membuat saling keterbukaan, juga lebih mempererat hubungan, dan pastinya lebih jelas arah dan tujuan keuangannya mau seperti apa, atau dalam istilah lebih tertata financial planning nya dan menjadi keuangan yang sehat.

Nah, dengan cara-cara itu diharapkan mampu mengatur keuangan keluarga yang tentunya tanpa drama-drama. Orang tua bahagia dan anak juga pastinya bahagia. Impian dan tujuan dalam rumah tangga juga pastinya akan terwujud dengan baik, dan terciptanya keluarga harmonis. jadi, itulah pentingnya finance planning dalam kehidupan rumah tangga. 

Sumber : https://youtu.be/hbYVtzt_uqo?si=KBXwmcci6vxtvwAG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun