Jika Arya bilang TNI/Polisi melakukan keamanannya baik di Papua, Ia seharusnya baca Laporan lengkap Amnesty International. "Sudah, Kasi Tinggal Dia Mati," Pembunuhan dan Impunitas di Papua.
Amnesty Internasional menyebutkan buruknya penyelesaian kasus pembunuhan di luar hukum. Amnesty mencatat akuntabilitas penyelesaian kasus pembunuhan di luar hukum di Papua amat miris. Dari 69 kasus, 26 kasus diselidiki namun tidak diumumkan ke publik dan 25 kasus tidak diselidiki.
Untuk itu, hasil keberadaan website-website siluman ini adalah hanya memanipulasi dan informasi yang benar-benar tidak kredibel karena Amnesty secara jelas melaporkan hasil ketidak-manusiaan di Papua dan media-media siluman ini hendak membelokkan fakta yang terjadi di tanah Papua.
Apakah benar pembuat media-media ini bisa di sebut catfishing?
Mungkin pembaca tanya-tanya apakah ada kaitannya dengan tulisan ini dengan kata Catfishing. Kata catfising sendiri adalah fenomena aneh yang muncul dari media sosial dan catfish 'lele'. Kini telah memasuki koleksi kata-kata gaul/slang di dunia internetan.
Catfish harafianya dalam kamus Cambridge artinya ikan lele. Di baris berikutnya disebutkan 'catfish' (kata kerja) adalah "jenis kegiatan menipu di mana seseorang menciptakan kehadiran jejaring sosial untuk memanupulasi identitas palsu pada akun jejaring sosial, website, biasanya menargetkan korban tertentu untuk ditipu."
Lebih lanjut, catfishing adalah orang yang ingin menyembunyikan identitas asli mereka, menghindari membuat panggilan telepon dan audio.Â
Orang yang terjerumus dalam catfish ini biasanya juga dapat mencuri foto, video, atau informasi pribadi orang lain untuk membuat profil atau situs web palsu ketika mereka membentuk identitas palsu mereka. Intinya, mereka menciptakan nama atau mendasarkan identitas pada seseorang yang mereka kenal - tapi tidak asli.
Contohnya,  "Pada 1 Desember 2018, menggunakan nama Charles Suebu, di website Papuanews.id mempublikasikan satu artikel di kanal Nasional berjudul "Stop Jadikan 1 Desember Sebagai Hari Sakral di Papua". Catfising membingkai isu dengan hanya mewawancarai satu orang Papua, artikel itu bukanlah karya orisinal.Â
Papuanews.id menyadurnya dari Berita Satu yang juga menyadur dari Suara Pembaruan. Foto yang dipakai milik Joanito De Saojoao dari Suara Pembaruan. Sadur-menyadur tulisan tanpa menyebutkan sumber menjadi pekerjaan rutin orang-orang di balik situs diatas" (Jubi, 2018).
Akhirnya, apakah benar pembuat media-media ini bisa di sebut catfishing? iya, mereka 100% catfising. Dimana pembandingannya? Media telah T&J mengungkap ada empat dalil mendasar mengapa beberapa media online yang selama ini beroperasi di Papua di kategorikan dalam - media siluman.Â