Namun, produksi alat pelindung diri sebagian besar tidak efisien dan bahkan menguntungkan masyarakat umum. Banyak orang mendapat manfaat dari peningkatan produksi alat pelindung diri ini. Jadi kita memang harus mengecek ulang produsen APD ini agar kita benar-benar bisa memproduksi APD seefisien mungkin atau sekedar meraup keuntungan sebesar-besarnya. Oleh karena itu, kita sangat perlu mengetahui efisiensi yang optimal dalam pembuatan produk tersebut, sehingga apa yang dilakukan selain menguntungkan juga bermanfaat bagi orang lain.
Untuk mencapai efisiensi yang optimal dalam ekonomi mikro Islam, metode dasar yang dapat kita gunakan sebagai acuan yang berdasarkan maqashid. Sehingga, segala sesuatu yang kita lakukan, termasuk produksi barang, didasarkan pada Allah SWT dan berpegang teguh pada aturan Syariah. Menempatkan iman kita kepada Allah SWT dalam semua aktivitas kita bermanfaat. Dengan demikian hidup terasa nyaman dan sejahtera.
Tak bisa dipungkiri, bahwa Indonesia sebagai produsen APD terbesar kembali mengekspor APD setelah sebelumnya dilarang oleh Menteri Perdagangan. Tetapi hanya untuk negara-negara yang telah bekerja sama sebelumnya. Seperti Korea Selatan, Indonesia sebagai pemilik bahan baku perlu mengekspor ke Korea untuk memasok APD dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengekspor $257.880 (USD) pada April 2020 di tengah pandemi Corona atau COVID-19. Ekspor barang bertanda HS code 61201019 ditujukan untuk Korea Selatan. BPS juga menemukan bahwa pada April 2020, Indonesia mengekspor baju bedah dengan kode HS 62114310 senilai USD 709.000. Terkait impor baju bedah pada April 2020, ternyata hanya dilakukan dari Jepang.
Dengan masker dan alat pelindung diri lainnya yang dibutuhkan terutama oleh petugas kesehatan, permintaan meningkat secara dramatis dan persediaan biasanya langka dan mahal. Begitu banyak orang, baik komersial maupun DIY, membuat alat pelindung diri ini. akan tetapi, banyak yang menjual hanya untuk mendapatkan keuntungan, tanpa memperhatikan kualitas dan fungsi. Mereka ingin untung di satu sisi tanpa produksi aktual berdasarkan efisiensi optimal.
Tentu saja, dampak pandemi Covid-19 ini menambah alat pelindung diri, obat-obatan dan masker. Begitu banyak yang melakukan APD. Hal ini tentu tidak salah, namun sangat tepat jika tidak digunakan hanya untuk kepentingan pribadi. Kualitas barang juga harus diperhatikan dalam proses produksi. Dari segi barang juga memiliki keunggulan barang. Jadi bukan hanya untuk keuntungan maksimal. Sebab, pada akhirnya produsen memproduksi secara wajar dengan biaya rendah.
Dampak Tidak Efisiensi Produksi APD Pada Masa Pandemi Covid-19
Dampak negative akan lebih terasa saat meningkatnya permintaan obat -- obatan, APD, hingga masker. Pastinya, banyak pihak yang memproduksi APD dalam jumlah yang besar. Akan tetapi, apakah produksi dari pihak -- pihak tersebut produksi APD telah mencapai tingkat efisiensi bagi masyarakat umum. Di lapangan banyak masyarakat yang merasa bahwa produksi APD ini belum mencapai tingkat efisiensi yang maksimal. Dimana, sebenarnya efisiensi sendiri merupakan Efesiensi adalah suatu ukuran keberhasilan sebuah kegiatan yang dinilai berdasarkan besarnya biaya/sumber daya yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan., dikkatakan efesien jika ada perbaikan pada prosesnya. Efisiensi dalam produksi, bahwa efisiensi merupakan perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input, artinya jika ratio output besar, maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input yang terbaik dalam memproduksi barang (Shone dan Rinald dalam Susantun, 2000).
Jadi, memang jika ditinjau kembali produksi APD belum mencapai tingkat efisiensi yang maksimal. Dalam pandangan kegiatan produksi ialah pengolahan sumber daya dengan cara yang halal dan sesuai dengan syariat Islam, tujuan utamanya yaitu untuk mencapai kemaslahatan manusia. Proses produksi mulai dari bahan mentah kemudian pengolahan hingga siap untuk digunakan harus meggunakan cara yang halal dan baik. Begitu pula dengan faktor produksinya seperti sumber daya, tenaga kerja, modal, dsb, juga harus dengan cara halal dan baik. Berproduksi lazim diartikan menciptakan nilai barang atau menambah nilai terhadap sesuatu produk, barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya yang dibolehkan dan menguntungkan (yakni halal dan baik) menurut Islam (Mohamed Aslam Haneef, 2010).Â
Solusi Untuk Mencegah Tidak Efisiensi Produksi APD Pada Masa Covid-19
Jika terjadi pandemi seperti ini, dipastikan akan ada produk yang permintaannya meningkat. Seperti halnya saat ini di masa pandemi Covid-19, permintaan alat pelindung diri meningkat secara signifikan. Begitu banyak yang melakukan APD. Hal tersebut tidak salah, namun sangat tepat bahwa hal tersebut tidak sekedar mengeksploitasi kepentingan pribadi. Kualitas barang juga harus diperhatikan dalam proses produksi. Dari segi barang juga memiliki keunggulan barang. Jadi bukan hanya untuk keuntungan maksimal. Karena produsen memproduksi secara efisien dan hemat biaya. Sebagai produsen, Anda juga harus memperhatikan efisiensi.
Produsen masih dapat mencapai efisiensi jika mereka benar-benar menggunakan sumber daya yang ada dengan benar. Saat membuat masker, mereka harus menggunakan bahan baku berkualitas tinggi, memanfaatkan peluang dengan memaksimalkan bahan yang ada dan menggunakan tenaga kerja seefisien mungkin agar tidak membuang waktu dan uang. Ketika produsen telah memproduksi barang secara maksimal, keuntungan besar dan sah dibuat.