Ada yang unik, bila aku berkelahi aku tidak akan diomeli. Malah diberi 'semangat' agar bisa memenangkan perkelahian. Ayah dan Ibuku tak ingin aku jadi anak pengalah yang cengeng. Jadi bila benar maka harus berani untuk memperjuangkan. Sebuah dogma yang telah aku terima sejak kecil.
Perkelahian sering terjadi dalam posisi tidak seimbang karena umur dan besarnya tubuh lawanku. Aku sering harus berkelahi dengan anak yang lebih besar dan lebih tua. Biasanya aku kalah tenaga  dan bisa dikalahkan. Namun kekalahanku tidak membuatku jera.
Aku akan terus melawan sampai ada yang memisahkan perkelahian. Cerita perkelahian berakhir setelah aku duduk dibangku kelas 3 SMP. Walau beberapakali masih terlibat perkelahian saat SMA hanya bersifat membela diri. Perasaan malu mulai tumbuh bila aku berkelahi dengan orang lain.
Kenakalan lain yang sering aku lakukan adalah mencuri buah di pohon orang lain. Saat itu di awal tahun 1980, masih banyak pohon buah buahan yang ditanam orang didepan rumah atau didalam halaman rumahnya.Pohon Jambu, mangga, belimbing, alpukat.
 Aku dan teman temanku sebelumnya sudah mengincar rumah mana yang akan jadi target. Berandalan kecil yang sebenarnya bila meminta dengan baik mungkin si empu pohon akan memberikan. Namun salah satu 'kebanggaan' bila mendapat buah dengan cara mencuri. Sebuah kebanggaan yang salah kaprah ketika itu.
Aksi mencuri dilakukan siang atau sore. Dilakukan bersama sama, ada yang bertugas memantau suasana, ada yang naik ke atas pohon , dan ada yang menadah dibawah pohon. Dan bahkan ada yang bertugas mencari sasaran baru.
Perburuan buah buahan ini akhirnya terhenti karena salah satu anak (temanku) tertangkap pemilik rumah dan kami semua kena getahnya  karena sang pemilik rumah 'mengantarkan' temanku pulang dengan itu maka semua orangtua anak yang terlibat diberi peringatan. Termasuk ayah dan ibuku yang akhirnya  marah besar.
Maka aku pun diberi hukuman dengan tidak diizinkan keluar rumah beberapa minggu. Dikurung didalam rumah. Dan diwajibkan tidur siang. Karena kesepian didalam rumah akupun mulai iseng mendengarkan radio yang berisi sandiwara radio yang mulai naik daun ketika itu.
KIsah Misteri Gunung Merapi dengan tokoh Harimau Jadi jadian, Kisah Mak lampir, Saur Sepuh dan beberapa judul yang aku sudah lupa. Kegemaran baru ini akhirnya bisa mengurangi  kenakalanku. Imajinasiku berkembang , keinginanku mempunyai cerita sendiri aku tuangkan ketika aku mulai bisa menulis. Sejak Sekolah Dasar aku mulai menulis cerita fiktif tentang jagoan super hero.
Radio menjadi teman baruku. Beberapa lagu melayu aku mulai suka. Bahkan aku suka membuat gaya joget yang menurutku keren. Hanya modal iseng membuat gerakan gerakan menari yang sering jadi bahan tertawaan Ibuku.
Aku mulai megurangi main keluar rumah apalagi bila harus ikut ikutan para  berandalan cilik. Dirumah aku mendapat dua tugas yang wajib aku kerjakan bila ingin punya uang jajan. Pertama , mencuci piring dan Kedua memompa air untuk keperluan mandi dan mencuci.