Mohon tunggu...
Norma Santi
Norma Santi Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah

Kepala Sekolah PAUD Penggerak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemecahan Shohih Uqdoh Al Qubro Terhadap Malaikat, Takdir, Qodho Dan Qodar

15 Januari 2025   19:06 Diperbarui: 15 Januari 2025   19:06 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Adapun beberapa kelompok keislaman di Indonesia memiliki pengertian sendiri-sendiri dalam memahami arti dari Qadha. Seperti halnya yang disebutkan oleh Syekh An-Nawawi Banten dalam Daru Ihyail Kubtubil Arabiyyah halaman 12 menyebutkan pengertian Qadha kepada kelompok Asyariyyah, yaitu kehendak Allah atas sesuatu pada azali untuk sebuah 'realitas' pada saat sesuatu di luar azali kelak (Kurniawan, 2018).

Sementara itu menurut ulama dari kelompok Maturidiyyah, Qadha dipahami sebagai penciptaan Allah subhannahu wa ta'ala atas segala sesuatu yang disertai penyempurnaan melalui ilmu-Nya. Dengan kata lain, Allah membuat sebuah batasan yang teramat jelas kepada makhluk yang kelak akan diciptakannya sejak zaman azali, seperti baik atau buruk perangainya, membawa berkah atau mudharat kehadirannya, dan lain sebagainya. Singkatnya, Allah memiliki ilmu di atas segala ilmu yang dimiliki oleh makhluk ciptaan-Nya (Kurniawan, 2018).

Kedigdayaan Allah subhannahu wa ta'ala ini pun di perjelas dalam beberapa ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur'an, seperti pada surah Al-Qamar ayat 49 yang memiliki arti: 'Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Q.s Al-Qamar : 49)', atau pada surah surah An-Nahl ayat 61 yang berarti: 'Maka apabila telah tiba waktu (yang telah ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mendahulukannya. (Qs. An-Nahl : 61)' (Anwar, 2021).

Keberadaan kedua dalil Al-Qur'an tersebut diperkuat dengan hadits Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam yang diriwayatkan oleh Muslim. Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, 'Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.' (Anwar, 2021).

  • Qadar

Qadar menurut bahasa berasal dari kata Masdar asal katanya qadara-yaqdaru-qadaran. Ada kala huruf daal nya di sukun-kan atau dimatikan menjadi qadran. Ibnu Faridz pernah berkata bahwa "Qadara: qaaf, daal dan raa' adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai' aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-taqdiir." (Al-Hamd, n.d.).

Syaikh Muhammad bin Salih Al-Utsaimin pernah berkata bahwa Qadar menurut bahasa sama artinya dengan takdir. Qadar atau takdir adalah segala sesuatu yang telah Allah tetapkan dahulu kala dan akan terjadi kepada makhluk ciptaan-Nya (Tuasikal, 2018).

Syaikh Muhammad bin Salih Al-Utsaimin juga menambahkan bahwasannya mengimani keberadaan takdir hukumnya adalah wajib. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadits dari Jibril yang berbunyi, "Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, kepada para Rasul-Nya, kepada hari kiamat, dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR. Muslim no.8) (Tuasikal, 2018).

  • Hubungan Antara Qadha dan Qadar

Qadha dan qadar selalu berhubungan erat. Qadha adalah ketentuan atau rencana Allah sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah pelaksanaan dari ketentuan atau rencana tersebut. Dengan kata lain, qadar adalah realisasi dari qadha (Hubungan Antara Qadha dan Qadar Dengan Ikhtiar, 2020)

Adapun dalil yang menyebutkan hubungan antara Qadha dan Qadar ini adalah pada surah Al-Hijr ayat 12 dimana Allah berfirman, 'Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi kami-lah khazanahnya ; dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (Qs. Al-Hijr:12)'.  Ayat tersebut memperjelas kedudukan Qadha dan Qadar sebagai suatu kondisi yang saling berhubungan satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan sebagaimana sebuah bangunan dengan pondasinya. Dimana Qadha berperan sebagai pondasi sebelum adanya bangunan tersebut, sedangkan Qadar merupakan bangunan hasil dari penguatan pondasi yang telah dilakukan sebelumnya.

  • Manfaat Memahami Qadha dan Qadar
  • Pertama

Iman tidaklah sempurna melainkan dengan beriman kepada takdir membuat manusia sadar bahwa dirinya lemah dan tak berdaya bila dibandingkan dengan kekuasaan Allah subhannahu wa ta'ala (Tuasikal, 2018).

  • Kedua

Beriman kepada takdir merupakan salah satu bentuk keimanan dalam rububiyyah Allah, atau meyakini bahwa Allah telah berbuat sesuatu kepada manusia (Tuasikal, 2018).

  • Ketiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun