Website milik tuan Arya memuat segala prestasi dan apa yang telah ia lakukan sebagai salah satu CV. Dalam websitenya, ia menyebut diri sebagai warga Indonesia pertama penerima Doktor Bidang Ilmu Politik dan Hub Internasional dari kampus Turki karena ia pribadi menyebutkan peraih PhD dari Istanbul University pada 2016.Â
Namun, profil LinkedIn dan Instagramnya menyebut Arya meraih gelar Doktor dari Fatih University - kampus di Turki yang sudah tutup pada Juli 2016; sayangnya, pusat data tesis dan disertasi di Turki, nama Arya tidak ada, disertasinya pun tidak tersedia.
Syani juga adalah contoh orang di balik media-media ini. Ia alumnus Universitas Budi Luhur, jurusan Hubungan Internasional; nama lengkapnya Syani Zuraida, salah satu penulis tetap di enam situs berbahasa inggris.Â
Perempuan ini tulis di website berbahasa inggris seperti [freewestpapua.co, freewestpapua.co.nz, westpapuaupdate.com, onwestpapua.com, westpapuaterrace.com, dan westapuaarchive.com]. Syani hanya penulis. Lagi, otak di balik keenam situs ini adalah bekas dosennya, Arya Sandhiyudha.Â
Kenapa diatas  saya di sebutkan permainan ini adalah di mainkan oleh mereka yang terdidik? karena meman orang-orang tersebut harus bisa menerjemahkan bahasa indoensia ke inggris - inggris ke indoensia, mereka yang mampu research mendalam yang akhirnya menkonklusi dengan logika benar  - tapi tidak berdasarkan fakta, master persuasi orang.
Karena gelarnya sudah berderetan, apa lagi sekolah di luar negeri, orang bisa mengakui hasil outputnya, publikasinya, pembicaraanya, tulisan-tulisan dalam website silumannya mereka.Â
Namun, orang tidak mungkin melakukan hal kayak begini kalau orangnya tidak pernah tamat sekolahnya seperti mereka karena mengingat petua Indonesia, "semakin berisi, semakin berunduk". Pastinya, aktor di balik media-media fiktif ini adalah intelektualitas akademika, politikus, dan sarjanawan/i - mengeyam gelar berderatan, tapi buta dalam pembuatan dan penyebaran informasi.
Kenapa tidak kredibelÂ
Di sisi penampilan seseorang, jika satu orang pake baju bersih tanpa mandi, kelihatannya aneh dan unfit atau tidak cocok. Nah, hal yang sama juga dilakukan oleh dunia pers . Mau dan tidak media baru harus mendaftarkan diri ke dewan pers dan menyetujui surat perizinan untuk menjalankan medianya termasuk media online maupun offline.
Untuk itu, di dunia media, mereka menamai dengan tidak kredibel apabila ada kejanggalan dalam pemberitaan berita dan tidak mengidentifikasikan keberadaan medianya.Â
Dalam hal ini, menurut research T&J, Di antara daftar 18 media siluman diatas, ada enam media berbahasa Inggris di klaim bikinan oleh tuan Arya Sandhiyudha.Â