Sampai saat ini kasusnya masih bergulir dan tengah ditangani di Pengadilan Negeri, walaupun Laura sudah tidak ada lagi di dunia ini. Bahkan ada tagar #justiceforlaura yang digagas dari teman-temannya demi mendukung Laura mendapatkan haknya.
Dalam sebuah sesi wawancara bersama Nikita Mirzani di kanal youtube Crazy Nikmir, Laura mengatakan bahwa mengapa ia bisa terjebak dalam bucin, karena waktu itu ia mengakui usia muda dan psikologi anak muda yang labil merupakan faktornya.Â
Sehingga perlakuan bucinnya pada kekasih seperti memberikan barang-barang mewah, makan di restoran mahal sampai kartu debit pun, diberikan pada sang pujaan hati. Menurut kabar yang sudah banyak beredar, sang kekasih sudah resmi ditahan oleh pihak yang berwajib.Â
Semoga Laura disana, sudah tenang. Karena perjuangannya sudah mulai menuai hasil, dimana menurut Laura, ia hanya menuntut keadilan untuk dirinya dan keluarganya yang sudah mengurusi dengan sakitnya sejak peristiwa kecelakaan 3 tahun lalu.
Kisah cinta Laura dan kisah bucinnnya adalah salah satu contoh fenomena yang banyak melanda anak remaja kita. Mungkin ada banyak Laura-Laura lainnya diluar sana yang sampai kini masih terkungkung dalam drama bucin remaja, semoga setelah ini berkurang jumlahnya.
Menurut saya, sebagai orangtua yang juga sedang memiliki anak remaja, hal seperti ini mesti menjadi bahan perhatian penting. Baiklah, mari menggali hikmah dari kejadian yang terpampang di depan mata, supaya ke depannya ada pembelajaran yang bisa diambil sebagai pegangan hidup dalam mengasuh anak remaja kita mengawal tumbuh kembang mereka di usia yang labil ini.
Lalu apa sajakah tindakan preventif yang sekiranya bisa kita lakukan sebagai orangtua melihat fenomena bucin yang mungkin saja banyak terjadi ditengah masyarakat ini?
MENANAMKAN AQIDAH YANG KUAT DAN TERINTEGRASI DALAM KELUARGA
Bicara soal menanamkan aqidah dalam keluarga, bukan berarti remaja yang bucin-bucin itu semuanya berasal dari keluarga yang kurang mendapat siraman agama. Kita sering melihat para orangtua mereka, sosok yang taat pada agamanya masing-masing.Â
Lalu mengapa masih ada remaja bucin yang lahir dari tipe keluarga ini? Kemungkinan, nilai aqidah tersebut tidak terintegrasi dengan baik kepada anak. Dalam hal ini, orangtua hendaknya menjadi tim yang solid dan disiplin. Karena penanaman aqidah/keimanan adalah landasan utama pembentukan karakter anak.Â
Dan orangtua adalah role mode utama anak. Misalnya anak disuruh melakukan ibadah, ayah ibunya masih fokus dengan gadgetnya masing-masing. Bagaimana aqidah akan terintegrasi dan menjadi entitas bagi anak. Sebab membangunnya tidak secara bersama-sama antara anak dan orangtua.Â