Mohon tunggu...
NOVA EVENTINA PURBA
NOVA EVENTINA PURBA Mohon Tunggu... Akuntan - Universitas Mercubuana

Jurusan : Magister Akuntansi NIM : 55522120017 Nama Dosen : APOLLO, PROF. DR, M.SI.AK

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Serat Tripama untuk Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara

18 April 2024   17:40 Diperbarui: 18 April 2024   17:40 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://radarbojonegoro.jawapos.com/daerah/714042101/pasang-tapping-box-restoran-dan-rumah-makan-di-kabupaten-blora-optimalkan-pajak-restoran

 

Penggambaran nilai "Rela Berkorban Jiwa dan Raga" yang terdapat dalam Serat Tripama tidak hanya terbatas pada konteks pewayangan Jawa, tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam konteks kepatuhan pajak. Serat Tripama, sebuah karya sastra Jawa yang kaya akan nilai moral, memberikan pelajaran yang mendalam tentang pengorbanan dalam pengabdian kepada negara. Kepatuhan pajak, dalam konteks ini, bukan sekadar kewajiban hukum, tetapi juga cerminan dari nilai-nilai kebangsaan dan kepatuhan kepada tugas-tugas yang diberikan. Dalam cerita Serat Tripama, karakter-karakter seperti Bambang Sumantri (Patih Suwanda), Raden Kumbakarna, dan Adipati Karna menunjukkan kesediaan untuk berkorban jiwa dan raga demi kepentingan yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Mereka tidak hanya berjuang untuk kepentingan pribadi atau golongan, tetapi juga untuk kebaikan bersama dan kehormatan negara. Patih Suwanda, misalnya, dengan setia melayani Raja Harjunasasrabahu, mengorbankan segala-galanya untuk keamanan dan kemakmuran kerajaan Maespati. Begitu pula dengan Raden Kumbakarna, yang rela berperang demi negaranya, Alengka, meskipun ia sadar bahwa ia tidak akan bisa menang melawan saudaranya, Arjuna. Kisah-kisah ini memberikan inspirasi tentang pentingnya pengorbanan dalam melayani kepentingan yang lebih besar. Dalam konteks kepatuhan pajak, hal ini dapat diartikan sebagai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajak sebagai bentuk kontribusi kepada negara dan masyarakat. Kepatuhan pajak bukan hanya tentang membayar pajak tepat waktu, tetapi juga tentang kesediaan untuk berpartisipasi dalam pembangunan negara melalui kontribusi finansial yang diberikan.

Kepatuhan pajak yang ditunjukkan oleh warga negara adalah manifestasi nyata dari kesetiaan dan pengabdian kepada negara. Seperti halnya Patih Suwanda yang setia kepada raja, kepatuhan pajak mencerminkan kesetiaan terhadap pemerintah dan kepatuhan kepada hukum yang berlaku. Ini juga menunjukkan adanya tanggung jawab sosial yang dimiliki oleh setiap individu terhadap keberlangsungan negara dan masyarakatnya. Namun, rela berkorban jiwa dan raga dalam konteks kepatuhan pajak tidak selalu mudah dilakukan. Ada banyak tantangan dan hambatan yang harus dihadapi, seperti ketidakpastian ekonomi, kesenjangan sosial, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya pembayaran pajak. Untuk itu, diperlukan upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya kepatuhan pajak sebagai bentuk kontribusi nyata dalam pembangunan negara. Selain itu, kepatuhan pajak juga membutuhkan adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintah dalam pengelolaan dan penggunaan dana pajak secara efektif dan transparan. Ketidakpercayaan terhadap pemerintah atau adanya indikasi korupsi dan penyalahgunaan dana publik dapat mengurangi motivasi masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang adil dan transparan serta meningkatkan kualitas pelayanan publik sangatlah penting. Pemerintah juga perlu melakukan kampanye dan sosialisasi yang intensif tentang pentingnya kepatuhan pajak sebagai bagian dari kewajiban sosial dan moral setiap warga negara. Dalam konteks globalisasi dan era digital, tantangan kepatuhan pajak semakin kompleks dengan adanya berbagai macam bentuk transaksi dan investasi lintas batas. Namun demikian, nilai "Rela Berkorban Jiwa dan Raga" yang terdapat dalam Serat Tripama tetap relevan dan dapat menjadi inspirasi bagi setiap individu untuk menjalankan kewajiban pajaknya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Kesimpulan

Diskursus Serat Tripama, yang mengusung nilai-nilai kesetiaan terhadap perintah, cinta pada bangsa dan negara, serta rela berkorban jiwa dan raga, memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks audit kepatuhan pajak warga negara. Sebagai karya sastra Jawa yang kaya akan nilai-nilai moral, Serat Tripama memberikan pandangan mendalam tentang pentingnya pengabdian kepada negara dan masyarakat melalui kesetiaan terhadap perintah. Kisah-kisah tokoh seperti Bambang Sumantri, Raden Kumbakarna, dan Adipati Karna menggambarkan komitmen yang teguh dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka terhadap negara. Dalam konteks kepatuhan pajak, nilai kesetiaan terhadap perintah menekankan pentingnya mematuhi peraturan yang berlaku dan melaksanakan kewajiban pajak sebagai bentuk penghormatan terhadap pemerintah dan negara.

Selain nilai kesetiaan, Serat Tripama juga mencerminkan nilai cinta pada bangsa dan negara. Kisah-kisah dalam Serat Tripama menggambarkan rasa cinta yang mendalam terhadap tanah air dan keinginan untuk melindungi serta memperjuangkan kehormatan negara. Hal ini dapat diterapkan dalam audit kepatuhan pajak dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kontribusi finansial bagi pembangunan negara. Cinta pada bangsa dan negara mendorong warga negara untuk membayar pajak dengan tepat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sebagai bentuk dukungan terhadap kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Selanjutnya, nilai rela berkorban jiwa dan raga yang tercermin dalam Serat Tripama juga memiliki implikasi penting dalam audit kepatuhan pajak. Kisah-kisah tokoh yang siap berkorban demi kepentingan yang lebih besar dari diri mereka sendiri menegaskan pentingnya pengorbanan dalam melayani kepentingan bersama. Dalam konteks kepatuhan pajak, nilai rela berkorban jiwa dan raga mengajarkan bahwa membayar pajak bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga bentuk pengabdian dan kontribusi nyata bagi negara dan masyarakat. Masyarakat yang memiliki kesadaran akan nilai-nilai tersebut cenderung lebih patuh dalam membayar pajak dan lebih terbuka terhadap kebijakan perpajakan yang bertujuan untuk kemajuan bersama.

Dengan demikian, integrasi nilai-nilai kesetiaan terhadap perintah, cinta pada bangsa dan negara, serta rela berkorban jiwa dan raga dari Serat Tripama dalam audit kepatuhan pajak warga negara dapat membentuk landasan yang kokoh dalam memperkuat sistem perpajakan dan membangun masyarakat yang lebih sadar akan tanggung jawabnya terhadap negara. Melalui pendekatan ini, pemerintah dapat meningkatkan penerimaan pajak serta memperbaiki pengelolaan keuangan publik sehingga menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Kesetiaan dan keteguhan komitm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun