Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Frasa

24 Oktober 2014   21:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:51 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kini, perempuan itu hanya bisa menunduk murung, ada yang harus diakhiri walau sebenarnya takkan pernah berahkir.

Berlembar-lembar sajak yang dulu di tulisnya, kini menjadi lembab termakan duka cita nya

Sajaknya kini berupa sunyi, yang tersusun dari ribuan hening dan jutaan diam. Sejak ingatannya memilih untuk membisu, dari sebuah kisah.

Hanya jari-jemarinyalah yang terus asik, menorehkan kisah kecewanya pada dinding-dinding waktu.

Konon menurut cerita, perempuan itu tak pernah ijinkan lagi indra pengingatnya untuk berfungsi dengan baik.

Membiarkan saja semua yang dirasakan mengalir, membuatnya merasa lebih baik. Daripada terucapkan namun semua terabaikan tanpa alasan.

Dan daripada tak terbalas dan terabaikan, maka perempuan itu menjadikan kisahnya menjadi frasa sunyi.

Jadi, pada sudut mana lagi perempuan itu harus meletakkan rasa rindunya. Pada trotoar yang pilu, kah ? Atau pada lampu-lampu jalanan nan redup pilu, yang sinarnya begitu karib meremang merupa siluetmu.

***

“Kau,

Tahukah kau yang bukan milikku lagi, bahwa rindu ini sudah mengejang begitu hebat. Tangan dan kakinya mengapai-gapai resah. Mencari jalan demi memecah rahim risaunya penantian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun