Tentu tidak lagi menggunakan smartphone adalah pilihan. Toh, ternyata setelah dicoba beberapa bulan, kehidupannya baik baik saja. ia merasa memiliki jaringan pertemanan yang jauh lebih nyata. Karena pertemanan yang dilakukan jadi lebih erat, saling berkunjung, bertamu, mengobrol secara tatap muka.Â
Orang kedua yang tidak lagi mau memakai smartphone adalah seorang tokoh masyarakat. Cukup lama pria yang aktif di kegiatan religius ini memutuskan tidak lagi menggunakan smartphone.Â
Saya sempat bertanya alasannya tak menggunakan smartphone, baginya smartphone lebih banyak efek buruknya ketimbang efek baiknya. Itu alasan yang keluar dari mulutnya. Saya coba mengeksplor efek buruk seperti apa yang ia maksud. Ternyata saya mendapatkan hal yang cukup mencengangkan: ia berpendapat smartphone lah yang membuat istrinya berselingkuh dan akhirnya terjadi perceraian.Â
Sebuah jawaban yang membuat saya terdiam beberapa saat, saya menangkap getir kekecewaan yang sangat membekas. Ada trauma mendalam. ia menceritakan kronologis terjadinya perselingkuhan yang menurutnya diawali karena adanya smartphone.Â
Ia bercerita dengan nada datar dengan ekspresi berusaha untuk melupakan. Hingga hari ini ia tak lagi menggunakan smartphone. Ia hanya menggunakan handphone jadul yang hanya bisa untuk menelepon dan sms. Pilihan yang ia ambil bukan karena tak mampu membeli smartphone tapi ia menghindari aplikasi media sosial yang menurutnya banyak efek negatif.
Efek negatif smartphone memang telah banyak dibahas para ahli, dari aspek kesehatan mental seperti terjadinya kecemasan dan depresi, dalam beberapa kasus yang menimpa anak anak remaja yang terganggu karena timbul kegelisahan yang berlebihan karena komentar yang diterimanya di media sosial, tekanan dan bully yang ia terima.Â
Interaksi sosialnya yang merasa kesepian saat berada di keramaian. Sulit membedakan dunia maya dan dunia nyata. Sehingga respon yang diberikan menjadi berlebihan.
Belum lagi konten berbau porno dan kekerasan yang mudah sekali ditemui, berseliweran seperti menjadi hal biasa. Kata kata kotor, ujaran kebencian, hoax yang sulit untuk dihindari.
Smartphone terbukti mempengaruhi perkembangan kognitif anak, terjadinya speech delay, hilangnya konsentrasi dan perilaku yang menyimpang saat melihat adegan yang tak pantas dilihat anak anak.
Smartphone juga menyebabkan terjadi ketidak harmonisan keluarga, terjadinya CLBK,bibit perselingkuhan yang mudah muncul karena mudahnya orang menjalin komunikasi secara privat dan intens, bertukar foto, gambar dan video. Hampir semua hubungan terlarang pasti menggunakan smartphone.Â
Smartphone seperti pedang bermata dua, ia bisa menjadi hal positif yang memberikan kebaikan bahkan bisa memberikan penghasilan, namun di sisi yang lain, smartphone menjadi jalan sebuah perilaku menyimpang, kegiatan negatif yang merugikan.