Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Ayahku (Autobiografi #3)

6 Juni 2023   22:00 Diperbarui: 6 Juni 2023   22:05 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayahku tinggal bersama di rumah sang Kakak. Rumah sedehana yang tidak terlalu luas.Tugas ayahku membantu pekerjaan keseharian sepeti membersihkan rumah, ikut mengurus keponakannya yang masih kanak kanak, dan pekerjaan rumah lainnya.

Ayahku didaftarkan disekolah menengah pertama (SMP) Taman Siswa di Kemayoran . Sebuah sekolah swasta yang berada disisi rel kereta. Diusianya yang sedang masa pertumbuhan , ayahku membutuhkan makanan yang cukup banyak. Nampaknya karena kehidupan yang pas pasan keluarga sang kakak. Ayahku sering kelaparan apalagi keinginan jajannya yang tidak terpenuhi. Ditengah keterbatasan yang melilitnya Ayahku tak mampu berbuat banyak.

Salah satu cara untuk mendapatkan uang adalah menjual buku buku pelajaran ke tukang loak. Saat itu buku pelajaran merupakan barang yang masih punya nilai berharga. Satu per satu buku pelajaran di jual ayahku untuk mendapatkan uang agar ia bisa membeli makanan kesukaannya serupa serabi.

 Habis sudah buku pelajaran dijual ayahku. Ia akhirnya hanya mengandalkan mencatat pelajaran dari teman sebangkunya. Walau tidak berprestasi Ayahku mampu melewati masa masa sekolah di Jakarta.

Ayahku sejatinya ingin bekerja serabutan untuk mendapatkan uang tambahan namun waktu yang tidak memungkinkan. Karena ia harus cepat Kembali pulang ke rumah sang kakak untuk membantu pekerjaan dirumah. Begitulah keseharian Ayahku di Jakarta saat itu.

Menurut hitunganku ayah ke Jakarta sekitar tahun 1956 -1957 , saat masa orde lama. Ketika perekonomian nasional  belum stabil. Saat itu cerita ayahku Jakarta masih memiliki trem. Bus bus sudah mulai ada, alat tranportasi lebih banyak menggunakan sepeda.  Oplet , bemo , helicak menjadi pilihan transportasi publik di Jakarta.

Jakarta saat itu juga masih kumuh, masih banyak ibu ibu yang mencuci dipinggir  kali. Jalanan becek dan banyak anak anak mengenakan baju seadanya  Jamban dipinggir kali menajadi pilihan buang air besar.

Sering diceritakan ayahku adalah keadaan pasar senen yang ramai yang menjadi sentra perbelanjaan , lapangan banteng saat yang masih berfungsi sebagai terminal bus. Monas , masjid Istiqlal belum ada. Jakarta digambarkan ayahku seperti kampung besar yang ramai. Wajah kota Jakarta lebih terlihat diwilayah kota tua hingga menuju Istana negara. Jalan dari istana negara  hingga kebayoran baru berupa jalan tanah. Tidak ada satupun gedung bertingkat seperti saat ini.

Kemana mana orang lebih banyak berjalan kaki. Sepeda saja merupakan barang yang berharga apalagi sepeda motor atau mobil pribadi. Sangat langka orang yang memiliki sepeda motor dan  mobil pribadi di zaman itu.

Radio menjadi alat komunikasi publik yang utama, Walau begitu radio pun belum semua orang bisa memiliki. Beruntung ayahku memiliki satu radio transistor menggunakan beterai. Radio pembelian Kakekku menjadi barang paling mewah selain sepeda ontel. Sayang Radio dan sepeda semuanya ada di Lampung.

Saat di Jakarta, ayahku harus ke tetangga rumah yang memiliki radio untuk  sekedar mendengarkan berita atau lagu lagu melayu dari RRI . Beberapa penyanyi menjadi idaman pada zaman itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun