Walau bioskop di Jakarta sudah ada, menonton film di bioskop merupakan hal  mewah saat itu. Salah satu bioskop yang pernah diceritakan adalah bioskop Rivoli di jalan Kramat Raya dan Bioskop Grand di Kawasan Senen.
Sebagai anak yang memasuki masa remaja, ayahku harus berjuang di Jakarta. Sering tak memiliki uang . Berjalan kaki adalah alat transportasi yang Ayahku miliki. Sepasang sendal yang ia bawa dari Lampung menjadi saksi. Keinginan besarnya melihat keramaian Jakarta ia dapatkan dengan mencuri waktu selepas pulang sekolah.Â
Becak becak berseliweran di jalan jalan Jakarta. Menjadi tukang becak adalah profesi yang banyak dipilih para pendatang di Jakarta. Selain mudah mencari uang, tukang becak cukup punya pamor Ketika itu. Jarak yang ditempuh becak juga cukup jauh karena saat itu  jalanan belum sepadat sekarang.Kata Ayahku bisa dihitung jari ia bisa naik becak . Padahal salah satu kenikmatan di Jakarta ketika itu  naik becak .
Setelah datang kabar duka , kematian kakekku . Ayah meminta pulang ke kampung halaman untuk melihat pusara Kakekku dan setelah itu memutuskan tak kembali lagi ke Jakarta.
Ayahku Kembali ke Jakarta setelah lulus dari Pendidikan Guru Atas (PGA). Kurang lebih enam tahun kemudian. Itupun ada kisah dibalik kenapa ayahku bersedia Kembali ke Jakarta. (Bersambung...)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H