Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seperti Ini Perlakuan Terhadap Smartphone

12 Agustus 2024   03:56 Diperbarui: 12 Agustus 2024   04:17 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Smartphone (sumber gambar : Pixabay

Saya sempat bertanya alasannya tak menggunakan smartphone, baginya smartphone lebih banyak efek buruknya ketimbang efek baiknya. Itu alasan yang keluar dari mulutnya. Saya coba mengeksplor efek buruk seperti apa yang ia maksud. Ternyata saya mendapatkan hal yang cukup mencengangkan : ia berpendapat smartphone lah yang membuat istrinya berselingkuh dan akhirnya terjadi perceraian. 

Sebuah jawaban yang membuat saya terdiam beberapa saat, saya menangkap getir kekecewaan yang sangat membekas. Ada trauma mendalam. ia menceritakan kronologis terjadinya perselingkuhan yang menurutnya diawali karena adanya smartphone. 

Ia bercerita dengan nada datar dengan ekspresi berusaha untuk melupakan. Hingga hari ini ia tak lagi menggunakan smartphone. Ia hanya menggunakan handphone jadul yang hanya bisa untuk menelpon dan sms. Pilihan yang ia ambil bukan karena tak mampu membeli smartphone tapi ia menghindari aplikasi media sosial yang menurutnya banyak efek negatif.

Efek negatif smartphone memang telah banyak dibahas para ahli, dari aspek kesehatan mental seperti terjadinya kecemasan dan depresi, dalam beberapa kasus yang menimpa anak anak remaja yang terganggu karena timbul kegelisahan yang berlebihan karena komentar yang diterimanya di media sosial, tekanan dan bully yang ia terima. Interaksi sosialnya yang merasa kesepian saat berada di keramaian. Sulit membedakan dunia maya dan dunia nyata. Sehingga respon yang diberikan menjadi berlebihan.

Belum lagi konten berbau porno dan kekerasan yang mudah sekali ditemui, berseliweran seperti menjadi hal biasa. Kata kata kotor, ujaran kebencian, hoax yang sulit untuk dihindari.Smartphone terbukti mempengaruhi perkembangan kognitif anak, terjadinya speech delay, hilangnya konsentrasi dan perilaku yang menyimpang saat melihat adegan yang tak pantas dilihat anak anak.

Smartphone juga menyebabkan terjadi ketidak harmonisan keluarga, terjadinya CLBK,bibit perselingkuhan yang mudah muncul karena  mudahnya orang menjalin komunikasi secara privat dan  intens, bertukar foto, gambar dan video. Hampir semua hubungan terlarang pasti menggunakan smartphone. 

Smartphone seperti pedang bermata dua, ia bisa menjadi hal positif yang memberikan kebaikan bahkan bisa memberikan penghasilan, namun di sisi yang lain, smartphone menjadi jalan sebuah perilaku menyimpang, kegiatan negatif yang merugikan.

Momen Smartphone Hilang Menjadi Titik Balik

Ketergantungan terhadap smartphone memang sulit dipisahkan. Ia menjadi candu yang membuat ketagihan. Ada sesuatu yang hilang ketika tak bersama smartphone. Ada yang tidak lengkap, ada yang tidak bisa dilakukan tanpa smartphone.

Ada yang sampai ke level kepanikan yang luar biasa ketika smartphone tidak bisa digunakan. Bahkan sampai ke tingkat depresi. Entah ada hal yang sangat penting dan sangat rahasia yang mungkin bisa diketahui orang lain. Smartphone seperti kotak pandora yang bisa membuat orang terkaget kaget.

Walau tidak dalam level depresi, saya merasakan hal yang cukup mengganggu saat smartphone raib saat berbelanja di hypermarket. Entah bagaimana smartphone bisa hilang secara tiba tiba. Saya yang biasanya sangat hati hati bisa berbuat teledor.

Tentu kehilangan smartphone yang terpikir bukan perangkatnya tapi data yang ada dalam smartphone, hal hal  penting yang khawatir bisa disalahgunakan orang lain. Ada aset digital yang penting untuk saya yang mungkin sulit akan dikembalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun