Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

"Aglomerasi" untuk Ekonomi Keberlanjutan dan Akselerasi Capaian SDGs Indonesia

8 April 2024   13:57 Diperbarui: 9 April 2024   10:50 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Penampakan udara kawasan SCBD, Jakarta. (Sequis Tower via Kompas.com) 

Sustainability dari sisi ekonomi dalam aglomerasi, harus dilakukan Indonesia untuk mempercepat perubahan, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi ditengah global. Karenanya dibutuhkan 5 aspek utama:

Pertama, capacity. Dalam hal kapasitas Indonesia, khususnya kota yang nantinya akan dirancang menjadi aglomerasi harus memiliki kapasitas daya dukung tempat untuk mendukung populasi yang terus berkembang, seperti ketersediaan dan ketahanan pangan, air, lahan, pohon dan lingkungan hijau.

Kedua, fitness. Fitness ini adalah gambaran ketahanan interaksi antara 'people' dan 'planet', dimana penduduknya harus bisa melakukan adaptasi, mitigasi dan resiliensi ketika berada dalam wilayah aglomerasi.

Ketiga, resilience. Resilience di sini, penduduk kota aglomerasi harus memiliki respon dan alternatif atau solving dalam mengatasi tantangan dari berbagai persoalan dan kompleksitas yang timbul, dari backwash effect adanya aglomerasi. 

Keempat, diversity. Hal ini mengacu bagaimana keanekaragaman penduduk urban, dengan berbagai karakteristik budaya, bahasa, etika, estetika, ras, suku dan lainnya. Sehingga aka nada tatanan baru yang mungkin bisa disepakati dan nantinya menjadi sebuah system yang tercipta secara alamiah membentuk budaya kota aglomerasi dengan differensisasi tertentu.

Kelima, balance. Balance di sini merupakan prinsip dasar keberimbangan antara pembangunan kota aglomerasi dengan penduduk yang ada didalamnya dan ketersediaan sumber daya lingkungan sebagai daya dukung dan daya tampung.

Keenam, regulation. Tata aturan sebagai tata kelola kota yang akan membawa penduduk dalam arus ekonomi global dengan segala tanggungjawab dan perannya dengan model keberimbangan dan ketersediaan alam. 

Regulasi harus mengacu juga pada proses bisnis dan industri yang berjalan serta tujuan besar Indonesia dalam potret visi-misi-goal aglomerasi, termasuk dalam process, healthy, place-specific conditions dan interrelationship sebagai bentuk aglomerasi ideal ke depan.

Singkatnya, aglomerasi menjadi salah satu cara kita secara kenegaraan dalam sifat kebijakan yang diarahkan untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi global, membangun interaksi dan interkoneksi, menciptakan iklim yang resilience terhadap planet, people, profit dan prosperity bagi seluruh penduduk Indonesia.

Mengutip William H. Whyte (1980) dalam bukunya The Social Life of Small Urban Spaces (judul yang sama dengan filmnya), dimana dia menuliskan:

I end then in praise of small spaces. The multiplier effect is tremendous. It is not just the number of people using them, but the larger number who pass by and enjoy them' vicariously', or even the larger number who 'feel better' about the city centre for knowledge of them. For a city, such places are priceless, 'whatever the cos't. They are 'built of a set of basics and they are right in front of our noses'. If we will look. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun