Saya sempat bertanya alasannya tak menggunakan smartphone, baginya smartphone lebih banyak efek buruknya ketimbang efek baiknya. Itu alasan yang keluar dari mulutnya. Saya coba mengeksplor efek buruk seperti apa yang ia maksud. Ternyata saya mendapatkan hal yang cukup mencengangkan : ia berpendapat smartphone lah yang membuat istrinya berselingkuh dan akhirnya terjadi perceraian.Â
Sebuah jawaban yang membuat saya terdiam beberapa saat, saya menangkap getir kekecewaan yang sangat membekas. Ada trauma mendalam. ia menceritakan kronologis terjadinya perselingkuhan yang menurutnya diawali karena adanya smartphone.Â
Ia bercerita dengan nada datar dengan ekspresi berusaha untuk melupakan. Hingga hari ini ia tak lagi menggunakan smartphone. Ia hanya menggunakan handphone jadul yang hanya bisa untuk menelpon dan sms. Pilihan yang ia ambil bukan karena tak mampu membeli smartphone tapi ia menghindari aplikasi media sosial yang menurutnya banyak efek negatif.
Efek negatif smartphone memang telah banyak dibahas para ahli, dari aspek kesehatan mental seperti terjadinya kecemasan dan depresi, dalam beberapa kasus yang menimpa anak anak remaja yang terganggu karena timbul kegelisahan yang berlebihan karena komentar yang diterimanya di media sosial, tekanan dan bully yang ia terima. Interaksi sosialnya yang merasa kesepian saat berada di keramaian. Sulit membedakan dunia maya dan dunia nyata. Sehingga respon yang diberikan menjadi berlebihan.
Belum lagi konten berbau porno dan kekerasan yang mudah sekali ditemui, berseliweran seperti menjadi hal biasa. Kata kata kotor, ujaran kebencian, hoax yang sulit untuk dihindari.Smartphone terbukti mempengaruhi perkembangan kognitif anak, terjadinya speech delay, hilangnya konsentrasi dan perilaku yang menyimpang saat melihat adegan yang tak pantas dilihat anak anak.
Smartphone juga menyebabkan terjadi ketidak harmonisan keluarga, terjadinya CLBK,bibit perselingkuhan yang mudah muncul karena  mudahnya orang menjalin komunikasi secara privat dan  intens, bertukar foto, gambar dan video. Hampir semua hubungan terlarang pasti menggunakan smartphone.Â
Smartphone seperti pedang bermata dua, ia bisa menjadi hal positif yang memberikan kebaikan bahkan bisa memberikan penghasilan, namun di sisi yang lain, smartphone menjadi jalan sebuah perilaku menyimpang, kegiatan negatif yang merugikan.
Momen Smartphone Hilang Menjadi Titik Balik
Ketergantungan terhadap smartphone memang sulit dipisahkan. Ia menjadi candu yang membuat ketagihan. Ada sesuatu yang hilang ketika tak bersama smartphone. Ada yang tidak lengkap, ada yang tidak bisa dilakukan tanpa smartphone.
Ada yang sampai ke level kepanikan yang luar biasa ketika smartphone tidak bisa digunakan. Bahkan sampai ke tingkat depresi. Entah ada hal yang sangat penting dan sangat rahasia yang mungkin bisa diketahui orang lain. Smartphone seperti kotak pandora yang bisa membuat orang terkaget kaget.
Walau tidak dalam level depresi, saya merasakan hal yang cukup mengganggu saat smartphone raib saat berbelanja di hypermarket. Entah bagaimana smartphone bisa hilang secara tiba tiba. Saya yang biasanya sangat hati hati bisa berbuat teledor.
Tentu kehilangan smartphone yang terpikir bukan perangkatnya tapi data yang ada dalam smartphone, hal hal  penting yang khawatir bisa disalahgunakan orang lain. Ada aset digital yang penting untuk saya yang mungkin sulit akan dikembalikan.