Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Ayahku di Kampung Halaman (Autobiografi #4)

7 Juni 2023   22:37 Diperbarui: 7 Juni 2023   22:43 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kantuk dan kadang rasa bosan menyelimuti, tak ada yang bisa dilihat selain air laut. Lampu lampu kapal yang berpendar pendar. Bila laut tenang dan cuaca cerah maka proses cukup nyaman. Namun bila angin datang dan cuaca hujan maka Suasana tentu tak mengenakkan.

Hasil tangkapan sangat berpengaruh dengan musim, cuaca dan teknik , yang  pasti hasil tangkapan adalah rezeki yang didapat hari itu. Kadang tak ada tangkapan seharian, kisah menjadi nelayan adalah kisah getir

Entah karena kasihan karena Ayahku seorang  anak yatim, ada seorang nelayan yang bersedia memberikan kesempatan kepada ayahku. Masih terhitung keluarga jauh cerita ayahku. Sejatinya Nenekku melarang ayahku untuk menjadi nelayan namun ayah bergeming karena menurutnya seorang anak laki laki harus bertanggung jawab kepada keluarganya apapun hasil pekerjaannya selagi halal.

Pekerjaan nelayan dijalani ayahku hampir satu tahun, hasilnya walau tak tentu bisa diberikan kepada nenekku. Pengalaman menjadi nelayan ini termasuk sering diceritakan ulang kepadaku. Aku bisa merasakan perasaan ayahku ketika ia sedang bercerita. Ada kepedihan, ada kesedihan namun dibalik itu ia ingin mengingatkan pekerjaan adalah perjuangan apapun itu, maka hargailah hasilnya.

Atas permintaan Nenekku, beberapa paman ayahku memberikan nasihat penting. Tak tega juga rupanya keluarga besar Nenekku melihat keponakannya yang baru berusia 15 tahun itu harus berjuang dilautan yang penuh resiko. Sebagai informasi, beberapa kejadian nelayan tak pernah kembali ke rumah dan hanya ditemukan sisa sisa kapal yang rusak dihantam gelombang.

Salah satu paman ayahku yang berprofesi sebagai penjahit menawarkan diri untuk memberikan ilmunya secara gratis dan juga memberikan modal sekaligus. Ayahku tertarik apalagi ketika diberitahu , Wanita lebih tertarik kepada seorang penjahit ketimbang seorang nelayan. Entah karena saat itu ayahku sedang mengincar seorang gadis , aku hanya mengira ngira saja . Ayahku pun banting stir menjadi seorang penjahit.

Ayahku termasuk cepat dan cekatan dalam belajar ilmu menjahit. Aku bisa meyakinkan karena ayahku sangat mahir menggunakan mesin jahit dan mampu membuat beberapa potong celana untukku Ketika aku kanak kanak. Ayahku juga bisa mem-vermak baju atau celana yang kebesaran  ukurannya.

Pekerjaan sebagai penjahit saat itu cukup laris karena masih jarang pakaian jadi seperti saat ini. Apalagi menjelang lebaran dan tahun ajaran baru pesanan akan menumpuk. Kata ayahku, ketrampilan menjahit itu seperti bakat.Namun dengan belajar tekun seseorang akan bisa menguasai ilmu menjahit yang baik.

Baru saja nyaman dengan ketrampilan barunya, ayahku mendapat kabar menantang sebuah sekolah keguruan baru saja didirikan . Pendidikan Guru Atas (PGA). Sebenarnya ini program  upaya dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan guru. Terutama guru sekolah dasar.

Mencari Bukti Sekolah

Masalah utamanya ayahku tidak pernah lulus dari jenjang SMP Ketika di Jakarta. Ia tak memiliki ijazah SMP. Namun hasrat besarnya untuk bisa kembali sekolah tak terbendung karena cita citanya menjadi guru bisa ia raih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun