Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Kamu dan Aku, dalam Gelas Kosong

26 September 2012   05:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:40 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tiba-tiba saja, aku merasakan paru-paruku seperti akan meledak. Sesak sekali rasanya. Nafasku menjadi tersenggal, saat mencoba memutar grendel pintunya.

" Semoga, untuk kali ini, bumi melupakan sejenak hukum Gravitasinya ." Bisikku dalam hati.

###

Aku teringat pada kenangan itu.

Ketika waktu harus bertukar tempat, dari siang menuju senja. Kau memaksa kan sesuatu padaku.

"Apakah perlu untuk mengucapkan Selamat tinggal, pada pertemuan terahkir kita ini? Masih belum cukupkah bagimu, teriknya pijar surya ternyata sudah menguapkan sebagian kisahnya, hingga tanpa ampun kau tetap memaksaku untuk ucapkan serangkaian kata-kata biadab itu." Isakku tanpa hiraumu.

"Kau tau?"

"Bagaimana rasanya harus melangkahkan sepasang kaki, berjalan pergi menjauh darimu. ? Seperti sedang menikmati indahnya mawar, dengan mengenggam dahannya yang penuh duri, dan membiarkan dengan sengaja duri-duri itu melesak menancapkan ujung-ujung runcingnya tanpa ampun."

###

"Hhhuuuuuuhhhhhh..." Nafasku berat.

Paru-paruku rasanya seperti didatangi segerombolan virus pneumoconiosis, datang bergerombol dengan membawa berkantung-kantung zigot. Seolah paruku adalah ladang subur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun