Judul           : Filosofi Teras: Filsafat Yunani-Romawi Kuno Untuk Mental Tangguh Masa Kini
Penulis         : Henry Manampiring
Penerbit        : Kompas
Tahun Terbit   : 2019
Tempat Terbit  : Jakarta
Tebal            : xxiv + 320 halaman
Kita mungkin sudah tidak asing dengan kemunculan beragam filosofi hidup di beberapa media digital dan buku-buku konvensional. Apakah anda akrab dengan istilah Yin dan Yang- yang merupakan ajaran Taoisme dari Lao Tze? Atau Ikigai dan Minimalisme dari Jepang?Â
Ya, buku karya Mas Henry inipun merupakan ulasan ringan tentang filosofi hidup stoisisme yang diperkenalkan oleh Zeno dari Citium pada periode Hellenistik, yaitu masa kekalahan Yunani atas Romawi.
Alkisah, ia adalah seorang pedagang kaya dari Siprus, sebuah pulau di selatan Turki. Ia sekian lama berlayar di laut Mediterania bersama barang dagangannya. Malang, kapalnya karam.Â
Zeno selamat namun kapal beserta seluruh dagangannya tenggelam. Ia lantas tiba di Athena dan menemukan sebuah buku filsafat yang menarik hatinya.Â
Syahdan, ia berguru pada filsuf Crates dan berbagai filsuf lain. Tak lama sejak itu, ia mulai mengajarkan filsafatnya sendiri. Zeno senang mengajar di teras berpilar di sebelah selatan Agora, semacam tempat umum untuk masyarakat berdagang dan berkumpul. Teras dalam bahasa Yunani disebut "stoa". Karena itulah ajaran Zeno disebut filsafat stoa atau stoisisme.
Filosofi hidup ini dianggap relevan dengan kehidupan manusia dan berbagai macam latar belakangnya. Sebab, dari ajaran Zeno, lahirlah 3 tokoh yang berasal dari golongan berbeda, yaitu: Marcus Aurellius sang Kaisar Romawi, Seneca sang Pegawai Negeri yang bekerja untuk Romawi dan Epictetus sang Budak yang diasingkan.Â
Bukan hanya itu, nilai yang terkandung di dalam Prinsip Stoisisme pun pada dasarnya tidak banyak bertentangan dengan nilai agama dan norma sosial pada umumnya. Di antara 4 prinsip Stoa ialah: Â
1. Tuhan dalam bentuk apapun akan selalu peduli terhadap seluruh makhluk hidup.Â
2. Hidup yang penuh kebajikan akan mempengaruhi kebahagiaan hidup kita.Â
3. Alam semesta bekerja dalam harmoni dan kita harus hidup harmonis dengan alam.Â
4. Semua hal yang terjadi pasti ada alasannya. Semua sudah diatur oleh satu kekuatan yang besar di luar alam Semesta.
Definisi bahagia dalam pandangan stoa adalah bukan berlimpahnya emosi positif, namun tidak adanya emosi negatif (undisturbed). Â "It is not things that disturb us, but our opinion of them" (Epictetus).Â
Di sini letak utama yang paling menarik hati saya, bahwa kekecewaan berasal dari adanya nalar yang sesat, bukan disebabkan oleh peristiwa eksternal.Â
Sederhananya, stoisisme membagi kehidupan menjadi dua bagian, yaitu hal-hal yang ada di bawah kendali kita (pikiran dan opini) dan sisanya, di luar kendali kita (jenis kelamin, etnis, juga cuaca dan bencana alam). Â
Namun seringnya, kita terlalu menggantungkan 'kebahagiaan' pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Maka, di bulan puasa ini, harapannya kita tidak hanya dapat menahan emosi, tapi juga bisa dipadamkan dan diaudit.Â
Tantang segala emosi jiwa dengan nalar yang sehat. You have power over your mind, not outside events, Realize this, and you will find strenghth. Nilai yang disampaikan sangat sederhana, ini menjadi nilai plus tersendiri bagi Mas Henry dalam membawakan filsafat stoa untuk diterima oleh berbagai kalangan. Banyak ilustrasinya juga by the way, haha.
Buku ini bisa dikatakan adalah buku pengembangan diri berbasis filsafat yang pertama di Indonesia. Penggunaan istilah di dalam buku juga tidak memberatkan pembaca karena tidak disampaikan dengan cara yang ilmiah seperti buku-buku psikologi pada umumnya.
Saya menjadi semakin tertarik mempelajari berbagai macam filosofi hidup yang dibuat oleh berbagai tokoh di Dunia sejak membaca buku ini. Apalagi merasakan bagaimana menyenangkannya melakukan pra-meditation/menyadari bahwa kita akan mengalami kegagalan.Â
Artinya jika ada sesuatu yang menyenangkan dalam hidup kita, kita menyadari bahwa itu ada di luar ekspektasi kita. Biarkan itu jadi kebahagiaan yang terjadi secara natural dan sudah seharusnya membuat kita lebih bersyukur.Â
Bukan seperti pandangan orang-orang neo-jabariyah, justru stoa meyakini bahwa yang membuat kita bertahan adalah adanya ekspektasi tersebut. Apakah anda mengenali prinsip ini? Saya menebak ini mirip sekali dengan prinsip tawakkal yang ada dalam agama saya, yaitu Islam.
Pada akhirnya, tujuan dari stoa dan filosofi hidup lain adalah agar manusia dapat berdaya, mengerti apa yang dibutuhkan: Identity aware, active problem solver, and growth mindset. Bahwa ilmu tentang manusia memang cenderung abu-abu, berbeda dengan ilmu-ilmu eksak.Â
Well, filsafat stoa yang dibawa Mas Henry ini tak semata menganjurkan kita untuk hidup sederhana ataupun menerima nasib. Tidak pula serba abstrak dan tidak praktis.Â
Perbedaan mendasar filsafat stoa dengan cabang filsafat lain justru pada sifat praktisnya. Stoa tak mengangankan masyarakat utopis tanpa kelas sebagaimana dianjurkan Marxisme, yang dianjurkan stoa lebih personal, isn't it? Hehe.Â
Buku ini cocok banget, sih, dibaca sama orang-orang yang masih over melankoli, over sanguini, over koleri, tapi untuk plegma: Anda sudah cukup cari aman, woy! :)
Intinya: Begin each day by telling yourself: "Today I shall be meeting with interference, ingratitude, insolence, disloyalty, ill-will, and selfishness- all of them due to the offenders ignorance of what is good or evil". Memang terkesan pesimis, tapi ini melatih kita untuk ikhlas dan bisa menghadapi berbagai situasi baik maupun buruk.Â
Kita senantiasa memelihara ikhlas dan ikhtiar untuk menghargai proses sembari mempertimbangkan ekspektasi terburuk dalam rangka memelihara nalar dan menjadi rasionalis yang proporsional.Â
Don't demand that things happen as you wish, but wish that they happen as they do happen. And you will go on well (Epictetus).
So far, buku Filosofi Teras ini hampir menarik hati saya sepenuhnya. Kritik yang ingin saya lampirkan mungkin hanya pada segi editing-nya, ya. Tulisan dalam buku ini masih menggunakan font yang kecil dan rata kiri. Jelas kurang adaptif untuk pembaca pemula yang gampang jenuh, meskipun kalau niat baca dan mendalami kontennya, ya, lahap saja sampai habis! Haha. Terima kasih dan semoga bermanfaat! :) Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI