Filosofi hidup ini dianggap relevan dengan kehidupan manusia dan berbagai macam latar belakangnya. Sebab, dari ajaran Zeno, lahirlah 3 tokoh yang berasal dari golongan berbeda, yaitu: Marcus Aurellius sang Kaisar Romawi, Seneca sang Pegawai Negeri yang bekerja untuk Romawi dan Epictetus sang Budak yang diasingkan.Â
Bukan hanya itu, nilai yang terkandung di dalam Prinsip Stoisisme pun pada dasarnya tidak banyak bertentangan dengan nilai agama dan norma sosial pada umumnya. Di antara 4 prinsip Stoa ialah: Â
1. Tuhan dalam bentuk apapun akan selalu peduli terhadap seluruh makhluk hidup.Â
2. Hidup yang penuh kebajikan akan mempengaruhi kebahagiaan hidup kita.Â
3. Alam semesta bekerja dalam harmoni dan kita harus hidup harmonis dengan alam.Â
4. Semua hal yang terjadi pasti ada alasannya. Semua sudah diatur oleh satu kekuatan yang besar di luar alam Semesta.
Definisi bahagia dalam pandangan stoa adalah bukan berlimpahnya emosi positif, namun tidak adanya emosi negatif (undisturbed). Â "It is not things that disturb us, but our opinion of them" (Epictetus).Â
Di sini letak utama yang paling menarik hati saya, bahwa kekecewaan berasal dari adanya nalar yang sesat, bukan disebabkan oleh peristiwa eksternal.Â
Sederhananya, stoisisme membagi kehidupan menjadi dua bagian, yaitu hal-hal yang ada di bawah kendali kita (pikiran dan opini) dan sisanya, di luar kendali kita (jenis kelamin, etnis, juga cuaca dan bencana alam). Â
Namun seringnya, kita terlalu menggantungkan 'kebahagiaan' pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Maka, di bulan puasa ini, harapannya kita tidak hanya dapat menahan emosi, tapi juga bisa dipadamkan dan diaudit.Â
Tantang segala emosi jiwa dengan nalar yang sehat. You have power over your mind, not outside events, Realize this, and you will find strenghth. Nilai yang disampaikan sangat sederhana, ini menjadi nilai plus tersendiri bagi Mas Henry dalam membawakan filsafat stoa untuk diterima oleh berbagai kalangan. Banyak ilustrasinya juga by the way, haha.