“lho pak bukanya dipetunjuk map jalur kiri yang menuju puncak gunung rawa” ucap Tino
“Terserah kalian anak muda saya hanya ingin memberikan jalan yang aman buat kalian” ucap orang asing.
Setelah itu orang asing itupun pergi meninggalkan aku dan rekan ku. Kami pun berdiskusi untuk memakai jalur jalan mana menuju puncak rawa kemudia karena Tino dan Ravi pun sepakat ingin menggunakan jalur kiri karena mereka mempercayai petunjuk dari peta yang diberika oleh petugas pos satu. Aku pun melanjutkan perjalanan menuju puncak melewati jalanan yang dipenuhi oleh pepohonan kayu jati yang tinggi sehingga cahaya mentari sulit untuk menembus aku dan rekan ku karena terhalangin ranting, dedaunan dan pepohonan suatu saat kami pun mengalami suatu hal yang aneh kami merasa tanah mulai gemetar dan setiap tanah yang kami injaki mulai retak kami sadar bahwa ini merupakan pertanda longsor kami pun berusaha untuk berlari bawah kembali ke tempat dua jalur jalan tersebut dan tidak disangka longsor pun terjadi begitu besar sehingga aku berusaha meloncat menggapai ranting pepohonan.
“Ravi kamu berpegangan pada ranting pohon itu !” ucapku
“Iyah fan Cuma ini Tino harus berpegangan kemana?” tanya Ravi
“Tunggu aku akan mencoba untuk mencari jalan untuk sampai ke atas tanah!”
Aku pun sampai diatas dan aku segera mengambil tali tambang untuk diikat pada pohon jadi untuk bisa menahan teman ku yang akan menaik ke atas dari tanah longsor.
“Nih Ravi ambil tali tambangnya, ayoo naik !” ucapku
“Baik”
“Ravi bantu Tino menaik ke atas!”
“Arghh tangan ku sudah tidak kuat ayo berikan talinya”