Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Seperti Ini Perlakuan Terhadap Smartphone

12 Agustus 2024   03:56 Diperbarui: 13 Agustus 2024   04:46 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup tanpa smartphone seperti menarik diri dari dunia. Rasanya, sukar dibayangkan. Smartphone kehilangan sinyal saja bisa membuat kita uring-uringan. Seperti masuk ke zaman antah berantah. Mati gaya. Seperti itulah rata rata yang orang rasakan. Lebih baik tidak bawa dompet ketimbang ketinggalan smartphone.

Karena ketergantungan terhadap smartphone sudah menggurita, mulai dari kebutuhan percakapan, e wallet, entertainment hingga aplikasi pendukung kerja. Bahkan untuk sebuah perjalanan dari satu tempat (kota) ke tempat lain semua tergantung smartphone. 

Mulai dari pembelian tiket kereta atau pesawat, mencari hotel, memesan transportasi online dalam kota, memesan makanan, mencari lokasi yang akan dituju. Semuanya seratus persen sangat tergantung dengan smartphone.

Bahkan hal-hal yang sifatnya sangat privat semuanya tersimpan di dalam smartphone. Hampir tak ada hal yang tidak melibatkan smartphone. Maka boleh dibilang smartphone menjadi asisten pribadi yang tak tergantikan. Ia selalu siap 24 jam nonstop.

Sebagai informasi, pengguna smartphone aktif di Indonesia mencapai 354 juta orang. data ini didapat pada berita Kompas yang rilis 20/10/2023, Kompas mengambil data ini berdasarkan survei Google, Think Tech, Rise Foldable; The Next Big Thing in Smartphone. Angka ini melebihi jumlah penduduk Indonesia yang menurut data BPS tercatat 278,69 juta Berarti sebagian orang Indonesia memiliki dua perangkat smartphone sekaligus.

Dari jangkaun usia, pengguna aktif smartphone sejak balita yang belum mengenal baca tulis hingga lansia yang digunakan untuk menemani hari-hari tuanya. 

Lalu, bagaimana bila hidup tanpa smartphone? Rasanya sulit tapi bukan tidak mungkin. Saya menemukan orang orang yang sudah "merdeka" dari smartphone. Benar-benar tidak memiliki smartphone. 

Orang yang pertama saya temui tidak lagi menggunakan smartphone adalah seorang pembicara, narasumber di bidang pendidikan. Pria yang aktif mengisi kegiatan parenting di beberapa sekolah ini tak lagi menggunakan smartphone.

Untuk berkomunikasi, berinteraksi menggunakan email dan bila terpaksa untuk hal yang sifatnya mendesak, ia memberikan nomor smartphone sang istri. Baginya tidak memiliki smartphone tidak membuatnya kehilangan informasi. Tapi memang ia tidak memiliki satupun media sosial. Ia merasa tidak capek dengan urusan upload video, status atau ingin kepo dari kegiatan orang lain. 

Hidup tanpa smartphone baginya bisa lebih banyak waktu yang lebih berguna. Tidak perlu lagi melihat layar smartphone yang menurutnya akan menghabiskan energi. 

Tentu tidak lagi menggunakan smartphone adalah pilihan. Toh, ternyata setelah dicoba beberapa bulan, kehidupannya baik baik saja. ia merasa memiliki jaringan pertemanan yang jauh lebih nyata. Karena pertemanan yang dilakukan jadi lebih erat, saling berkunjung, bertamu, mengobrol secara tatap muka. 

Orang kedua yang tidak lagi mau memakai smartphone adalah seorang tokoh masyarakat. Cukup lama pria yang aktif di kegiatan religius ini memutuskan tidak lagi menggunakan smartphone. 

Saya sempat bertanya alasannya tak menggunakan smartphone, baginya smartphone lebih banyak efek buruknya ketimbang efek baiknya. Itu alasan yang keluar dari mulutnya. Saya coba mengeksplor efek buruk seperti apa yang ia maksud. Ternyata saya mendapatkan hal yang cukup mencengangkan: ia berpendapat smartphone lah yang membuat istrinya berselingkuh dan akhirnya terjadi perceraian. 

Sebuah jawaban yang membuat saya terdiam beberapa saat, saya menangkap getir kekecewaan yang sangat membekas. Ada trauma mendalam. ia menceritakan kronologis terjadinya perselingkuhan yang menurutnya diawali karena adanya smartphone. 

Ia bercerita dengan nada datar dengan ekspresi berusaha untuk melupakan. Hingga hari ini ia tak lagi menggunakan smartphone. Ia hanya menggunakan handphone jadul yang hanya bisa untuk menelepon dan sms. Pilihan yang ia ambil bukan karena tak mampu membeli smartphone tapi ia menghindari aplikasi media sosial yang menurutnya banyak efek negatif.

Efek negatif smartphone memang telah banyak dibahas para ahli, dari aspek kesehatan mental seperti terjadinya kecemasan dan depresi, dalam beberapa kasus yang menimpa anak anak remaja yang terganggu karena timbul kegelisahan yang berlebihan karena komentar yang diterimanya di media sosial, tekanan dan bully yang ia terima. 

Interaksi sosialnya yang merasa kesepian saat berada di keramaian. Sulit membedakan dunia maya dan dunia nyata. Sehingga respon yang diberikan menjadi berlebihan.

Belum lagi konten berbau porno dan kekerasan yang mudah sekali ditemui, berseliweran seperti menjadi hal biasa. Kata kata kotor, ujaran kebencian, hoax yang sulit untuk dihindari.

Smartphone terbukti mempengaruhi perkembangan kognitif anak, terjadinya speech delay, hilangnya konsentrasi dan perilaku yang menyimpang saat melihat adegan yang tak pantas dilihat anak anak.

Smartphone juga menyebabkan terjadi ketidak harmonisan keluarga, terjadinya CLBK,bibit perselingkuhan yang mudah muncul karena mudahnya orang menjalin komunikasi secara privat dan intens, bertukar foto, gambar dan video. Hampir semua hubungan terlarang pasti menggunakan smartphone. 

Smartphone seperti pedang bermata dua, ia bisa menjadi hal positif yang memberikan kebaikan bahkan bisa memberikan penghasilan, namun di sisi yang lain, smartphone menjadi jalan sebuah perilaku menyimpang, kegiatan negatif yang merugikan.

Momen Smartphone Hilang Menjadi Titik Balik

Ketergantungan terhadap smartphone memang sulit dipisahkan. Ia menjadi candu yang membuat ketagihan. Ada sesuatu yang hilang ketika tak bersama smartphone. Ada yang tidak lengkap, ada yang tidak bisa dilakukan tanpa smartphone.

Ada yang sampai ke level kepanikan yang luar biasa ketika smartphone tidak bisa digunakan. Bahkan sampai ke tingkat depresi. Entah ada hal yang sangat penting dan sangat rahasia yang mungkin bisa diketahui orang lain. Smartphone seperti kotak pandora yang bisa membuat orang terkaget-kaget.

Walau tidak dalam level depresi, saya merasakan hal yang cukup mengganggu saat smartphone raib saat berbelanja di hypermarket. Entah bagaimana smartphone bisa hilang secara tiba-tiba. Saya yang biasanya sangat hati-hati bisa berbuat teledor.

Tentu kehilangan smartphone yang terpikir bukan perangkatnya tapi data yang ada dalam smartphone, hal-hal penting yang khawatir bisa disalahgunakan orang lain. Ada aset digital yang penting untuk saya yang mungkin sulit akan dikembalikan.

Saya benar-benar merasa hopeless, karena baru terasa begitu banyaknya ketergantungan terhadap benda canggih ini. Yang pertama dilakukan adalah memberitahukan sebanyak banyak orang untuk mengeluarkan saya dari banyak grup WA. Lalu berupaya menyelamatkan data yang masih mungkin diselamatkan. Memblokir semua akun keuangan agar tidak bisa digunakan orang lain.

Dari situlah saya berjanji untuk tidak banyak ketergantungan dengan smartphone. Misalnya tidak banyak menyimpan data penting yang mungkin bisa disalahgunakan di dalam smartphone. Melakukan back up untuk data kontak, password akun akun media sosial, hingga aplikasi keuangan.

Sejak kejadian smartphone yang hilang saya jadi membatasi penggunaannya. Saya juga mulai mengurangi waktu menggunakan smartphone, hanya menggunakan saat lingkungan aman, terkendali dan tidak dalam posisi berpotensi bahaya. Bahkan saya tak pernah membuka smartphone saat kereta sedang penuh, dan tak berusaha untuk menghabiskan waktu dengan menggunakan smartphone walau sekadar melihat media sosial.

Saya juga tidak akan melihat smartphone saat mengendarai kendaraan, dan tak akan menjawab panggilan pada saat yang bersamaan. Bagi saya smartphone harus benar benar aman saat akan digunakan.

Saya juga hanya menggunakan aplikasi yang dibutuhkan, tak berusaha mendownload aplikasi entertainment terlalu banyak. Saya juga tak pernah menginstal aplikasi game apapun. Jadi saya tak pernah main game di smartphone. Karena bagi saya main game hanya membuang waktu, ini hanya pendapat pribadi, mohon maaf untuk para gamers.

Saya juga tidak menginstal aplikasi film, jadi saya tak pernah menonton film di smartphone dimanapun berada. Saya juga membatasi penggunaan Youtube untuk hal yang penting dan berguna saja. Boleh dibilang penggunaan smartphone hanya untuk hal yang urgent dan penting saja. Lebih dari saya akan melakukan aktivitas lain yang menurut saya punya efek positif, seperti membaca buku, berolahraga, melakukan perjalanan, mengunjungi teman atau mengurus hewan peliharaan . 

Untuk sekadar mendengar aplikasi musik saja saya baru menggunakan setelah saya sudah merasa kelelahan dan butuh sekedar istirahat dan itupun saya batasi tak lebih dari 30 menit. Entah karena apa, saya akan pusing kalau terlalu banyak mendengarkan lagu. 

Tips Hidup dengan Smartphone

Saya menganggap smartphone adalah bagian penting dalam hidup, ia adalah alat canggih yang membantu mempermudah hidup, terutama pekerjaan saya yang terhubung jaringan relawan se-Indonesia.

Memantau terjadinya bencana yang mungkin terjadi, membaca berita kemansiaan yang terjadi diseluruh dunia. Mencari ide program sosial yang bisa dijalankan. Untuk itulah smartphone digunakan untuk membantu.

Maka didalam smartphone yang sering muncul adalah notifikasi dari BMKG, terjadi gempa dari seluruh indonesia. Catatan kegempaan menjadi hal yang jadi perhatian, selain terjadinya erupsi gunung, banjir, kebakaran hutan atau angin ribut.

Teknologi memang sangat membantu tapi bila penggunaannya tidak tepat dan berlebihan malah menjadi hal yang mengganggu. Didalam smartphone banyak aplikasi yang bisa digunakan, ada aplikasi yang bisa membawa potensi hal buruk, seperti aplikasi judi online, aplikasi permainan, hingga aplikasi jejaring komunikasi, grup grup yang membahas hal sensitif.

Tips saya untuk penggunaan smartphone, pertama, saya membatasi waktu penggunaan smartphone. saya tidak menggunakan smartphone dari jam 4.30 hingga jam 06.00 di pagi hari. saya juga sudah menghentikan smartphone dari jam 22.00 hingga jam 03.00.

Tips kedua, saya menghindari membuka media sosial yang isinya buzzer politik, perdebatan politik antar calon, atau hal remeh temeh yang aneh aneh. Bagi saya menikmati apa yang tersaji di dalam smartphone adalah hak saya, jadi saya akan menikmati yang sesuai dengan kebutuhan saja. Saya tidak mau terganggu dengan hiruk pikuk kebencian orang lain yang menyerang pihak lawannya. Hal itu sudah pasti saya lewati.

Tips ketiga, smartphone adalah gambaran pribadi kita. ia mewakili apa yang kita sukai dan tidak kita sukai. Bagi saya menggunakan smartphone harus sejalan dengan apa yang yang menjadi keinginan, apa saja aplikasi yang akan saya instal, apa saja yang akan saya baca, saya tonton, apa saja yang akan saya dengarkan dari smartphone. 

Maka, tips saya, smartphone harus efektif membantu pekerjaan, aplikasi yang saya instal adalah semua yang akan mendukung apa yang saya kerjakan dan apa yang saya sukai. Jangan asal menginstal aplikasi yang belum benar benar kita pahami kegunaannya. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan.

Saya yakin setiap orang punya caranya sendiri untuk memanfaatkan teknologi yang tersedia di smartphone. Ada yang sangat menyukai film, game, lagu, podcast, atau video video singkat yang ada di youtube, instagram, tiktok atau aplikasi lainnya. Ada yang menyukai video motivasi, edukasi, memasak, wisata hingga hal lainnya.

Sulit rasanya hidup tanpa smartphone di zaman ini, dimana informasi, hiburan dan hal kreatif lainnya banyak tersedia. Belum lagi aplikasi yang membantu kegiatan sehari hari, atau aplikasi yang menjadi sumber penghasilan. 

Hanya orang-orang terpilih yang mampu hidup tanpa smartphone. Orang yang sudah paham apa yang harus dilakukan tanpa smartphone. Karena saya yakin hidup akan baik-baik saja tanpa smartphone, dan bagi yang memilih menggunakan smartphone, saya yakin ada kebaikan dan manfaat penting dari benda canggih yang selalu berada disekitar kita.

Jadi poinnya adalah bukan hidup tanpa smartphone atau tidak, tapi bagaimana kita bisa mengontrol penggunaannya, bisa memanfaatkan dengan benar dan efektif. Kita adalah penguasa smartphone bukan kita yang dikuasai. 

Salam Bahagia...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun