Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

"Aglomerasi" untuk Ekonomi Keberlanjutan dan Akselerasi Capaian SDGs Indonesia

8 April 2024   13:57 Diperbarui: 9 April 2024   10:50 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Penampakan udara kawasan SCBD, Jakarta. (Sequis Tower via Kompas.com) 

"The street is the river of life of the city. They come to these places not to escape but to partake of it". Penggalan sebuah percakapan pada akhir cerita sebuah film di era 1980 dengan judul Social Life of Small Urban Spaces in 1979, garapan William H. Whyte (https://betterwaterfront.org/, 2013). 

Film ini dikemudian hari sangat berpengaruh terhadap bidang perencanaan dan arsitektur, bagaimana kemudian kritik untuk ruang secara intuitif sebuah kota harus diciptakan, dengan dasar 7 faktor utama public space, seperti ruang yang sesuai, interaksi penduduk dengan jalan, sinar matahari yang cukup, ketersediaan air, pohon, makanan dan triangulasi.

Dalam karyanya, Whyte yang berkebangsaan Amerika Serikat ini juga membahas, bagaimana hubungan antara letak jalan dengan alun-alun, taman ataupun plaza bisa menjadi kunci sukses sebuah keramaian kota atau justru sebaliknya. 

Whyte juga merekomendasikan kepada 'Commission Planning' New York pada saat itu soal peraturan zonasi yang membatasi plaza agar tidak lebih dari tiga kaki di atas atau tiga kaki di bawah permukaan jalan untuk memungkinkan visibilitas dan akses yang mudah. 

Alun-alun atau taman kota juga difungsikan sebagai ruang berkumpul yang menarik pengunjung dengan satu tingkat di bawah atau di atas jalan yang terkoneksi dengan keberadaan plaza (https://betterwaterfront.org/, 2013).

Selain Social Life of Small Urban Spaces in 1979, ada juga beberapa film yang menggambarkan situasi tata kota dengan pola aglomerasi, seperti Urbanized (2011), tentang perencanaan kota dari beberapa tokoh arsitektur dengan mengedepankan pola inovasi desain, The Truman Show (1998), yang mengisahkan tentang 'Truman Burbank' dalam sebuah kehidupan yang direkayasa dan mengajak penontonnya untuk ikut menganalisa sejauh mana kita memiliki kendali atas lingkungan dalam sebuah tata kota. Bagaimana kita merancang pilihan atas nama 'kesempurnaan', dan lainnya.

Berikutnya adalah Human Scale (2013), yang menjelaskan tentang cepatnya eksplorasi manusia dalam melakukan urbanisasi, beradaptasi dengan new life style dan bagaimana kemudian cara kita membangun kota saat ini untuk kebutuhan di masa mendatang.

Film ini terisnpirasi oleh Jan Gehl, dengan berbagai tayangan konsep kota-kota besar dan indah di dunia dipadukan dengan narasi epic yang fokus pada elemen 'manusia' sebagai penghuni dari berbagai kota tersebut dari perspektif sosiologis (https://ntb.idntimes.com/, 2022).

Sumber: SCBD Jakarta, https://id.wikipedia.org/, 2023
Sumber: SCBD Jakarta, https://id.wikipedia.org/, 2023

Pandangan yang mungkin mirip dengan keempat film di atas adalah pole dan konsep kawasan Sudirman Central Business District City (SCBD) DKI Jakarta dan Kota Lippo Karawaci di Kabupaten Tangerang, merupakan kawasan kota yang selama ini dikenal dengan kawasan kota industri dan bisnis dengan model 'compact city strategy' atau dikenal dengan model aglomerasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun