Lalu, bagaimana caranya agar perilaku phubbing di kalangan keluarga masyarakat perkotaan ini dapat diminimalisir dampak negatifnya?
1. Melalui peran aktif orang tua untuk menjadi parental mediation bagi anak dalam penggunaan smartphone. Konsep ini awalnya digunakan sebagai istilah pendampingan anak-anak oleh orang tua ketika menonton televisi. Seperti misalnya, pengetahuan dan pemahaman terkait frekuensi, durasi penggunaan smartphone, situs-situs yang sering dikunjungi, teman dunia maya dari anak-anak mereka.
2. Orang tua perlu untuk menjadi role model yang baik bagi anak-anak. Perilaku phubbing yang dilakukan anak-anak, salah satunya dilatarbelakangi adanya perilaku imitasi (meniru) yakni perilaku yang dilakukan atau dicontohkan lingkungan sekitarnya. Orang tua sebagai agen sosialisasi pertama bagi anak memegang peranan penting menanamkan bahwa pentingnya menghomati pihak lain ketika sedang berinteraksi sosial. Diharapkan bila perilaku bijak dalam penggunaan smartphone dimulai dari keluarga, lingkungan terkecil seorang anak. Dengan harapan kedepannya perilaku tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan baik yang akan ditularkan di lingkungan masyarakat. Â
Seorang psikolog, Emma Seppala dari Universitas Stanford dan Yale dan penulis dari Happiness Track mengatakan bahwa kaum perempuan dan orang dewasa yang lebih tua memiliki reaksi yang lebih kuat terhadap phubbing daripada kaum pria dan kalangan anak remaja. Beberapa orang-orang merasa frustrasi oleh teman atau anggota keluarganya yang melakukan phubbing, sebab terpaku pada ponsel pintar mereka, saat ia mencoba melakukan percakapan yang bermakna. Padahal sejatinya kita hidup di dunia yang jenuh secara digital sehingga mempengaruhi hubungan kita baik secara online maupun offline.
Lantas apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai masyarat yang umumnya selalu mengenggam smartphone, agar meminimalisir terjadinya perilaku phubing dan mampu menciptakan hubungan sosial yang normal?
Setidaknya inilah 3 kiat-kiat jitu meminimalisir perilaku phubing tetapi kita masih dapat tetap mengikuti tren teknologi terbaru, aktif di media sosial, menggunakan ponsel untuk mengelola kalender  namun  tetap memberikan perhatian dan rasa hormat kita kepada orang-orang di sekitar kita yang paling penting:
1. Bijaksana menentukan zona bebas gadget.
2. Mari dedikasikan waktu atau acara dimana semua orang dalam keluarga meninggalkan perangkat mereka. Tinggalkan ponsel atau tablet di ruangan lain sehingga kita tidak tergoda untuk senantiasa mengintip media sosial atau sekedar membaca pesan-pesan saat  menghabiskan waktu dengan orang lain.
3. Nonaktifkan notifikasi yang tidak penting. Tidak semua notifikasi dari smartphone harus kita ketahui saat itu juga.
Disiplin dalam hal mengatur waktu, kapan dan dimana menggunakan gadget.
Pada akhirnya kunci utama dari segalanya tentang upaya meminimalkan terjadinya budaya perilaku phubbing kini meresahkan dalam cara berinteraksi sosial ini yakni ketika kita mampu dengan sadar mengatur waktu dengan baik dan mengatur skala prioritas dalam berinteraksi sosial. Ada batas waktu yang ditentukan kapan harus berinteraksi melalui smartphone dan kapan pula harus berinteraksi dengan orang lain tanpa gadget. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H