"Kalau yang ini, Favipiravir?" tanya Jokowi.
"Enggak ada juga," kata penjaga apotek.
Setelah menanyakan ketersediaan obat tersebut Jokowi membeli multivitamin di apoteknya.
Gaya blusukan sang presiden menjadi ciri khas yang sulit dilupakan. Berbeda dengan presiden sebelumnya yang suka curhat di media sosial bahkan terakhir berdoa agar bangsa ini keluar dari pandemi Covid-19.
Agaknya dengan blusukan dengan datang langsung ke lapangan ditambah menyelesaikan masalah dengan dialog menjadi gaya komunikasi Presiden Jokowi. Mungkin langkah itu benar karena pada hakikatnya demokrasi adalah mendengar suara rakyat dan jauh lebih penting adalah mewujudkan. Bukan sekadar pencitraan atau lips service semata. Mata dilihat tetapi pahit di hati! Â
Gaya komunikasi tersebut mengingatkan saya ketika Pak Jokowi memunculkan istilah "Aku Rapopo". Lalu ada pula "blusukan". Ketika itu sedang hangat-hangatnya Pilkada DKI Jakarta. Dan Pak Jokowi ikut berlaga dalam pesta politik warga Jakarta tersebut.
Pak Jokowi menang di Jakarta. Gaya blusukannya tetap dilakukan sang gubernur. Ia terjun langsung melihat keadaan anak buahnya dan masyarakat. Simpati pun mengalir deras. Ya Pak Jokowi memperkenalkan konsep "blusukan" dengan terjun langsung ke masyarakat: merekam keluh-kesah warganya. Sesuatu yang juga dulu pernah dilakukan ketika menjabat Wali Kota Solo selama dua periode.
Pak Jokowi berkeliling Jakarta ketika itu. Mengunjungi berbagai tempat, bertatap muka dan berdialog dengan warganya dengan harapan mendapatkan gambaran nyata akan akar masalah sosial di masyarakat. Bahkan ketika rel kereta sekitar Stasiun Sudirman kebanjiran Pak Jokowi datang ke lokasi dan ikut mengangkut karung berisi krikil untuk meninggikan rel kereta di sana.
Sosok Pak Jokowi tersebut membawa suasana baru pada ranah politik di tengah para aktor politik yang kerap mengideologikan "jaim" sebagai syarat wajib seorang aktor politik di negeri ini. Kerap kita melihat personifikasi kekuasaan yang dilakukan seorang pejabat. Sehingga komunikasi yang terjadi pun hanya bersifat satu arah alias monolog. Pak Jokowi menabrak itu. Ia ingin memperlihatkan kesederhanaanya dan merebut simpati rakyat.
Sasa Djuarsa Sendjaja dkk dalam Teori Komunikasi membagi gaya komunikasi menjadi enam jenis yakni
Pertama, controlling style bersifat mengendalikan.