“Begini bu aku dan Dwi itu sebenarnya sudah menikah saat aku posisinya menjalani tugas di kampung Rengsek” Ucapku
“Apa ! Kok bisa ! Astagfirulloh” ucap ibu Marianti dengan histeris Bima pun menjelaskan kejadian yang sebenarnya mengapa dia dan Dwi bisa menikah secara paksa. Kemudian ibunya pun hanya bisa menangis memeluk mereka berdua meratapi atas nasib yang ditimpa kepada mereka. Akhirnya Bima dan Dwi pun melaksanakan pernikahanya secara hukum dan status pernikahanya pun menjadi sah secara hukum dan agama akhirnya mereka pun hidup bahagia.
Namun tidak dengan perasaan Bima yang masih bimbang karena ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya entah apa itu. Ia teringat akan janjinya kepada kekasih nya bahwa ia akan menikahinya namun Bima hanya bisa termenung ketika mengingat kekasih yang di maksud ialah Andrianti perempuan yang dicintai Bima sebelum pergi ke kampung Rengsek. Suatu hari Andrianti pun menjumpai Bima dengan pergi ke rumah Bima kemudian kondisi rumah sedang sepi hanya di isi oleh Bima. Andrianti memasuki rumah dan Bima pun menyambutnya dengan penuh hangat mereka pun duduk berdua di atas sofa dan saling menanyakan kabar satu sama lain Andrianti pun perlahan mulai menunjukan sikap kekecewaannya kepada Bima air matanya mulai menetes dan nafas mulai menyesak.
“Jadi ini janji kamu Mas kamu menikahi gadis kampung dengan dalih fitnah?” tanya Andrianti
“Aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku kasihan akan kondisi gadis itu yang mengenaskan”
“Kenapa harus dengan menikah apa hanya itu satu satunya solusi mu Mas Bim” ucap Andrianti
“Lagian pernikahan kalian dilaksanakan hanya sealakadarnya secara agama kan kamu bisa membatalkan status pernikahan itu secara sepihak” ucap Andrianti
“Cukup Andrianti ini keputusan aku ! aku sudah siap menerima risiko dan aku sudah siap bertanggung jawab menjaga gadis itu ! ini mungkin berat bagi kamu tapi maaf aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi” ucap tegas Bima
“Aku kecewa sama kamu Mas” ucap Andrianti
Andrianti pun pergi meninggalkan rumah, Bima hanya bisa diam tak bisa bicara sepatah kata pun, pikiranya begitu kacau dan perasaanya begitu hampa akan dilema yang dihadapinya. Dia bingung apakah dia akan mempertahankan pernikahanya bersama Dwi Laksmi atau kah dia memilih Andrianti yang sudah jelas menjadi perempuan yang dia cintai sejak dulu. Tiba-tiba Dwi Laksmi mengetuk pintu dan masuk ke rumah membawa keranjang belanjaan yang sudah dia beli dari warung dekat. Dwi pun mulai pergi ke dapur untuk memasak beberapa makanan yang akan dihidangkan untuk makan malam nanti. Bima yang melihat istrinya memasak mulai memperhatikan dari kejauhan dia merasa iba akan nasib dirinya bersama istrinya karena Bima belum ada perasaan cinta kepada istrinya sedikitpun. Malam pun tiba mereka bertiga pun berkumpul untuk bersiap-siap makan malam Dwi pun sudah menyiapkan makanan dan mereka pun makan bersama. Ibu Marianti makan dengan lahap dia tak menyangka istri Bima pandai memasak masakan tradisional yang begitu lezat yang sulit ditemukan masakanya diperkotaan. Setelah kegiatan selesai Bima pun segera pergi ke kamar untuk segera tidur Dwi pun merasa aneh akan kelakuan suaminya itu kemudian Dwi menyusul suaminya pergi ke kamar.
Bima yang berdiri di depan jendela menikmati suasana malam yang penuh dengan bintang yang indah dilengkapi oleh rembulan setengah jadi hanya bisa melamun. Kemudian tiba-tiba Dwi menutup mata Bima dengan kedua tanganya dari belakang kemudian tanganya mulai mengelus kebawah hingga sampai dada Bima, Dwi pun memeluk Bima secara perlahan.