Mohon tunggu...
Novan Noorwicaksono Bhakti
Novan Noorwicaksono Bhakti Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

Berusaha menebarkan kebaikan dalam media dan kondisi apapun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Corak Kehidupan Manusia Pra Aksara di Indonesia, Masa Bercocok Tanam dan Berternak

16 April 2024   17:08 Diperbarui: 16 April 2024   17:11 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pola dan teknik pembuatan gerabah dari masa ini relatif masih sangat sederhana. Semua dikerjakan dengan tangan dengan penggunaan goresan sederhana di lingkar luarnya. Wilayah penemuan gerabah meliputi Kendenglembu (Banyuwangi), Klapadua (Bogor), Serpong (Tangerang), Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi), sekitar Danau Bandung, dan Paso (Minahasa).

6.  Alat Pemukul Kulit Kayu

Sebagian dari alat ini yang terbuat dari batu ditemukan di Kalimantan (Ampah) dan Sulawesi Tengah (Kalumpang, Minanga, Sipakka, Langkoka, dan Poso). Alat ini digunakan untuk menyiapkan bahan pakaian dengan cara memukul-mukul kulit kayu sampai halus. Hingga hari ini alat ini masih digunakan di Sulawesi dan Papua.

7.  Perhiasan

Berupa gelang yang terbuat dari batu dan kulit kerang. Banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat.

D. Sistem Kepercayaan

Pada masa ini berkembang sistem kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan bahwa roh seseorang yang sudah mati tidak lenyap, tetapi tetap hidup dan mempengaruhi kehidupan mereka. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan manusia dalam mempertahankan hidup. Dalam kehidupan megalitik, orang yang sudah meninggal dibekali berbagai macam barang keperluan sehari-hari, seperti perhiasan dan periuk yang dikubur bersama dengan maksud agar perjalanan ke dunia arwah terjamin. Tradisi bangunan megalitik didasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara orang yang masih hidup dengan yang sudah meninggal. Biasanya orang yang sudah meninggal dianggap berpengaruh kuat terhadap kesuburan tanah dan kesejahteraan masyarakat. Jasa mereka yang sudah meninggal diabadikan dalam bangunan batu.

Bangunan tradisi megalitik tersebar di hampir seluruh wilayah Kepulauan Indonesia, seperti Nias, Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Kalimantan, Toraja, Flores, dan Sumbawa. Bangunan paling tua kemungkinan berfungsi sebagai kuburan, berupa dolmen, peti kubur batu, bilik batu, sarkofagus (keranda batu), kalamba (bejana batu), waruga, batu kandang, dan temugelang. Di lokasi penguburan, biasanya ditemukan bangunan batu pelengkap lain, seperti menhir, patung nenek moyang, batu saji, batu lumpang, batu lesung, batu dakon, pelinggih batu, tembok batu, dan jalan berlapis batu.

Di Sumatra Selatan, bangunan megalitik terutama berupa menhir, dolmen, kubur berundak, peti kubur batu, palung, lesung batu, dan patung-patung batu statis dan dinamis. Di Jawa Barat, situs megalitik yang telah diteliti adalah Kosala, Lebaksibedug, Pasir Angin (Bogor), Leles (Garut), Kuningan dan Kampung Muara (Bogor),  dan Gunung Padang (Cianjur). Di Jawa Timur, situs megalitik banyak terdapat di Purbalingga, kaki Gunung Slamet, dan Rembang. Di Sumba Barat terdapat situs Makam Waingapu yang masih terawat dan digunakan dengan sangat baik. Di Nias, tradisi megalitik yang masih dilestarikan adalah lompat batu sebagai inisiasi kedewasaan serta tradisi penguburan.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun