Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kenakalan Masa Kecil dan Radio (Autobiografi #10)

14 Juni 2023   22:23 Diperbarui: 14 Juni 2023   22:42 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel ini adalah sambungan dengan artikel sebelumnya, sila membaca artikel sebelumnya disini

Kisah sebelumnya

Ayahku membangun rumah yang santer diisukan banyak hantu karena bekas sumur tua dan ada pohon beringin besar yang ada penunggunya, sukaduka ayah dan ibu membangun rumah tempat aku tumbuh.

Kisah Selanjutnya

Masa kanak kanakku di gang senggol dilalui dengan bahagia. Kenakalan anak kecil beberapa kali aku lakukan yang membuat ayah dan ibuku marah besar. Keisengan yang membuat anak lain hampir celaka. Entah apa yang aku pikirkan ketika itu. Ada saja kenakalan yang membuat anak lainnya menagis dan mengadu ke orangtuanya. Lalu karena merasa anaknya diisengi kelewat batas beberapa orangtua mengadu kepada ayah dan ibuku.

Jadilah aku kena hukuman karena membuat anak tetangga menangis. Kenakalan yang paling membekas adalah ketika aku memaku salah satu kaki anak tetangga menggunakan paku hingga kakinya berdarah. Kejadian ini membuat geger, karena kedua orangtuanya tak terima. Aku ingat , anak itu harus dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.

Keiisenganku sebenarnya dilakukan secara spontan, tak paham bahaya yang akan terjadi pada anak lainnya. Mulai dari luka atau mungkin hal serius lainnya. Yang aku tahu ayaku akan marah besar. Sambil memukul pantatku dengan handuk.

Sebuah hukuman yang mungkin menurut ayahku tak memiliki efek berbahaya. Namun tetap saja aku takut bukan main. Pernah karena saking kesalnya ayahku memukul hingga mengenai kepala dan membuat luka dikepalaku.

Aku melihat ayahku ketakutan karena kepalaku bocor. Segera dibawanya aku ke seorang mantri kesehatan untuk dilakukan pengobatan. Aku saat itu baru sadar bila aku harus menjalani pengobatan luka dikepala. Ayahku menyesal karena tindakannya terlalu berlebihan. Sejak itu ayahku tak lagi memukul bila aku nakal.

Beda dengan ayahku, bila ibuku marah ia akan mencubit dengan cukup keras hingga aku kesakitan dan menagis. Kalau sedang memarahi  Ibuku jauh lebih menyeramkan ketimbang ayahku. Kenakalan yang sering terjadi adalah aku berkelahi dengan anak lainnya. Baik anak tetangga atau anak dari gang lain.

Sebenarnya perkelahian diawali dari saling ejek. Perkalihan bisa terjadi berkelanjutan dan berserie karena dianggap belum ada yang menang. Bahkan dalam sebuah perkelahian  saking serunya hingga aku dan lawanku masuk ke dalam got yang airnya hitam dan bau.

Ada yang unik, bila aku berkelahi aku tidak akan diomeli. Malah diberi 'semangat' agar bisa memenangkan perkelahian. Ayah dan Ibuku tak ingin aku jadi anak pengalah yang cengeng. Jadi bila benar maka harus berani untuk memperjuangkan. Sebuah dogma yang telah aku terima sejak kecil.

Perkelahian sering terjadi dalam posisi tidak seimbang karena umur dan besarnya tubuh lawanku. Aku sering harus berkelahi dengan anak yang lebih besar dan lebih tua. Biasanya aku kalah tenaga  dan bisa dikalahkan. Namun kekalahanku tidak membuatku jera.

Aku akan terus melawan sampai ada yang memisahkan perkelahian. Cerita perkelahian berakhir setelah aku duduk dibangku kelas 3 SMP. Walau beberapakali masih terlibat perkelahian saat SMA hanya bersifat membela diri. Perasaan malu mulai tumbuh bila aku berkelahi dengan orang lain.

Kenakalan lain yang sering aku lakukan adalah mencuri buah di pohon orang lain. Saat itu di awal tahun 1980, masih banyak pohon buah buahan yang ditanam orang didepan rumah atau didalam halaman rumahnya.Pohon Jambu, mangga, belimbing, alpukat.

 Aku dan teman temanku sebelumnya sudah mengincar rumah mana yang akan jadi target. Berandalan kecil yang sebenarnya bila meminta dengan baik mungkin si empu pohon akan memberikan. Namun salah satu 'kebanggaan' bila mendapat buah dengan cara mencuri. Sebuah kebanggaan yang salah kaprah ketika itu.

Aksi mencuri dilakukan siang atau sore. Dilakukan bersama sama, ada yang bertugas memantau suasana, ada yang naik ke atas pohon , dan ada yang menadah dibawah pohon. Dan bahkan ada yang bertugas mencari sasaran baru.

Perburuan buah buahan ini akhirnya terhenti karena salah satu anak (temanku) tertangkap pemilik rumah dan kami semua kena getahnya  karena sang pemilik rumah 'mengantarkan' temanku pulang dengan itu maka semua orangtua anak yang terlibat diberi peringatan. Termasuk ayah dan ibuku yang akhirnya  marah besar.

Maka aku pun diberi hukuman dengan tidak diizinkan keluar rumah beberapa minggu. Dikurung didalam rumah. Dan diwajibkan tidur siang. Karena kesepian didalam rumah akupun mulai iseng mendengarkan radio yang berisi sandiwara radio yang mulai naik daun ketika itu.

KIsah Misteri Gunung Merapi dengan tokoh Harimau Jadi jadian, Kisah Mak lampir, Saur Sepuh dan beberapa judul yang aku sudah lupa. Kegemaran baru ini akhirnya bisa mengurangi  kenakalanku. Imajinasiku berkembang , keinginanku mempunyai cerita sendiri aku tuangkan ketika aku mulai bisa menulis. Sejak Sekolah Dasar aku mulai menulis cerita fiktif tentang jagoan super hero.

Radio menjadi teman baruku. Beberapa lagu melayu aku mulai suka. Bahkan aku suka membuat gaya joget yang menurutku keren. Hanya modal iseng membuat gerakan gerakan menari yang sering jadi bahan tertawaan Ibuku.

Aku mulai megurangi main keluar rumah apalagi bila harus ikut ikutan para  berandalan cilik. Dirumah aku mendapat dua tugas yang wajib aku kerjakan bila ingin punya uang jajan. Pertama , mencuci piring dan Kedua memompa air untuk keperluan mandi dan mencuci.

Memompa menggunakan pompa tangan merk Dragon. Aku menjalani dengan gembira karena kedua kegiatan itu aku lakukan sambil mendengar radio kesayanganku.  Pagi dan Sore aku bertugas memompa air lalu mencuci piring.

Dari kedua kegiatan rumahan inilah aku mendapat uang jajan yang aku kumpulkan. Keunikan yang aku miliki adalah aku suka sekali makan mie goreng Surabaya tak jauh dari rumahku. Untuk anak seusiaku, makan mie goreng surabaya adalah hal yang tak biasa dilakukan.

Seingatku harga mie goreng surabaya yang paling murah Rp 300 . Sedang jajanku sehari 25 perak. Artinya aku harus menabung selama 6 hari tanpa jajan untuk bisa membeli satu porsi mie Surabaya.

Untuk jajan sehari hari aku biasanya akan merajuk ibuku ketika ibuku sedang mengobrol diwarung didekat rumah. Salah satu makanan favoritku adalah sale pisang, gandasuri dari kacang hijau, atau makanan kering lainnya yang membuat perut kenyang.

Kebiasaan makan mie goreng Surabaya ini dibiarkan saja oleh ayah dan ibuku dan berlanjut hingga aku dewasa. Setiap pekan aku akan membeli sebungkus mie goreng dan memakannya di rumah. Seperti sebuah ritual tersendiri. Upah mencuci piring dan megisi bak mandi dengan pompa dragon sebenarnya cukup besar. Angka Rp 25 untuk anak seusiaku dianggap cukup besar karena biasanya anak anak diberi uang jajan antara 10-20 rupiah.(Bersambung...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun