Mohon tunggu...
Nova Pebriani Lubis
Nova Pebriani Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Catatan Si Anak Kos: Antara Skripsi dan Cinta

26 Oktober 2024   15:54 Diperbarui: 26 Oktober 2024   23:52 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Catatan Si Anak Kos : Antara Skripsi dan Cinta

Novi menatap layar laptopnya dengan putus asa. Skripsi yang sudah ia kerjakan berbulan-bulan masih jauh dari kata selesai, dan tenggat waktu yang kian mendekat. Sementara itu, hatinya terus teringat dengan satu nama yang selalu muncul dalam benaknya. Rafi. Pria hitam manis dan  berprestasi yang ia kenal sudah cukup lama.

Hari itu, di kamar kosnya yang mungil, Novi merebahkan tubuh nya di  atas kasur miliknya sambil menghela napas panjang setelah pulang bimbingan dari kampus. Setelah 20 menit berlalu, ia kembali ke meja belajarnya dan membuka skripsinya, kembali fokus pada bab analisis yang masih berantakan. Tapi tiba-tiba saja, suara notifikasi ponselnya berbunyi. Pesan dari Rafi.

"Nov, sudah makan belum? Lagi apa nih?"

Pesan sederhana itu membuat Novi tersenyum kecil. Ada rasa hangat yang muncul di dadanya, meski ia tahu di saat seperti ini, ia seharusnya lebih memikirkan skripsi daripada perasaan yang tak tentu itu. Dengan semangat yang tak biasa, ia membalas pesan Rafi.

"Belum nih, baru mau beli makan. Kamu gimana?"

Tak butuh waktu lama, Rafi pun membalas pesan Novi.

"Kalau belum, makan bareng yuk di depan kampus. Aku juga belum makan,aku jemput."

Novi langsung bangkit dari kursi. Kamar kos yang berantakan dengan tumpukan buku dan kertas-kertas catatan ia tinggalkan sejenak. Mungkin, makan malam dengan Rafi bisa memberikan energi baru untuk menyelesaikan skripsi yang seolah tak pernah rampung, pikirnya. Selang beberapa menit,Rafi pun sampai di depan kos Novi dengan vespa kesayangannya.

Mereka pun tiba di warung ayam geprek langganan novi di depan kampus, mereka duduk berdua. Rafi dengan senyum manisnnya, dan Novi yang tampak kikuk namun berusaha tetap tenang. Novi pun memesan dua porsi ayam geprek dan dua es teh manis. Mereka pun mengobrol santai, hanya tentang tugas-tugas kuliah, teman-teman sekelas, dan sedikit cerita tentang kehidupan kos masing-masing.

"Nov, gimana skripsimu?" tanya Rafi di sela obrolan mereka.

Novi tersenyum pahit. "Masih stuck di olah data Fi. Kayaknya malah lebih sering nge-stuck daripada lanjutnya ini." 

Rafi tertawa kecil. "Wajar kok. Aku juga sempat begitu. Tapi ingat, nanti hasilnya akan sesuai sama usahamu. Jangan menyerah, ya" ucap Rafi sambil menyunggingkan senyuman kepada Novi

Ada sesuatu dalam cara Rafi berbicara yang membuat hati Novi merasa tenang dan nyaman. Seolah-olah semua masalah yang di hadapinya, mulai dari sulitnya menyusun teori,mengolah data, hingga tekanan tenggat waktu, bisa ia lalui. Senyuman Rafi seperti jawaban dari kebimbangan yang selama ini ia rasakan.

Setelah makan malam, Rafi pun mengantar Novi kembali ke kos nya. Dalam perjalanan itu, obrolan mereka tak lagi sebatas tugas kuliah, tetapi juga harapan dan mimpi masing-masing. Novi baru tahu kalau Rafi memiliki cita-cita menjadi seorang karyawan bank, mengingat Rafi merupakan seorang mahasiswa dari fakultas ekonomi. Novi sendiri bercita-cita menjadi dosen di kampus kecil di kotanya.

"Kalau kamu bisa memilih, setelah lulus nanti, kamu mau tinggal di mana?" tanya Rafi tiba-tiba.

Novi diam sejenak. "Entahlah Fi. Sebenarnya, aku ingin kembali ke kota ini. Rasanya, banyak sekali kenangan yang membuat aku merasa berat buat ninggalin kota ini" ucap novi dengan nada pasrah

Rafi tersenyum. "Semoga kamu bisa meraih semua yang kamu impikan, ya Nov."

Tak lama setelah obrolah itu, mereka pun tiba di kos Novi. Rafi kemudian pamit untuk pulang kepada Novi.

"Aku pulang dulu ya Nov, semangat ngerjain skripsinya" ucap Rafi seraya menyunggingkan  senyuman manisnya.

"Hati-hati di jalan ya Fi" ucap Novi sambil melambaikan tangannya.

Novi masih berdiri di depan kos nya sambil menatap punggung Rafi yang perlahan menghilang dari pandangannya. Rafi merupakan pria yang ia cintai diam-diam selama ini. Obrolan singkat tadi begitu membekas di hati Novi. Meski hanya sebuah percakapan sederhana, ia merasa lebih bersemangat lagi. Novi pun masuk ke dalam kos nya. Sesampainya di kamar, Novi segera membuka laptop dan mulai mengerjakan skripsinya lagi. Kali ini, ia tak hanya mengerjakan skripsi untuk lulus, tapi juga untuk sebuah alasan yang membuatnya tersenyum saat mengingatnya. Ya, ingatan itu tentang Rafi.

Satu bulan berlalu, akhirnya Novi berhasil menyelesaikan skripsinya dan besok ia akan melaksanakan sidang meja hijau. Malam itu, ia mengirim pesan ke Rafi.

"Fi, besok aku akan sidang, kamu datang ya" 

Balasan dari Rafi pun masuk "Iya Nov, besok aku pasti datang"

Hari untuk sidang meja hijau pun tiba, Novi dengan perasaan yang tegang namun berusaha tetap tenang mampu menjawab pertanyaan dari para dosen penguji. Setelah sah mendapatkan gelar S.Pd nya, Novi pun keluar dari ruangan sidang dengan perasaan yang bahagia dan terharu. Ia tak menyangka bahwa ia mampu menyelesaikan skripsi nya dengan tepat waktu dan tanpa ada satu pun revisi. Novi pun disambut oleh  Rafi yang sudah menunggu di depan ruangan sidang tersebut. 

"Novi, Selamat ya, akhirnya selesai juga!" ucap Rafi sambil memberikan sebuah bucket bunga berwarna biru kesukaan Novi.

"Rafi, terima kasih untuk semua semangat dan dukunganmu selama ini. Mungkin kamu enggak sadar, tapi setiap kali kita ngobrol atau makan bareng, aku jadi lebih semangat ngerjain skripsi. Kamu yang bikin aku terus maju" ucap novi dengan mata yang berkaca-kaca.

Rafi tersenyum. "Aku senang kalau bisa bantu kamu Nov. Kamu juga selalu jadi alasan kenapa aku betah di kota ini." ucap Rafi seraya menggenggam tangan Novi.

Kemudian mereka menuju gedung rektor untuk mengabadikan momen tersebut dengan berfoto bersama.

Sejak saat itu, mereka pun berjanji untuk tetap mendukung impian masing-masing. Meski belum tahu ke mana arah takdir akan membawa mereka, namun satu hal yang pasti, di antara skripsi yang melelahkan dan perasaan yang tak terduga itu, mereka telah menemukan arti dari sebuah perjalanan yang tak akan pernah terlupakan.

TAMAT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun