Mohon tunggu...
Nopri ansah
Nopri ansah Mohon Tunggu... Guru - SMA

Guru yang suka otomotif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Laporan Best Practice PPG Daljab 2023

5 Februari 2024   19:31 Diperbarui: 5 Februari 2024   19:32 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LAPORAN BEST PRACTICE

 

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X  SMA PGRI 1 PALEMBANG

OLEH : NOPRIANSAH, S.Pd

PENDAHULUAN

Minat belajar merupakan salah satu factor yang mempengaruhi aktifitas belajar siswa, dengan adanya Minat dalam diri siswa akan menumbuhkan keingintahuan dan kesenangan dalam diri siswa untuk terus belajar. Sebenarnya banyak yang mempengaruhi minat belajar siswa misalnya mata pelajaran dan guru yang diduga menjadi penunjang minat belajar siswa [1].

Keingintahuan dan kesenangan belajar itu bisa diperoleh dari materi yang diajarkan serta cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran, jika bahan pelajaran dan cara guru menyampaikan materi pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan baik dan maksimal, karena tidak ada daya tarik bagi dirinya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Sebaliknya bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disampaikan, karena minat menambah kegiatan belajar [2].

Menurut Slameto (2010) mengungkapkan beberapa indicator minat belajar yaitu: Perasaan senang, ketertarikan, penerimaan dan keterlibatan siswa. Minat belajar merupakan salah satu factor yang sangat penting untuk keberhasilan belajar siswa, karena muncul dari dalam diri siswa itu sendiri [3]. Sehingga guru memang sangat berpengaruh dalam menfasilitasi siswa belajar.

Guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk mengusahakan Bagaimana pembelajaran berjalan menarik sehingga dapat membuat siswa merasa tertarik belajar, tetapi tetap memperhatikan karakteristik, kebutuhan belajar siswa dan pembelajaran yang menstimulasi kompetensi berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan berpikir kritis.

Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru untuk diterapkan. Pembelajaran berbasis masalah selanjutnya disebut PBL, adalah salah satu model pembelajaran dinilai efektif untuk meningkatkan minat belajar siswa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh  Nurfaiz Subaktiyo dan Norida Canda Sakti (2023), dalam penelitiannya disimpulkan bahwa model PBL terbukti efektif dalam meningkatkan minat belajar siswa. Dalam penelitian Rusmin Husain dan Widya Natalia (2020) menyatakan bahwa model PBL berpengaruh positif signifikan terhadap minat belajar siswa.

Menurut Woa et al, (2018)Model PBL memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, menganalisis situasi, dan mengolah informasi yang mereka temukan [4] Model PBL tidak hanya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, tapi juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah siswa, berpikir berdasarkan prinsip ilmu pengetahuan yang objektif, metodologis, sistematis dan universal [5].

PEMBAHASAN

Telah diidentifikasi sebelumnya bahwa akar permasalahan yang telah dirumuskan adalah minat belajar siswa yang masih tergolong rendah, hal ini berkaitan erat dengan minimnya penggunaan model pembelajaran yang monoton dan kurangnya pemanfaatan media pembelajaran inovatif dan menarik oleh guru.

Untuk itu model PBL menjadi alternative solusi yang dipilih agar dapat mengatasi permasalahan tersebut.  Model PBL membahas masalah yang terkait dengan kehidupan nyata siswa, dimana siswa dapat melakukan penyelidikan tentang permasalahan terkait dan berkolaborasi untuk mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan. Sehingga melalui Model PBL ini, tidak hanya menstimulus siswa berpikir kritis namun juga melatih kecakapan social siswa. 

Dalam praktik pembelajaran siklus 1, peneliti menggunakan model PBL dilakukan pada fase E, kelas X SMA. Praktik pembelajaran dilaksanakan di SMA PGRI 1 Palembang pada mata pelajaran Biologi. Dengan materi Upaya pelestarian keanekaragaman hayati dengan aokasi waktu 2x45 menit. Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan adalah

  • Setelah mengamati video dan berdiskusi secara kelompok Peserta didik mampu menganalisis masalah -- masalah terkait pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dengan baik (C4)
  • Setelah melakukan diskusi kelompok dan mengkaji sumber bacaan, Peserta didik mampu menyusun pemecahan masalah terkait pelestarian keanekaragaman hayati dengan benar (C6)

Penulis menggunakan media pembelajaran berupa PPT dan video yang penulis ambil dari potongan video yang di produksi oleh LIPI atau lembaga ilmu pengetahuan Indonesia dan dihubungkan dengan video berita actual tentang hilangnya keanekaragaman hayati dari Liputan6.com. kedua video ini dipadukan untuk menghasilkan video yang bertujuan mengorientasi siswa pada masalah yang akan dibahas dan diidentifikasi solusi pemecahan masalahnya oleh siswa dengan cara berdiskusi kolaborasi.

Kegiatan diskusi bertujuan untuk mengoganisasi siswa untuk belajar. Diskusi dipilih untuk melatih kemampuan social-emosional, ketimbang melakukan penyelidikan secara individu dengan diskusi, dimana siswa harus melakukan kolaborasi dalam menemukan dan memecahkan masalah, pada proses ini siswa akan melakukan diskusi mendengarkan pendapat temannya satu sama lain, menerima dan menanggapi pertanyaan, saran dan kritik dari teman dan tak jarang ada saja siswa yang mungkin memiliki ide-ide yang bertentangan satu sama lain. Dan social skill akan berperan penting dalam kelancaran kegiatan belajar ini.

Masing-masing kelompok siswa akan mengembangkan penyelidikan mereka kedalam laporan atau karya dengan panduan LKPD yang telah dibagikan sebelumnya. Kemudian siswa mempresentasikan hasilnya didepan kelas. Dan selama melakukan presentasi perwakilan kelompok akan bergantian menyampaikan hasil analisis diskusi secara bergantian. Baru kemudian guru melakukan refleksi dan apresiasi kerja kelompok. Selama proses belajar guru melakukan observasi dan penilaian kinerja serta hasil diskusi siswa.

      Setelah proses kegiatan belajar berakhir siswa akan diberikan penilaian diri untuk merefleksi pembelajaran dan penilaian pengetahuan untuk mengukur apakah tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum. Penulis juga melibatkan teman sejawat untuk melakukan ceklis kegiatan mengajar.

Langkah selanjutnya adalah penulis melakukan refleksi dengan bertanya pada diri sendiri tentang apakah tujuan pembelajaran telah dicapai, apa yang menjadi tantangan dan kekurangan selama proses belajar. Dan apa yang perlu saya perbaiki dari proses kegiatan praktik pembelajaran ini

Selama pelaksanaan praktik pembelajaran penulis menemui beberapa Tantangan yaitu:

  • Siswa masih cenderung belum terbiasa dengan model PBL ini, sehingga siswa masih banyak yang mengalami kebingungan saat kegiatan belajar, tetapi penulis telah menyiapkan LKPD untuk memandu kerja siswa meski belum sempurna. Karena penulis juga mengalami kesulitan saat menyusun LKPD dan rubric penilaiannya, selain butuh waktu yang lama dalam penyusunannya, dibutuhkan pengalaman yang cukup banyak untuk menentukan kriteria penilaian dan penyusunan LKPD. Untuk mengatasi hal tersebut penulis mencari contoh rubric yang telah berhasil digunakan dan memodifikasinya sesuai kebutuhan.
  • Terbatasnya waktu pengerjaan penilaian penhetahuan peserta didik masih cenderung belum memiliki kesadaran untuk mengerjakan penilaian secara mandiri menurut pendapat, pertimbangan dan kemampuan sendiri. Siswa masih sering bertanya pendapat temannya yang lain untuk menghindari kesalahan. Pemilihan pre-post test dengan bentuk pilihan ganda membuat siswa banyak melakukan tebakan dan tidak terlau teliti dalam membaca soal dan pilihan jawaban. Dalam penyusunan pretes dan postes juga membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit karena pre-post test harus dibuat dengan tingkatan dan kualitas yang sama untuk menghasilkan nilai yang valid. Untuk mengatasi hal ini penulis menegur dan mengingatkan siswa untuk mengerjakan soal secara individu.

Pada siklus II, penulis menyusun identifikasi masalah dengan menambahkan unsur hasil refleksi dari praktik pembelajaran pada siklus 1, selain melakukan kajian literature dan wawancara pakar. Berdasarkan identifikasi diperolehlah hasil bahwa siswa belum sepenuhnya terlibat aktif dalam pembelajaran, hal ini tentu saja mengindikasikan bahwa minat belajar belum sepenuhnya baik. Karena sebagian siswa masih kurang antusias mengikuti kegiatan belajar.

Masih berdasarkan hasil refleksi kegiatan pembelajaran siklus 1, diidentifikasi bahwa penulis belum menerapkan pembelajaran yang mampu menstimulus kemampuan literasi siswa, literasi dalam hal ini berkaitan dengan literasi Membaca dan literasi digital. Hal ini dapat dilihat dari, masih banyak siswa merasa kekesulitan saat diminta membuka sumber belajar yang berbasis internet, seperti video atau mengunduh materi belajar dari internet, seperti jurnal online berbentuk pdf.

Untuk itu penulis mencari alternative lain dalam langkah mengorientasi siswa untuk belajar dengan mengganti sumber belajar berupa artikel berita online yang diakses melalui smartphone masing-masing siswa. Siswa diminta untuk membaca dan mencari permasalahan yang mereka temukan dari bacaan. PPT tetap digunakan sebagai media untuk membantu siswa mudah fokus mengikuti kegiatan praktik pembelajaran.

Adapuan tujuan pembelajaran yang penulis rumuskan adalah:

  • Setelah melakukan diskusi kelompok dengan model PBL tentang kerusakan ekosistem (C) Siswa (A) mampu menemukan (C4) masalah -- masalah terkait ekosistem yang ditemui sehari-hari (B) dengan baik (D)
  • Setelah melakukan diskusi kelompok dengan model PBL tentang kerusakan ekosistem (C) Siswa (A) mampu merekomendasikan (C5) tentang solusi masalah terkait pencegahan kerusakan ekosistem mulai dari ha kecil (B) dengan tepat (D)

Dapat dilihat bahwa penulis melakukan perbaikan perumusan tujuan masalah yang memiliki unsur yang lebih lengkap.

Masalah yang penulis dapat identifikasi selanjutnya adalah, penulis belum menggunakan penilaian pengetahuan berbasis HOTs, maka dari itu, penulis membuat soal penilaian pengetahuan berbasis HOTs. Dengan memanfaatkan video untuk diidentifikasi oleh siswa dan menggunakan narasi yang dianalisis untuk menjawab soal pengetahuan yang dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Untuk menstimulasi literasi digital, penulis memanfaatkan google form sebagai media penilaian pengetahuan ini.

            Setelah praktik pembelajaran berakhir penulis kembali melakukan refleksi tentang apakah tujuan pembelajaran telah dicapai, apa yang menjadi tantangan dan kekurangan selama proses belajar. Dan apa yang perlu saya perbaiki dari proses kegiatan praktik pembelajaran ini

Selama pelaksanaan praktik pembelajaran pada siklus 2 ini penulis menemui beberapa Tantangan yaitu:

  • Siswa yang belum terbiasa untuk membaca artikel dengan tulisan yang cukup panjang. Meskipun dalam bentuk berita. Untuk masalah ini penulis melakukan pembimbingan intensif perkelompok untuk memastikan siswa memahami bacaan dan memancing pemikiran siswa kearah masalah yang harus ditemukan
  • Tidak semua siswa memiliki koneksi internet, untuk itu penulis membagi siswa kedalam kelompok yang heterogen tidak hanya kemampuan kognitifnya saja melainkan sarana yang dimiliki juga. Sehingga artikel online dapat dibaca secara bergantian. Dan didiskusikan bersama.
  • Pada saat melakukan penilaian pengetahuan, penskoran lebih sulit dibandingkan penskoran pada siklus 1, karena berbentuk essai. Sehingga membutuhkan waktu dan tenaga lebih banyak untuk memberikan skor. Untuk itu penulis membuat pedoman penskoran.
  • Belum semua siswa terobservasi dengan baik, karena guru harus membagi fokus antara menilai dan menyampaikan materi serta menjaga kegiatan belajar tetap berjalan kondusif.

Selama melakukan praktik pembelajaran ini juga terdapat manfaat/ hal-ha baik yang dapat penulis dan siswa rasakan diantaranya adalah:

  • Diskusi kelompok membuat siswa merasa tugas yang diberikan terasa lebih mudah, karena dapat berdiskusi dan bergantian mengerjakan tugas. Saat berdiskusi siswa yang lebih lambat akan terbantu dengan penjelasan dari siswa yang lebih cepat mengerti.
  • Untuk PPT siswa merasa mudah untuk berorientasi pada instruksi guru didepan kelas, atau membantu focus pembelajaran. Dan mudah untuk mengikuti kembali kelas saat sewaktu-waktu terdistraksi selama pembelajaran berlangsung.
  • Setelah melakukan wawancara dengan siswa setelah pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa merasa tertarik dengan kegiatan belajar yang diterapkan. Siswa merasa mendapatkan hal baru saat membaca artikel berita yang belum pernah digunakan sebelumnya.
  • Penggunaan google form membuat sebagian siswa lebih tertarik tapi sebagian lagi merasa enggan karena dianggap sedikit repot. penilaian juga dilakukan dengan melibatkan video yang dianalisis untuk menstimulasi kemampuan berpikir tinggi pada siswa.

Setelah melakukan praktik pembelajaran siklus 1 dan siklus 2, dengan memanfaatkan model          PBL, dengan berbagai media dan sumber belajar inovatif lainnya, penulis merasakan beberapa dampak aksi praktik pembelajaran yaitu:

  • Peserta didik merespon pembelajaran dengan positif, peserta didik merasa mendapatkan pengalaman baru saat mendapatkan inovasi pembelajaran ini, seperti model pembelajaran PBL, media pembelajaran  video dan artikel berita online untuk orientasi belajar,  menggunakan LKPD, memanfaatkan internet saat melakukan assessment.
  • Penggunaan PPT mampu memfokuskan perhatian peserta didik dan membuat peserta didik lebih mudah mengikuti pembelajaran, karena PPT membantu orientasi kegiatan belajar.
  • Hasil belajar meningkat dilihat dari hasil penilaian, dimana peserta didik berhasil lulus KKM yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 65.
  • Peserta didik diperbolehkan menggunakan smartphone di sekolah untuk belajar, hal ini memberikan pengalaman baru pada peserta didik dan menstimulus peserta didik untuk menumbuhkan literasi digital

Faktor keberhasilan dari praktik pembelajaran ini ditentukan oleh kesiapan komponen-komponen yang ada pada modul ajar.  Berdasarkan proses dan kegiatan yang telah saya lakukan dengan model, media dan penilaian yang inovatif ini, praktik pembelajaran memiliki pengaruh positif  terhadap guru dan peserta didik. Saya sebagai guru mendapatkan berbagai pengalaman baru, saat menyiapkan praktik ini. Mulai dari mengidentifikasi masalah, menentukan solusi masalah, memilih tujuan pembelajaran dan menentukan modul ajar dan semua komponennya seperti pemilihan sumber belajar (video dan artikel berita online), pemilihan media pembelajaran, menentukan asesmen/ penilaian untuk mengukur ketercapaian pembelajaran, hingga pengamalam mengedit video praktik.

            Faktor lain yang menjadi pendukung keberhasilan praktik pembelajaran ini adalah: adanya dukungan, arahan dan bimbingan dari dosen pengajar, dosen pembimbing PPL dan guru pamong. Dukungan kepala sekolah, rekan sejawat dan siswa yang terlibat langsung dan menjadi subjek permasalahan.

Respon orang lain terkait strategi yang dilakukan adalah:

  • Respon kepala sekolah: mendukung penuh kegiatan belajar yang berlangsung dan memotivasi untuk melanjutkan best practice pada praktik pembelajaran selanjutnya dan terus mengembangkan diri.
  • Respon rekat sejawat antusias dan merasa ingin melaksanakan model pembelajaran inovatif yang telah dilaksanakan.
  • Respon peserta didik: juga positif, karena peserta didik merasa mendapatkan pengalaman baru dalam pembelajaran, mereka merasa tertarik dengan sumber belajar yang baru mereka temui, mengerjakan LKPD, dan melakukan asesmen dengan memanfaatkan smartphone dan internet

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu

  • Permasalahan yang diidentifikasi pada siklus 1 adalah rendahnya minat belajar siswa yang disebabkan model pembelajaran yang monoton dan media pembelajaran yang kurang inovatif dan belum memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi secara maksimal.
  • Model PBL dipilih sebagai solusi dari permasalahan yang telah diidentifikasi karena dinilai sebagai model pembelajaran inovatif yang terpusat pada siswa dan mampu memberikan pengalaman belajar bermakna bagi siswa sehingga siswa mengalami pengalaman belajar langsung dan bersifat jangka panjang bukan sebatas ingatan.
  • Melalui model PBL ini, siswa dilatih untuk dapat berpikir kritis dan kreatif dalam mengidentifikasi masalah dan mencari solusi permasalahan.
  • Dalam model PBL terdapat beberapa komponen pembantu didalamnya berupa media pembelajaran, sumber belajar dan penilaian pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran.
  • Pemilihan strategi pada siklus 2, didasarkan pada hasil refleksi praktik pembelajaran siklus 1 selain melakukan wawancara guru sejawat dan pakar.
  • Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa 1). Siswa belum seluruhnya aktif terlibat dalam pembelajaran, 2). Penulis belum menerapkan pembelajaran berbasis literasi (literasi membaca dan literasi digital). 3) penulis belum menerapkan penilaian berbasis HOTs.
  • Penulis menggunakan model PBL dengan media pembelajaran berbasis digital dalam bentuk artikel berita online dengan menugaskan siswa mengidentifikasi masalah melalui bacaan.
  • Daftar Pustaka

 

[1] Sihaloho, I.M. 2021. Pengaruh Keaktifan Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Vol 1. Hal. 33-42. Prosiding Seminar Nasiona Pendidikan Matematika Universitas Mulawarman.

[2] Gustina, H. 2020. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah Dasar Negeri 68 Kota Bengkulu. (Skripsi, IAIN Bengkulu). [online] diakses pada 2 Febuari 2024. http://repository.iainbengkulu .ac.id/5511/1/skripsi%20hazari%20gustina.pdf.

[3]  Karisma, E.T, Setiawan D, Oktaviani, I. 2022. Analisis Minat Belajar Siswa Pada Pembelajaran Kelas Iv Sdn Jleper 01. Jurnal Prasasti Ilmu. 2(3). 121-126.

[4] Subaktiyo N, Sakti. N.C. 2023. Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Materi Kerja Sama Ekonomi Internasional untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Jurnal Educatio. 9 (3). 1416-1423.

[5] Syamsidah, Suryani H. 2018. Buku Model Problem Based Learning (PBL) Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Makanan. Deepublisher: Yogyakarta.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun