Mohon tunggu...
Nova Yulfia
Nova Yulfia Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Seorang Emak Penulis yang menjadikan hobi menulis sebagai profesi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengulas Sepintas tentang Budaya Phubbing yang Semakin Meresahkan dalam Interaksi Sosial Kekinian

19 Desember 2021   08:26 Diperbarui: 19 Desember 2021   08:29 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by. sehatq.com


Namun sangat disayangkan perilaku phubbing tidak serta merta dapat dihindari dengan mudah, sebab angka kebutuhan akan smartphone sangat tinggi ditengah masyarakat perkotaan. Salah satu faktornya ialah harganya semakin mudah dijangkau oleh berbagai kalangan. 

Menurut sejumlah literatur, pengguna smartphone paling banyak di Indonesia pada kalangan remaja usia, 16 hingga 21 tahun dan juga sebagai pengguna internet terbesar dibanding kalangan usia lainnya. Pada umumnya, mereka menggunakan smartphone untuk berkomunikasi secara online, bermain game online dan mengakses internet untuk membuka media sosial, mencari informasi hingga belanja online.
Tahukah bahwa kegiatan berkomunikasi menggunakan media sosial melalui smartphone dapat menjerat penggunanya menjadi ketergantungan. Dan orang yang mengalami ketergantungan dengan internet dan smartphone masuk dalam kategori kecanduan. Tidak sedikit hasil riset mengatakan bahwa para pengguna smartphone yang kecanduan mengalami berbagai gangguan pada berbagai lini kehidupan. Misalnya bidang akademis, hubungan hangat dengan keluarga, hubungan sosial teman serta hubungan dalam pekerjaan.


Disinilah dimulai celah adanya fenomena perilaku phubbing, dimana kecanduan tersebut menjadikan penggunanya tidak bisa lepas dari perangkat smartphone miliknya dan pada akhirnya mempengaruhi kehidupan sosial mereka  serta cara berkomunikasi yang seharusnya.


Perilaku phubbing mampu membuat orang menjadi tidak lagi merasa segan atau risih jika harus disibukkan dengan smartphone dalam berbagai kondisi dan situasi. Misalnya ketika berada dalam suatu interaksi sosial yang umum, seperti suasana makan bersama keluarga, berada di sebuah tempat ibadah dan sebagainya. Sebab mereka sudah sangat terikat akan kecanduan smartphone-nya yang berisikan segala fitur-firur yang dianggap jauh lebih menarik daripada berinteraksi dengan lawan bicara dan membangun hubungan dengan lingkungan sekitarnya.


Jika perilaku phubbing secara terus menerus terjadi dalam suatu interaksi sosial, bagaimana komunikasi akan terjalin efektif?


Mari kita simak apa saja gangguan akibat dari perilaku phubbing ini:
1. Gangguan kesehatan fisik dan psikis.
Pertama, gangguan kesehatan secara fisik. Menurut teori komunikasi, salah satu indikator komunikasi yang efektif adalah adanya kesamaan pemaknaan antara pengirim dan penerima pesan, tanpa gangguan. Dampak negatifnya lagi ketika seseorang  yang mengunakan smartphone secara berlebihan saat berada dalam sebuah interaksi sosial akan mengalami short attention span atau gangguan pemusatan perhatian.
Kedua, gangguan kesehatan secara psikis. Dan hal ini tidak menutup kemungkinan dalam jangka panjangnya akan mengakibatkan gangguan kesehatan psikis seperti tidak bisa lepas dari smartphone atau lebih dikenal dengan istilah nomophobia (no mobile phone phobia).


2. Gangguan dalam kehidupan sosial.
Perilaku phubbing ini jika terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu menjadi terisolasi dan terasing dari lingkungannya. Maka biasanya hal ini menjadikan individu yang merasa terisolasi tersebut akan melampiaskannya ke media sosial. Sehingga, tidak heran jika saat ini banyak dijumpai kasus kriminalitas diakibatkan penggunaan media sosial sebagai media katarsis masalah privasi.


Menyikapi banyaknya dampak negatif akibat fenomena perilaku phubbing, berbagai kampanye sosial telah menghimbau kepada masyarakat untuk mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan phubbing dilakukan di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, gerakan stop phubbing ini dapat dimulai dari lingkungan masyarakat terkecil, yakni keluarga, khususnya keluarga.


Pada keluarga yang berada di perkotaan, penggunaan smartphone sudah menjadi kebutuhan yang masuk dalam rutinitas keseharian. Mulai dari ayah, ibu dan anak-anak, semua mengunakan smartphone dengan beragam alasan yang melatarbelakanginya. Sehingga, perilaku phubbing menjadi tidak terelakkan dengan kebiasan penggunaan smartphone dalam kehidupan keseharian keluarga di masyarakat urban.


Apa saja motif yang menjadi alasan seorang yang terdampak perilaku phubbing ini?


1. Untuk menjauhkan lawan bicaranya secara sengaja karena individu merasa tidak nyaman dengan topik pembicaraan.
2. Merasa bosan dan lebih memilih mencari keseruan melalui penggunaan smartphone.
3. Kesibukan yang teramat banyak yang melibatkan interaksi dengan pihak yang terpisah jarak secara fisik.
4. Merupakan perilaku hasil imitasi dari perilaku lingkungan sekitar.
5. Phubbing dilakukan sebagai hasil identifikasi dari figur yang diidolakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun