Mohon tunggu...
NOVIA FITRI ZAHROH UINJKT
NOVIA FITRI ZAHROH UINJKT Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel Ziarah karya Iwan Simaupang

30 Oktober 2023   18:26 Diperbarui: 30 Oktober 2023   18:57 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kini yang menjadi kemarin tak dihiraukan,

karena segala yang lampau hanya gumpalan hitam".

Tokoh kita merasa sangat kehilangan. Kematian istrinya membuat dunianya kacau. Dia begitu rindu sampai-sampai ia terus berjalan dan pada setiap tikungan dia berharap akan berjumpa dengan istrinya. Diapun memutuskan: dia harus ziarah ke makam istrinya!

Sepanjang perjalanan menuju ke sana, Tokoh kita mengambil berbagai keputusan ajaib. Mula-mula dia bekerja menjadi pengapur dinding kuburan, kemudian mendobrak aturan sehingga seisi kota geger.

Ziarah merupakan salah satu novel monumental yang membuka cara baru dalam penulisan sastra. Absurditas yang dihadirkan Iwan Simatupang seperti mata lain untuk menelisik psikologis manusia. Patutlah bila novel ini memenangi Roman ASEAN terbaik tahun 1977.

Novel yang ajaib sekaligus layak untuk terus diperbincangkan.

C. Identitas Penulis

Iwan Simatupang dilahirkan di Sibolga 18 Januari 1928, Iwan Simatupang meninggal di Jakarta 4 Agustus 1970. Nama lengkapnya Iwan Martua Dongan Simatupang. Mendapat pendidikan HBS di Medan, sekolah diketer di Surabaya (tidak selesai), lalu belajar antropologi dan filsafat di Rijik Universiteit Leiden, dan Paris. Iwan Simatupang dikenal sebagai wartawan dan juga sastrawan. Sebagai penulis ia sudh memulainya pada tahun 1952 di majalah Siasan dan Mimbar Indonesia.  Iwan Simatupang selama hidupnya telah menulis empat novel, yaitu novel Merahnya Merah terbitan tahun 1968, novel Ziarah terbitan tahun 1969, novel Kering terbitan tahun 1969, dan novel Koong terbitan tahun 1975. Novel Ziarah dalam terbitan bahasa Inggris mendapat penghargaan sebagai Hadiah Roman ASEAN TERBAIK tahun 1977, tepat tujuh tahun setelah Iwan Simatupang tutup usia.

D. Resensi Novel Ziarah

Tokoh kita hidup di negeri ternama yang bernama Kotapraja. Tokoh kita hidup sebagai seseorang yang memiliki kegelandangan batin. Pagi hari tokoh kita bangun dengan penuh kebahagiaan. Sampai saatnya ia bertemu salah satu tikungan, ia melalui tikungan itu dengan kekosongan. Entah tinkungan mana lagi yang membuat ia bertemu dengan istrinya yang telah mati. Petang-petang itu tiba terlalu cepat, tokoh kita menungkan arak dengan penuh dan meminumnya hingga jatuh. Berteriak memanggil Tuhan keras-keras dan memanggil nama istrinya dengan keras. Tawa keras ikut datang, seraya isyarat bagi orang-orang disekitar untuk mengantar tokoh kita pulang ke rumahnya.

Harapannya ia gantungkan pada tikungan jalan, pelukis kita berjalan membelah khalayak ramai, lalu terdiam menonton iring-iringan istrinya yang telah menjadi mayat. Pelukis kita adalah suami si mayat, ia tak ingin nampak, diam pada salah satu tikungan jalan. Setelah kematian istrinya, hari-harinya selalu menunggu di busur tikungan. Matanya dipincingkannya, seraya berharap istrinya datang menemuinya di titik busur tikungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun