Bagiku, berjauhan darimu laksana rumi tanpa tariannya, bisakah ?”
Duh, lelaki, penikmat kopi.
Haruskah perempuanmu mempusarakan rindunya pada gigil-gigil malam yang getas ? Kemudian membaringkannya perlahan-perlahan tepat searah matahari tenggelam.
Lantas menaburinya dengan helaian kelopak-kelopak kenangan kalian yang sudah mengabu-abu. Kemudian menandainya dengan nisan bertuliskan kekecewaan milik kalian.
Apakah nampaknya, di sini. Di tempat ini. Kenangan kalian sudah memilih sendiri pembaringannya yang terahkir.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H