Pendaki Gunung Panca Rawa
Karya: Noval Muslim Darazat Cerita Pendek
Gunung panca rawa masih menjadi sebuah misteri yang belum terungkap oleh para pendaki. Gunung panca rawa ini sampai saat ini belum banyak dijamah oleh pendaki karena posisinya dihapit oleh dua gunung lainya yakni gunung trisuna dan gunung nilam dan hanya beberapa pendaki saja yang sudah merasakan mendaki gunung panca rawa ini adapun beberapa laporan dari para pendaki tersebut dicatat dalam sebuah tulisan koran kecil yang jarang dibaca oleh orang-orang. Aku terkesan akan kisah perjalananya dan sekaligus ingin mencoba untuk mendaki gunung panca rawa ini aku sendiri mencoba untuk mengajak dua rekanku dalam hal ini ia bernama Tino dan Ravi kedua sahabatku ini memiliki hobi yang sama denganku yakni mendaki gunung namun kami juga harus bisa menyesuaikan jadwal pendakian ini dengan jadwal sekolah biasanya aku mengambil hari sabtu karena jadwal sekolah SMA itu dari senin sampai jum’at dan kebetulan hari esok ialah hari sabtu disisi lain tugas-tugas sekolah sudah aku selesaikan ini semakin memantapkan aku untuk berencana mendaki gunung panca rawa ini.
Malam ini aku berusaha menelpon dua rekan pendaki ku untuk mengobrol membahas rencana esok untuk pergi mendaki ke gunung panca rawa. Aku pun menelpon dengan telpon gruf.
“Hallo Tino!”
“Oii ada apa Irfan?”
“Kemana Ravi tumben belum angkat telpon? Biasanya suka cepat merespon”
“Ahh paling bentar lagi juga bakalan angkat”
“Heii kenapa ni pada telpon?” Jawab Ravi
“Begini kawan-kawan aku tadi sore sempat membaca berita yang ada di koran kecil yang menceritakan tentang gunung pancarawa, setelah ku baca ternyata kisah yang disampaikan oleh pendaki tersebut sangat unik karena banyak keindahan alam yang ada disana”
“Keindahan seperti apa irfan?” tanya Tino
“Keindahan dari gunung pancarawa ini ialah banyak pemandangan rawa-rawa indah yang ada dipegunungan lain pun tidak ada keindahan seperti itu” jawabku
“Hmm mencurigakan sih irfan soalnya aku mencari diberbagai media sosial pun belum ada informasi mengenai gunung pancarawa ini” jawab Ravi
“Ya maka dari itu kita harus bisa mengetahaui apa yang ada di gunung pancarawa itu, besok kan libur dan tidak ada tugas juga bagaimana kalo kita besok berangkat”tanyaku
“Menarik juga sih boleh lah” Jawab Tino Setelah telponan selesai aku langsung mempersiapkan barang-barang dan peralatan kamping ku untuk esok menjelajah mendaki gunung pancarawa.
Aku juga berusaha untuk tidur lebih awal karena besok aku harus berangkat pagi hari supaya banyak waktu luang untuk mencari lokasi gunung misteri ini. Pagi pukul 06.00 aku mulai berangkat naik kendaraan menuju kawasan gunung trisuna karena menurut informasi dari koran gunung trisuna merupakan jalur yang efektif menuju gunung pancarawa. Sesampai disana akupun bertemu dengan kawan-kawanku mereka terlihat lebih bersemangat dari percakapan semalam. Kami pun mulai berjalan menuju pos satu jalur gunung trisuna kemudia kami bertanya kepada petugas pos mengenai jalur menuju gunung pancarawa kemudian petugas pos satu itu menunjukan ekspresi heran serta memberitahu bahwa gunung pancarawa itu gunung yang jarang banyak orang ketahui karena gunung pancarawa sendiri menurutnya ialah gunung yang berada ditengah-tengah gunung nilam dan trisuna yang sulit ditemukan adapun untuk jalur nya petugas tersebut memberikan petunjuk berupa peta kuno dan jalan awal nya ialah mengikuti alur sungai gunung trisuna.
Kami pun mengikuti alur sungai sesuai dengan petunjuk peta dimana kami sampai pada rawa ke satu dimana pada rawa ke satu ini aku melihat suatu fenomena rawa yang begitu aneh terlihat menyeramkan karena banyaknya pepohonan lebat mengelilingi rawa ini rasanya tempat ini kurang nyaman untuk dijadikan perkemahan. Selanjutnya kami berjalan menuju utara dari rawa ke satu ini melewati jalan yang sempit penuh dengan rumput kami sedikit kesusahan dalam perjalanan ini namun kami memaksakan untuk mengungkap rawa yang kedua. Setelah kami menjelajah hutan yang lebat kamu menemukan dua arah jalan kemudian kami bertemu dengan orang sudah cukup tua dan bertanya kepada aku dan rekanku
“Kalian mau kemana anak muda?” tanya orang asing
“Kami mau menjelajah dan mendaki gunung pancarawa pak”jawabku
“Sebaiknya kalian tidak perlu melanjutkan perjalanan menuju puncak pancarawa karena gunung itu masih alami banyak rintangan yang nanti bisa mencelakai kalian”
“Tapi pak tujuan kami baik menjelajah gunung pancarawa ini untuk mengungkap dan mengetahui apa yang ada di dalam gunung pancarawa ini” jawabku
“Baik lah kalo itu kemauan kalian, kalian bisa mengambil jalur jalan kanan” ucap si orang asing
“lho pak bukanya dipetunjuk map jalur kiri yang menuju puncak gunung rawa” ucap Tino
“Terserah kalian anak muda saya hanya ingin memberikan jalan yang aman buat kalian” ucap orang asing.
Setelah itu orang asing itupun pergi meninggalkan aku dan rekan ku. Kami pun berdiskusi untuk memakai jalur jalan mana menuju puncak rawa kemudia karena Tino dan Ravi pun sepakat ingin menggunakan jalur kiri karena mereka mempercayai petunjuk dari peta yang diberika oleh petugas pos satu. Aku pun melanjutkan perjalanan menuju puncak melewati jalanan yang dipenuhi oleh pepohonan kayu jati yang tinggi sehingga cahaya mentari sulit untuk menembus aku dan rekan ku karena terhalangin ranting, dedaunan dan pepohonan suatu saat kami pun mengalami suatu hal yang aneh kami merasa tanah mulai gemetar dan setiap tanah yang kami injaki mulai retak kami sadar bahwa ini merupakan pertanda longsor kami pun berusaha untuk berlari bawah kembali ke tempat dua jalur jalan tersebut dan tidak disangka longsor pun terjadi begitu besar sehingga aku berusaha meloncat menggapai ranting pepohonan.
“Ravi kamu berpegangan pada ranting pohon itu !” ucapku
“Iyah fan Cuma ini Tino harus berpegangan kemana?” tanya Ravi
“Tunggu aku akan mencoba untuk mencari jalan untuk sampai ke atas tanah!”
Aku pun sampai diatas dan aku segera mengambil tali tambang untuk diikat pada pohon jadi untuk bisa menahan teman ku yang akan menaik ke atas dari tanah longsor.
“Nih Ravi ambil tali tambangnya, ayoo naik !” ucapku
“Baik”
“Ravi bantu Tino menaik ke atas!”
“Arghh tangan ku sudah tidak kuat ayo berikan talinya”
“Ini Tino”
Tino dan Ravi pun selamat dalam kejadian ini. Kami pun melakukan istirahat dan dan mengobati luka goresan yang ada pada tubuh Aku dan Tino. Aku pun merasa ada yang aneh dengan wilayah gunung panca rawa ini dimana tanah yang ada disini sangat rapuh. Karena waktu sudah mulai gelap akupun bersiap mendirikan sebuah tenda sekaligus membuat tulisan hasil perjalananku mendaki tempat yang misterius ini. Setelah tenda dipasang aku dan rekan ku pun memasak masakan untuk kami makan dimalam ini lalu kemudian kami tertidur pada malam yang melelahkan ini. Keesokan harinya matahari pun mulai terlihat terang menyoroti mataku aku berusaha untuk bangun dari tidur ku dan membangunkan rekan ku dan aku melihat Tino tidak ada ditenda tempat tidur kami bertiga akupun membangunkan Ravi dan menanyakan kemanan menghilangnya Tino.
“Ravi kamu tau gak Tino kemanan kok dia tidak ada di tenda” tanyaku
“Lah bukanya dia semalam tidur bersama kita?”
“Yaa tuhan ayoo kita mencari Tino!” Akupun bergegas membereskan tenda dan pergi bersama Ravi untuk mencari Tino. Kami berjalan menggunakan jalur kanan dan diperjalanan kami melihat tanda-tanda aneh seperti bekasan kain baju yang sepertinya itu milik Tino kemudian kami melihat beberapa orang membawa tombak tidak memakai baju berjalan bergerombol Aku dan Ravi pun bersembunyi dan mengikuti mereka pergi kemana. Setelah sekian lama kami mengikuti mereka kami melihat Tino sedang disekap dan hendak dibunuh oleh mereka. Aku dan Ravi pun mencari cara agar bisa menyelenap masuk kawasan rumah orang-orang sepertinya mereka adalah suku pedalaman penghuni gunung ini.
“Ravi bagaimana kalo kita memancing mereka dengan melempar batu lalu kita berusaha melepaskan Tino”
“Ide bagus fan, kebetulan aku membawa petasan yang tadinya untuk menjahili Tino mungkin ini berguna untuk melawan mereka”
“Okeh”
Aku pun berusaha melempar batu secara sembunyi dan hasilnya para suku pedalaman tersebut terkecoh dan pergi mencari sumber lemparan tersebut. Aku dan Ravi pun melepaskan Tino yang sudah terlihat lelah dan lesu kemudian kami pun bergegas pergi meninggalkan kawasan para suku pedalaman. Diperjalanan pulang kami sungguh waspada akan kehadiran para suku pedalaman tersebut karena orang-orang suku pedalaman tentu lebih lihai dalam urusan mencari mangsa kawasan hutan belantara ini. Kami pun berusaha lari dan sampai di rawa ke satu kemudian munculah tombak yang menancap di depan kami. Aku pun berusaha secepatnya lari menuju jalur sungai untuk segera sampai pada Pos satu namun orang-orang suku mulai mengejar dengan beringas akupun lupa akan petasan yang di miliki oleh Ravi.
“Ravi keluarkan petasanmu aku akan nyalakan !” tanyaku
“Ini Fan !” Aku pun menyalakan petasan itu
“Lempar fan”
“Okehhh Selamat Tinggal Kalian” ucapan perpisahan ku
Duarrrr!! Duarrrr! Duarrrr! Duarrrr! Duarrrr! Petasan itu pun meledak dan menimbulkan asap cukup efektif untuk menghentikan pergerakan para suku pedalaman tersebut. Akupun berhasil menyelematkan diri dengan rekan ku meskipun Toni sedikit mengalami luka yang cukup beresiko karena terkena panah beracun. Akihirnya aku berhasil keluar dari kawasan gunung pancarawa ini bertemu dengan petugas pos satu dan meminta bantuan. Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H