Banyak suka-duka menjadi sopir bayaran. Apalagi jika ketemu pelanggan yang berhati baik."Saya tidak tidur di mobil tetapi diinapkan ke penginapan yang murah meriah, " katanya sambil tertawa kecil.
Namun di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, Pak Eeng agak sedikit kaget. Pelanggan kini sepi. Bahkan, seharian dia mengaku tidak bertemu pelanggan. Padahal perut harus diisi. Dahaga kudu dipuaskan. Dapur di rumah harus ngebul.
Pantang menyerah bagi Pak Eeng. Ia masih menunggu dan terus menunggu kalau-kalau ada pelanggan yang memanfaatkan jasa dirinya sebagai sopir bayaran.
"Saya tetap yakin bahwa rezeki itu tidak akan pernah tertukar. Tuhan selalu menyelipkan di saat yang saya tak pernah duga, " ia melanjutkan penuh optimisme.
Obrolan kami pun berakhir. Dia meninggalkan nomor telepon genggamnya dan berpesan. Katanya, kontak saya jika butuh sopir bayaran ya. Saya anggukan kepala.
Kami pun berpisah. Kami sempat berfoto. Ia tersenyum kecil. Maskernya sengaja dilepas agar wajah yang mulai menuai itu terlihat.
Jalan Surya Kencana Bogor masih ramai meski tidak seramai biasanya ketika pandemic Covid-19 belum unjuk gigih. Soto kuning masih saja menari-nari di antara penikmat kuliner. Sang surya mulai bergeser. Petang menyembul. Sebentar lagi sore tiba. Lalu lalang angkot masih belum menyepi. Bunyi klason bersahutan.
Tetap semangat Pak Eeng. Selalu ada harapan di balik sesulit perjalanan hidup ini. Dan, akhirnya kami pun berpisah. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H