Aksesoris, fashion hingga kendaraan pribadinya harus tampil berkelas. Hal itu jadi  wajar saja di dalam dunia marketing dan bisnis pada umumnya. Sebenarnya belum masuk dalam kategori flexing, tapi lebih memberikan motivasi. Bila serius bisa kaya seperti ini.
Flexing di kalangan  artis atau para pesohor memang lebih ingin menunjukkan eksistensi, pencapaian setelah karya mereka laku di dunia industri entertainment. Namun beda dengan flexing yang dilakukan para pejabat atau istri pejabat yang membuat orang bertanya tanya darimana uang yang digunakan untuk membeli barang, atau menikmati fasilitas mewah.
Dengan posisi kedudukan dari hasil atau gaji yang bisa dilacak,apalagi harta seorang pejabat harus dilaporkan secara berkala kepada institusi berwenang, ada laporan harta kekayaan pejabat negara (LHKPN) yang bisa diakses publik.
Flexing yang dilakukan pejabat memang lebih memancing apalagi yang sengaja di viralkan di media sosial. Biasanya jadi santapan para netizen untuk menyerang. kasus flexing sering berujung pada pemanggilan oleh institusi hukum, petugas pajak hingga sangkaan perbuatan korupsi.
Flexing dibeberapa kasus sering berkaitan dengan kesehatan mental, merasa dibanding bandingkan dengan orang lain, mengikuti standar yang tidak realistis. Flexing juga terkait dengan budaya, pergaulan dan latar belakang pendidikan.
Bagi kalangan tertentu melakukan flexing adalah upaya untuk unjuk diri secara impulsif kepada orang banyak, keinginan untuk dipuji, jadi bahan pembicaraan. Merasa puas ketika memamerkan barang mewah, gaya hidup glamour. Uniknya Flexing secara sadar juga dimanfaatkan oleh beberapa media untuk mendapatkan berita.Â
Bahkan dibuatkan program khusus agar para artis dan pesohor bisa melakukan flexing yang diliput khusus. Banyak tayangan televisi yang meliput rumah dan interior mewah seorang artis, meliput kendaraan super mahal para pesohor, bahkan ada tayangan yang meliput saat si artis berbelanja barang mewah.
Secara tidak langsung flexing memang seperti bermata dua, Â dibenci namun juga disayang. Bagi penontonnya, melihat kemewahan seperti 'hiburan' batin dari kemiskinan yang selalu mendera setiap hari. Banyak orang malah seperti diajak bermimpi, gembira melihat barang barang mewah walau tak pernah memiliki.
Bahaya Flexing Di Tengah Kemiskinan
Memamerkan kekayaan , barang mewah, gaya hidup glamour punya bahaya yang merugikan. Bahaya bagi si pelaku flexing dan juga bahaya bagi orang yang melihatnya. apalagi flexing dilakukan di tengah kemiskinan yang parah dan akut.
Komunitas La Sape di Kongo merupakan contoh perilaku flexing  yang sangat terkenal. kaum La Sape menggunakan fashion branded dengan harga mahal walau mereka hidup kekurangan. Yang penting kesohor walau hidup tekor.Â