Mohon tunggu...
Noven Lukito
Noven Lukito Mohon Tunggu... -

Hidup dan menghidupi

Selanjutnya

Tutup

Money

Jogokaryan dan Manajemen Strategik Syariah

15 Juni 2016   16:05 Diperbarui: 15 Juni 2016   16:14 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Assalamualaikum, jantung peradaban

Mungkin itu kalimat yang pertama terucap saat kalian mengunjungi masjid Jogokaryan di Jogjakarta. Dalam websitenya, pengelola masjid Jogokaryan mengakui bahwa masjid Jogokaryan dikelola dengan manajemen modern yang terinspirasi dari fungsi masjid pada zaman Rasulullah yang menjadi jantung peradaban bagi masyarakat sekitar.Mungkinkah masjid Jogokaryan patut dijadikan contoh dari pengimplementasian manajemen strategik syariah?

A. Mengenal Manajemen Strategis Syariah

Manajemen strategik dalam perspektif Islam menurut Karebet (2003:28) didefinisikan sebagai rangkaian proses aktivitas manajemen Islam yang mencakup tahapan formulasi, implementasi dan evaluasi keputusan-keputusan strategis organisasi yang memungkinkan pencapaian tujuannya di masa mendatang.

Manajemen strategik syariah  dikendalikan oleh nilai-nilai ketuhanan mulai dari cara pengambilan keputusan hingga pelaksanaannya.Manajemen strategik syariah dibagi menjadi 4, yakni: ahdaf (perencanaan), tatbiq (pelaksanaan), muhasabah (pengevaluasian), dan ar riqobah (pengawasan).

Manajemen strategik syariah tidak terlepas dari konsep islamic worldview yang mensinergikan islam dalam setiap sendi kehidupan. Islamic worldview menghapus dikotomi antara ilmu pengetahuan dan agama. Keduanya dapat bersatu karena sejatinya ilmu pengetahuan adalah terikat nilai. Kita tidak bisa menolak begitu saja pengetahuan yang tersampaikan oleh agama. Agama juga bisa memberikan kita informasi jalan mana yang akan kita pilih untuk mengatur kehidupan ini.

B. Manajemen Strategis Syariah dalam Lembaga Non-Profit

Manajemen strategik seringkali dikaji dalam organisasi atau lembaga yang mencari profit. Itu karena mereka membutuhkan acuan untuk mengelola  lembaganya agar mendapat keuntungan dan mengurangi kerugian yang mungkin terjadi. Namun bukan berarti manajemen strategik tidak berfungsi bagi lembaga non-profit seperti masjid, gereja,biara,  perpustakaan, lembaga amil zakat, dan lain-lain.

Pada dasarnya semua organisasi atau lembaga mempunyai tujuan. Organisasi yang tidak memiliki tujuan hanya akan mengambang tanpa arah, terkikis satu - persatu dan kemudian dilupakan. Untuk menyikapi tujuan itu diperlukan formulasi manajemen strategis.
 Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah fungsi dari penerapan manajemen strategis bagi lembaga non-profit:

1. Membantu organisasi mencapai tujuannya

2. Memperjelas tujuan organisasi

3. Mengembangkan organisasi

4. Warisan bagi penerus organisasi

5. Menghidupkan organisasi 

Itu semua juga berlaku untuk manajemen strategik perspektif syariah. Jadi, poin pembasahasannya adalah sistem yang diterapkan dalam manajemen strategik syariah, entah itu berbentuk perusahaan ataupun lembaga non-profit.

C. Jogokaryan dan Perencanaan Strategis

“ hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada allah swt dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada allah, sesungguhnya allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”

-AlHasyr:18-

“Terwujudnya masyarakat sejahtera lahir bathin yang diridhoi Allah melalui kegiatan kemasyarakatan yang berpusat di Masjid” adalah visi dari masjid Jogokaryan, Jogjakarta. Dalam websitenya, pengelola Masjid Jogokaryan mengakui bahwa manajemen masjid Jogokaryan adalah manajemen masjid modern yang terinspirasi dari masjid pada zaman Rasul yang berfungsi sebagai jantung peradaban yang mampu menciptakan kenyamanan dan kesejahtraan bagi jamaahnya.

Saat ditanya kenapa nama masjidnya tidak nyunnah seperti nama-nama masjid lain yang berbahasa arab. Pengelola masjid, ust Jazir menjawab, “Justru nama Jogokaryan lah yang nyunnah. Kalau Rasul mendirikan masjid pertama di daerah Quba, namanya pun masjid Quba. Nah ini didirikan di daerah Jogokaryan, jadi nama masjidnya ya Jogokaryan”. Jadi nama  Jogokaryan bukan hanya mengikuti sunnah, namun juga menunjukan segmentasi masyarakat mana yang akan dikembangkan oleh masjid tersebut.

Tujuan jangka pendek dari masjid Jogokaryan dibagi menjadi dua yaitu pembinaan dan pelayanan. Tujuan dari pelayanan adalah mendekatkan warga ke masjid dan familier dengan masjid; menciptakan ikatan dengan warga. Sedangkan tujuan pembinaan adalah Memahamkan Warga tentang sistem ; Islam; Meningkatkan peran warga dimasjid; Mempererat ikatan yang sudah terbentuk; Dan terbentuknya masyarakat yang madani

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah strategi yang efektif. Beberapa analisa diperlukan untuk menentukan strategi apa yang akan dipakai setelahnya. Menurut beberapa sumber, masjid Jogokaryan telah melakukan analisa tersebut.

D. Analisis Lingkungan berbasis Lillahita’alah

Sesungguhnya sholatku, ibadahku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam.

-Q.S. Al-An’am

Manajemen strategik syariah memiliki dua faktor analisis lingkungan, yaitu: analisis lingkungan internal yang terdiri dari strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan); dan analisis eksternal yang terdiri dari opportunities (kesempatan) dan threads (ancaman). Analisis tersebut digunakan untuk menjaga kelangsungan organisasi dan peningkatan mutu produk. Dalam kasus Jogokaryan, analisis lingkungan digunakan untuk menjaga kelangsungan dakwah islamiyah dan pemberdayaan umat.

Dalam artikelnya yang tersebar luas di media-media sosial, Salim A. Fillah menuliskan betapa menakjubkannya manajemen masjid Jogokaryan. Beliau sempat mengungkapkan bahwa manajemen masjid memiliki 3 langkah yakni pemetaan, pelayanan dan pemberdayaan.

Beliau memaparkan bahwa masjid Jogokaryan memiliki database dan peta da’wah yang bukan hanya mencangkup nama KK, pendapatan dan status pendidikan, namun juga mendetail seperti sudah haji atau belum, sudah ber-qurban atau belum. Dalam peta itu juga tercantum warna-warna dan ikon-ikon. Warna hijau berarti sangat mendukung dakwah, hijau muda berarti cukup mendukung dakwah, warna kuning berarti netral terhadap dakwah, warna merah berarti musuh dakwah. Ikon ka’bah berarti pernah berhaji, unta berarti sudah ber-Qurban, koin berarti sudah berzakat, dsb.

Artikel yang dibagikan oleh ust Salim A. Fillah juga berisi perkembangan masjid Jogokaryan dari tahun ke tahun. Dalam artikel lain, inisiasi Gerakan Subuh Berjamaah dan Gerakan Jamaah Mandiri muncul dari permasalahan internal yang dihadapi masjid Jogokaryan. Waktu itu kas masjid sedang surut sehingga mencetuskan Gerakan Jamaah Mandiri. Sedangkan Gerakan Subuh Berjamaah tercetus karena jamaah subuh yang juga surut.

Ini membuktikan bahwa masjid Jogokaryan sadar akan analisis eksternal dan internal. Pihak manajemen masjid memiliki data opportunity dan thread yang jelas dari database M\masjid. Strength dan weakness dari masjid Jogokaryan juga teridentifikasi dengan bukti munculnya Gerakan Jamaah Mandiri dan Gerakan Subuh Berjamaah.

E. Analisis Pesaing Masjid Jogokaryan

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
 Al-Baqarah:148

Menurut gambar yang tertera pada google maps, ada beberapa fasilitas yang sejenis dengan fasilitas yang diberikan oleh masjid Jogokaryan, semisal: hotel, gedung pertemuan dan masjid lain. Namun tidak serta merta kita mengkategorikan itu sebagai pesaing karena kemungkinan besar meereka memiliki segmentasi yang berbeda.

Namun perlu diketahui bahwa persaingan dalam manajemen strategik syariah adalah kompetisi untuk berbuat baik. Strategi yang diambil tidak boleh diperuntukan untuk saling menghancurkan. Berbuat yang terbaik adalah sasaran utama dalam persaingan.

Lantas siapakah warna merah dalam peta dakwah Jogokaryan? Ust. Salim A. Fillah menyebut warna merah sebagai musuh dakwah. Kalau warna merah itu berpotensi mengajak yang lain masuk ke zona yang sama dalam sekala besar, maka warna merah itu juga bisa menjadi pesaing. Namun bila tidak signifikan, maka warna merah itu bisa jadi obyek dakwah. Peta dakwah Jogokaryan sangat dibutuhkan untuk menganalisis tingkat persaingan

         

F. Strategi Masjid

Tahap selanjutnya dari manajamen trategik syariah adalah menentukan strategi. Sejauh ini telah dlakukan beberapa inisiasi strategi dari masjid Jogokaryan, yaitu: Sensus Masjid, Gerakan Subuh Berjamaah dan pemasangan wi-fi (2004), Gerakan Jamaah Mandiri dan Kartu Sehat Masjid Jogokaryan (2005). Selain itu juga telah dilakukan beberapa kali renovasi dan pembangunan fasilitas masjid, seperti : renovasi tahun 2002, Islamic Center dan Hotel Masjid, fasilitas olah raga. Selain itu pengelola Jogokariyan juga membagikan susunan 11 program kerja masjid yang dapat diakses melalui websitenya.

Inisiasi yang berkali-kali dan pembangunan yang progresif menunjukan bahwa pelaksanaan strategis Jogokaryan terus berjalan. Tuntunya berbagai strategi itu sejalan dengan visi Jogokarian.

G. Muhasabah, Faktor Terpenting yang Tak Boleh Terlewatkan

Informasi yang dibagikan uleh ustadz Salim A Fillah tentang manajemen masjid Jogokariyan menuncantumkan tahun-tahun dari awal pendirian sampai dilakukannya program-program strategis. Ini menunjukan bahwa waktu dan evaluasi turut diperhatikan dalam manajemen masjid Jogokariyan.

Dalam manajemen strategis syariah, muhasabah diperlukan agar kita dapat memperbaiki yang salah dan melanjutkan yang benar. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr: 18)

G. Kesimpulan    

Manajemen strategik syariah adalah rangkaian proses aktivitas manajemen Islam yang mencakup tahapan formulasi, implementasi dan evaluasi keputusan-keputusan strategis organisasi yang memungkinkan pencapaian tujuannya di masa mendatang. Masjid Jogokaryan merupakan salah satu contoh dari penerapan manajemen strategik syariah.

 Diperlukan data-data yang lebih mendasar lagi terkait sistem manajemen masjid Jogokaryan. Namun sejauh ini, pelaksanaan strategis masjid Jogokaryan patut diacungi jempol karena berani melaksanakan fungsi masjid sesuai dengan sunnah Rasul.

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. at-Taubah:18)

Sumber:

Masjidjogokaryan.com/

Redaksi.2002.Fungsi Masjid pada Masa Rasulullah [Mediaambr.tripod.com].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun