Mohon tunggu...
Nova Rizkyaning Putri
Nova Rizkyaning Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi prodi ekonomi pembangunan umm

email : novarizkyaningp18@gmail.com Ig : @novarizky_11

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kampung Adat Osing Kemiren

8 April 2020   19:34 Diperbarui: 8 April 2020   19:35 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RINGKASAN

Kampung Adat Osing Kemiren adalah suatu tempat dimana masyarakatnya masih mempertahankan kebudayaan suku osing asli Banyuwangi. Yang dimaksud Kampung Adat Osing Kemiren disini adalah Desa Adat Kemiren, Banyuwangi. Letaknya di Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur. 

Desa ini pada mulanya adalah sebuah sawah dan hutan yang dimiliki oleh penduduk Desa Cungking, penduduk desa inilah yang dinamakan Suku Osing. 

Pada tahun 1830 pada masa penjajahan Belanda lahirlah Desa Kemiren yang terus dihuni oleh masyarakat Suku Osing hingga saat ini. Maka dari itu tempat ini disebut sebagai Kampung Adat Osing Kemiren. Adanya kampung ini bertujuan untuk melestarikan dan menunjukkan kepada wisatawan mengenai kebudayaan asli Banyuwangi. 

Disini para Wisatawan bisa mengenal berbagai macam tradisi dan kesenian asli masyarakat Bumi Blambangan. Mulai dari kesenian tari gandrung, tari jaran goyang, rumah adat osing, tradisi gedhogan, atraksi barong osing dan potensi alam lain seperti produk perkebunan kopi yang ada didesa Kemiren. 

Beberapa Festival juga sering diadakan di kampung adat osing kemiren ini, salah satunya adalah Festival Ngopi Sepuluh Ewu. Tidak hanya itu, para wisatawan juga akan dikenalkan dengan kuliner khas dari Banyuwangi yang disediakan oleh berbagai warung makan sekitar Kampung Adat Osing Kemiren. Beberapa kuliner itu seperti Pecel Pitek, Rujak Soto, Sego Cawuk, kue Bagiak dan lainnya.

Kata kunci : Kampung Osing, Desa Kemiren, Suku Osing, Desa Adat Kemiren.

LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan sub-sub suku bangsa yang hidup dan tinggal di daerah daerah tertentu di Indonesia. 

Masing-masing suku bangsa memiliki adat istiadat, bahasa, agama dan sebagainya yang berbeda satu sama lain. Masing-masing suku bangsa dan sub-sub suku bangsa ini memiliki ciri khas yang unik, yang menggambarkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Indonesia memiliki banyak aneka kebudayaan yang menunjukkan arti penting bagi masyarakat, serta memiliki makna  luas, baik dari segi penafsiran maupun perwujudan budaya lokal yang berlainan. 

Adat adalah salah satu perwujudan lokal yang menunjukkan arti penting dari suatu daerah dengan daerah lain, ekspresi adat tidak sama dan bervariasi dari setiap komunitas. Keanekaragaman adat tersebut merupakan simbol-simbol perbedaan budaya sebagai ciri khas setiap masyarakat.

Indonesia merupakan negara yang menganut pluralitas di bidang hukum, dimana diakui keberadaan hukum barat, hukum agama dan hukum adat. 

Dalam prakteknya  sebagian masyarakat masih menggunakan hukum adat untuk mengelola ketertiban di lingkungannya. Selain itu salah satu pengembangan wisata alternatif dalam dunia kepariwisataan adalah desa wisata yang biasanya didasarkan atas potensi dan ciri khas yang dimiliki masing-masing desa, antara lain: flora, fauna, rumah adat, pemandangan alam, iklim, makanan tradisional, kerajinan tangan, seni tradisional, dan sebagainya.

Salah satu daerah yang mengembangkan wisata alternatif dalam dunia kepariwisataan adalah kota Banyuwangi. Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. 

Ibu kotanya adalah Kota Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. 

Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2, atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km2). Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan penghubung utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali (Pelabuhan Gilimanuk).

Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. 

Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat jawa dan madura. Mereka menggunakan Bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing Banyak mendiami di Kecamatan Glagah, Licin, Songgon, Kabat, Rogojampi, Giri, Kalipuro, Kota serta sebagian kecil di kecamatan lain.

Kecamatan Glagah khususnya di Desa Kemiren, sangat kental akan adat istiadat dan budaya Suku Osing. Ini yang menjadikan Desa Kemiren di Banyuwangi sendiri terkenal dan kaya akan budaya dan tradisinya, sehingga. Pemerintah Daerah menetapkannya , sebagai daerah cagar budaya dan mengembangkannya sebagai Desa Wisata (Suku) Using (Osing) pada tahun 1995 oleh Bupati Purnomo Sidik.

Pemerintah kabupaten Banyuwangi juga berupaya seirus dalam mengembangkan pamor Kemiren sebagai desa wisata unggulan untuk pariwisata berbasis kearifan lokal, selain beberapa desa lain yang dianggap memiliki keunggulan. 

Banyak pengunjung dan wisatawan lokal maupun asing berkunjung ke Desa Kemiren untuk mengetahui desa yang terkenal akan budaya dan adat istiadatnya ini. Keistimewaan desa adat kemiren, masih menjaga tradisi -- tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang mereka. Barong ider Bumi,Tumpeng Sewu, arak -- arakan,dan seni barong. 

Hidup berdampingan dengan jiwa gotong royong, tradisi musyawarah yang terus terjaga. Tahun 2013 pemerintah Banyuwangi juga mencentuskan sekaligus mengadakan event-event tertentu setiap tahun yang di adakan di Desa Kemiren ini, contohnya adalah Ngopi Sewu, Tumpeng Sewu, Mepeh Kasur.

PERMASALAHAN

Masyarakat Osing di desa Kamiren memiliki tradisi khas yang dijalankan turun-temurun yang kesemuanya masih asli. Salah satunya, dalam hal bercocok tanam, masyarakat Kemiren menggelar tradisi selamatan sejak menanam benih, saat padi mulai berisi, hingga panen. 

Saat masa panen tiba, petani menggunakan ani-ani diiringi tabuhan angklung dan gendang yang dimainkan di pematang-pematang sawah. Saat menumbuk padi, para perempuan memainkan tradisi gedhogan, yakni memukul-mukul lesung dan alu sehingga menimbulkan bunyi yang enak didengar. Musik lesung ini menjadi kesenian yang masuk dalam warisan budaya asli suku Using.

Wisata Desa Adat Kamiren ini juga penuh dengan atraksi. Salah satunya adalah Barong Osing. Barong berciri khas sebagai wujud Singa bersayap dan bermahkota yang juga bisa dilihat Singa bersayap di Paduraksa cungkup makam Sunan Drajat, hewan ajaib, angker, mata melotot, bertaring, dagu bergerak dan dimainkan oleh dua orang. Selain itu masih banyak sekali kesenian dan keunikan lain dari wisata kampung kemiren ini.

 Dalam hal ini dapat dipetik bahwa dengan adanya kegiatan tersebut dapat mempertahankan dan melestarikan kebiasaan secara turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat osing banyuwangi. Sejak resmi ditetapkannya desa kemiren sebagai wisata desa adat kemiren, membuat desa ini semakin banyak dikenal oleh para wisatawan domestik bahkan mancanegara. Banyak para wisatawan jadi mengerti bahwa dikota Banyuwangi terdapat kesenian kesenian yang unik dan mereka juga bisa belajar mengenai kesenian itu di desa adat kemiren.

Terdapat salah satu festival yang diadakan didesa kemiren ini setiap tahunnya, yaitu Festival Ngopi Sepuluh Ewu. Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan kopi Banyuwangi. 

Banyuwangi memproduksi rata-rata hampir 9.000 ton kopi per tahun dengan 90 persen jenis robusta dan 10 persen arabika. "Event ini juga mendidik masyarakat proses menyajikan kopi dengan benar mulai penyangraian sampai penyeduhannya agar didapatkan cita rasa kopi yang tepat,".

Festival Ngopi Sepuluh Ewu ini sengaja digelar di Kemiren karena beberapa alasan."Pertama, di sini setiap rumah mempunyai cangkir yang sama. Semuanya seragam dan diwariskan secara turun temurun. Ini akan menjadi pemandangan yang menarik. Kedua, desa ini memiliki kekayaan budaya yang berkembang dengan baik dan terus dilestarikan,". 

Ketiga, terdapat beragam makanan khas yang bisa menjadi teman minum kopi yang pas. Antara lain rengginang, keripik gadung, ketan, pisang rebus, serabi, lanun, lopis dan klemben (bolu kering khas Banyuwangi). Kopi dan kudapan khas penyertanya ini nanti akan disajikan ke masyarakat secara gratis.

Dengan kekhasan tradisi dan budaya yang dimiliki Kemiren, membuat para investor tertarik untuk investasi dalam hal festival ngopi sepuluh ewu. Mereka memasok kopi dengan porsi yang banyak untuk disajikan pada saat festival ngopi sepuluh ewu. Namun, dengan berbagai festival dan kesenian yang ada didesa kemiren ini, para wisatawan banyak yang mendatangi desa ini untuk mengetahui apa saja yang ada didesa ini. Hal itu membuat para penyaji kopi (masyarakat desa kemiren) dalam festival ngopi sepuluh ewu ini kehabisan stok kopi yang disediakan investor. Sehingga mereka harus tetap menyajikan kopi gratis kepada wisatawan dengan menggunakan modal mereka sendiri, dan itu membuat kondisi ekonomi masyarakat desa kemiren menjadi sedikit terganggu.

KESIMPULAN

Adat adalah salah satu perwujudan lokal yang menunjukkan arti penting dari suatu daerah dengan daerah lain, ekspresi adat tidak sama dan bervariasi dari setiap komunitas. Keanekaragaman adat tersebut merupakan simbol-simbol perbedaan budaya sebagai ciri khas setiap masyarakat.

Salah satu kota di indonesia yang memiliki adat istiadat yang unik yaitu kota banyuwangi. Disana ada sebutan "Suku Osing". Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi, sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat jawa dan madura. Mereka menggunakan Bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing Banyak mendiami di Kecamatan Glagah, Licin, Songgon, Kabat, Rogojampi, Giri, Kalipuro, Kota serta sebagian kecil di kecamatan lain.

Kecamatan Glagah khususnya di Desa Kemiren, sangat kental akan adat istiadat dan budaya Suku Osing. Ini yang menjadikan Desa Kemiren di Banyuwangi sendiri terkenal dan kaya akan budaya dan tradisinya, sehingga. Pemerintah Daerah menetapkannya , sebagai daerah cagar budaya dan mengembangkannya sebagai Desa Wisata (Suku) Using (Osing) pada tahun 1995 oleh Bupati Purnomo Sidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun