Mohon tunggu...
Nova Putri Diana
Nova Putri Diana Mohon Tunggu... -

Bukan Author diskusi yuk... novaputridiana3@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keadilan "Gender" dan Pesantren

4 Februari 2018   14:43 Diperbarui: 4 Februari 2018   15:23 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperjuangkan kesetaraan gender bukan saja berorientasi mengangkat perempuan untuk memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari laki-laki, melainkan kesetaraan gender berorientasi agar kaum perempuan memiliki  kedudukan yang sama dan setara dengan laki-laki dari segi  apapun, baik ekonomi, pendidikan, hukum dll. 

Disektor ekonomi para kaum perempuan yang dahulunya menjadi kaum marginal dan kaum yang diinferiorkan, saat ini perempuan sudah memiliki akses dalam sektor ekonomi, perempuan tidak lagi berproduksi di kasur dan dapur, kini perempuan sudah bisa bergerak dalam bidang ekonomi, memenuhi ekonomi, dan bahkan mengatur laju ekonomi yang notabenenya bukan hanya sebatas pada sektor personal, namun sektor yang lebih luas lagi yaitu nasional. Terlebih dari itu, karena kesetaraan gender berimbas pada pengakuan identitas perempuan. 

Praktisnya kesetaraan gender yang berimbas pada perempuan, seperti halnya saat ini perempuan sudah banyak yang mampu duduk dikursi birokrasi, menggerakkan laju dan mengatur pola pemerintahan dan gerak bangsa, mereka dipercaya rakyat karena bisa. diferesiasi kelamin memang masih marak terjadi di negeri ini, namun kuantitasnya sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kemampuan, kapabilitas dan kualitas kini sudah menjadi pertimbangan untuk siapapun yang ingin memiliki pengaruh di kursi pemerintahan. 

Perempuan yang dikenal dengan kefemininanya tidak akan telak untuk merubah karakternya, namun tidak sedikit pula para perempuan yang mampu dan bisa bersikap lebih maskulin. Dalam sektor hukumpun juga seperti itu, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum, terlepas dari perasaan yang dinilai emosional dan sobjektif.

Kesetaraan gender juga timbul pada sebuah pemikiran yang merubah paradigma -- paradigma yang sudah ada dalam masyarakat  maupun adat, perubahan sudut pandang cara memandang dan menginterpretasikan gender. 

Menghilangkan kepercayaan adat mengenai anggapan perempuan yang selalu direndahkan. pemikiran bahwa perempuan lemah dan melankolis, menghempas anggapan bahwa perempuan bermain dengan perasaan dan berbeda dengan laki-laki.

Akan lebih adil memang, jika keputusan maupun pertimbangan suatu hal benar-benar difokuskan degan melihat kapabilitas dan integritas sobjeknya, terlepas dari melihat masalah diferensiasi jenis kelamin.

Semua lini kehidupan tidak lepas dari gender, dari ranah keluarga sampai birokrasi, semuanya bersentuhan dengan masalah gender, terlebih lagi gender juga ditegakkan dalam pesantren, alih-alih saat ini marak sekali isu burung yang menebarkan berita ketimpangan gender di Pesantren. 

Padahal tidak semua pesantren memiliki ideologi dan cara didik yang semacam itu, karena keadilan gender pada dasarnya juga dibahas lengkap dan mendetail oleh islam dan Al-Quran. dalam Islam kesetaraan gender menjadi bagian bahasan yang dibahas oleh firman Allah tersebut, amalan-amalan yang tidak berpihak pada salah satu pihak, amalan yang sifatnya humanis dan mengindahkan deferensiasi kelamin. 

Membahas mengenai keadilan gender dan pesantren, Kyai Mustaqim yang merupakan  pengasuh pesantren al-Uswah, bagi beliau laki-laki dan perempuan secara kodrati berbeda. Laki-laki mempunyai sifat rasional dan perempuan emosional namun sifat diatas hanyalah kasuistik dan personal. 

Dalam hal aktualistik perempuan dalam pekerjaan , bagi kyai Mustqim perempuan boleh bekerja baik dalam maupun diluar rumah, dengan syarat suami mengijinan.dan berkaitan dengan masalah kepemimpinan perempuan, presiden perempuan diperbolehkan jika dalam keadaan darurat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun