Mohon tunggu...
Novia Kartika
Novia Kartika Mohon Tunggu... Freelancer - Stay Healty and Positive

Halo, saya Novia seorang mental health enthusiast, saya hobi menulis seputaran gaya hidup, kesehatan mental, kritikan sosial dan pendidikan. Visi saya adalah mengedukasi dan memberi pengetahuan pada oranglain mengenai hal-hal yang mungkin tidak bisa didapatkannya secara bebas. Saya adalah orang yang teoritis (sebagian besar orang berkata seperti itu haha) jadi jikalau mungkin artikel saya terkesan bertele-tele mohon maaf sekali, namun saya sangat terbuka dengan kritikan dan sarannya. Salam kenal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memahami Kasus Anak dengan Hukum melalui Teori Problem-Behavior

7 Agustus 2018   23:19 Diperbarui: 13 Agustus 2018   03:15 1714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jessor juga mendefinisikan bahwa setiap remaja pasti memiliki faktor risiko untuk melakukan perilaku berisiko dalam dirinya.

Dalam akar teori perilaku bermasalah (problem behavior) milik Jessor ini semua perilaku manusia muncul dari interaksi antara manusia dan lingkungannya (merujuk pada perspektif social-science Lewin). 

Melihat suatu perilaku bermasalah remaja memang tidak bisa dipandang se sederhana kelihatannya, Jessor memandang perilaku bermasalah remaja seperti merokok, drug abuse,dll. bukan sebagai suatu perilaku yang tak berarti dan tidak stabil, melainkan sebagai perilaku yang memiliki tujuan, arti tertentu dan fungsional. 

Karena menurut teori perilaku bermasalah, faktor risiko yang dimiliki setiap remaja yang kemudian mendorong mereka melakukan perilaku berisiko tidak hanya ditilik karena memiliki konsekuensi biomedis saja.

Sebagai contoh sederhana, menggunakan Marijuana tentu dilihat beresiko oleh masyarakat, karena bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru di kemudian hari.

Namun di balik penggunaan Marijuana biasanya remaja akan menimbang-nimbang konsekuensi sosial yang didapatkannya dari lingkungannya.

Misal, dia jadi merasa lebih diterima oleh peers nya atau dia jadi merasa mendapatkan suatu "pengakuan dan harga diri" dari orang-orang yang lebih tua disekitarnya.

Jadi, teori ini menekankan pada outcome dan konsekuensi sosial yang di hadapi remaja ketika dia memilih melakukan perilaku tersebut.

Kita sebagai seorang dewasa terkadang "terlalu" memandang semua masalah kenakalan remaja menjadi sangat simple, seperti ketika Anda membaca kisah tentang IO, yang penulis wawancarai, akan ada kemungkinan di luar sana yang berpendapat masalah IO bisa enyah begitu saja jika dia lepas dari circle nya.

Namun jika kita mengembalikannya pada akar masalah mengapa IO bisa mencari circle di luar keluarganya, mungkin kita jadi tidak menyepelekan masalahnya.

Selain itu mungkin juga ada orang-orang ada yang melihat perilaku IO sebagai suatu perilaku "tidak berarti" yang hanya bisanya merusak dirinya sendiri. Ya, itu memang benar, dan penulis cukup setuju hanya saja merujuk pernyataan Jessor dalam jurnalnya. Perilaku IO pun sebenarnya bertujuan dan memiliki makna tertentu jika melihat konsekuensi sosial yang IO dapatkan (meskipun ini tidak bisa dijadikan dasar pembenar kenakalan remaja).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun