Novi tersenyum pahit. "Masih stuck di olah data Fi. Kayaknya malah lebih sering nge-stuck daripada lanjutnya ini."Â
Rafi tertawa kecil. "Wajar kok. Aku juga sempat begitu. Tapi ingat, nanti hasilnya akan sesuai sama usahamu. Jangan menyerah, ya" ucap Rafi sambil menyunggingkan senyuman kepada Novi
Ada sesuatu dalam cara Rafi berbicara yang membuat hati Novi merasa tenang dan nyaman. Seolah-olah semua masalah yang di hadapinya, mulai dari sulitnya menyusun teori,mengolah data, hingga tekanan tenggat waktu, bisa ia lalui. Senyuman Rafi seperti jawaban dari kebimbangan yang selama ini ia rasakan.
Setelah makan malam, Rafi pun mengantar Novi kembali ke kos nya. Dalam perjalanan itu, obrolan mereka tak lagi sebatas tugas kuliah, tetapi juga harapan dan mimpi masing-masing. Novi baru tahu kalau Rafi memiliki cita-cita menjadi seorang karyawan bank, mengingat Rafi merupakan seorang mahasiswa dari fakultas ekonomi. Novi sendiri bercita-cita menjadi dosen di kampus kecil di kotanya.
"Kalau kamu bisa memilih, setelah lulus nanti, kamu mau tinggal di mana?" tanya Rafi tiba-tiba.
Novi diam sejenak. "Entahlah Fi. Sebenarnya, aku ingin kembali ke kota ini. Rasanya, banyak sekali kenangan yang membuat aku merasa berat buat ninggalin kota ini" ucap novi dengan nada pasrah
Rafi tersenyum. "Semoga kamu bisa meraih semua yang kamu impikan, ya Nov."
Tak lama setelah obrolah itu, mereka pun tiba di kos Novi. Rafi kemudian pamit untuk pulang kepada Novi.
"Aku pulang dulu ya Nov, semangat ngerjain skripsinya" ucap Rafi seraya menyunggingkan  senyuman manisnya.
"Hati-hati di jalan ya Fi" ucap Novi sambil melambaikan tangannya.
Novi masih berdiri di depan kos nya sambil menatap punggung Rafi yang perlahan menghilang dari pandangannya. Rafi merupakan pria yang ia cintai diam-diam selama ini. Obrolan singkat tadi begitu membekas di hati Novi. Meski hanya sebuah percakapan sederhana, ia merasa lebih bersemangat lagi. Novi pun masuk ke dalam kos nya. Sesampainya di kamar, Novi segera membuka laptop dan mulai mengerjakan skripsinya lagi. Kali ini, ia tak hanya mengerjakan skripsi untuk lulus, tapi juga untuk sebuah alasan yang membuatnya tersenyum saat mengingatnya. Ya, ingatan itu tentang Rafi.