Mohon tunggu...
Nopjr
Nopjr Mohon Tunggu... Guru - Blogger

Trial Blogger. bit.ly/ianub

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dengan Nogei di Losari

3 Januari 2017   13:54 Diperbarui: 10 Agustus 2019   12:01 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota daeng – Makassar Sulawesi selatan. Keputusan mendesak datang dari seorang mudiman saya selama saya vocation di Makasar. 

Saya diinap setiap malamnya di dekat persis dengan pantai terkenal di Makassar. yakni: Pantai Losari

Saat matahari mulai turun menghilang, saya sering kesana karena meman kelihatannya sungguh mempesona, apalagi sementara langit lagi menguning, burung-burung berkicau di atas kepala sambil memandang kapal besar maupun kapal ferry melandas menyalahkan lampu berwarna kuningan. 

Hantinya termenung indahnya suasana sore di Pantai tersebut.

Tidak alpa, kalau waktu senggang, saya musti kesana setiap minggu. Iya, kemana lagi, jika tidak ada kendaraan pribadi. Malu saya, kalau jalan kaki di jalan raya sendirian. Jangankan saya ialah seorang perantau. Bukan perantaunya sih, tapi justru saya orang baru di kota itu. 

Di Pantai tersebut saya mengenali beberapa pelayan tukang bakso, bubur, pentol. Setiap saya ke pantai tersebut saya kerep duduk dan membeli jualannya. 

Saya juga sering berikan uang besar tanpa dikembalikan, agar pada saat kunjungan berikutnya saya tidak akan bayar lagi. Begitu-begitu sampai hampir tiga bulan.

Pada pagi hari, ada HP saya sedang berdering di bawah kepala saya, begitu saya lihat, rupanya ada no HP baru meng-SMS saya. 

Saya rasa ini siapa? Nih.

Lalu saya buka isi pesannya di kenel pesan-inbok. Saya mulai baca tulisan di sudut diatas “nogei apa kabar dan posisi sekarang dimana?” loh! 

Ko bilang nogei, siapa dia, saya pun bingung tunduk kepala. Kata nogei sendiri berasal dari Bahasa Ekagi/Mee di Paniai, Papua yang artinya teman/kolega. Namun orang Mee sendiri, kata ini direpresentasikan dalam banyak makna, diantaranya:

1.  True-friend (english) atau teman sejati/tulen, ini berkaitan dengan kisah-kisah lalu yang pernah dilakukan kedua orang, atau kelompok tertentu yang mestinya mengenal satu sama lain. Kenal tidak hanya seantero fisik (image), tapi juga seluk-beluk sisi kehudupan seperti prinsip keyakinan, pendapatan, latar belakang dan kehidupan bersosial.

2.  Nogei adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan oleh sesuatu dan seorang dari siapapun. Itu sudah dijadikan ikatan yang tidak empuk putus kapanpun sampai akhir hayat.

3.  “Kaka” begitu orang bugis menyapa saya saat sedang jalan atau pertama kali ketemu mereka. Di Paniai Nogei  dikumandangkan ketika anda traveling ke Paniai. Absolut mereka akan menyapa sambil mengeluarkan senyuman emas dengan kata Nogei.

4.  Meman Nogei dalam Bahasa Indonesia adalah teman. Paling penting yang dijunjung oleh masyarakat Mee dalam arti kata nogei adalah saling mengasihi. Maka, mereka menerjemakannya  sebagai: “loving others are similar with making friend with God”.

Kembali SMS tadi. Setelah saya membaca, saya lantas mengerti lantaran kata nogei adalah saya sangat familiar denganya. 

Saya menjawab kembali. 

Beberapa kemudian dia lagi ,“Nama saya adalah Ekapiya teman kamu sejak bangku menengah,” teman saya. 

Oh? Sambal mengingat pengalaman kami disana. 

Saya tidak tahu kalau dia ada di kota daeng. Hanya saja dia diberitahukan oleh nogei-nogei lain bahwa saya ada di kota metropolitan ke-5 seindonesia. 

Saya sangat girang menemui face-to-face denganya biar rasa puas dirasahkan karena tiga bulan sebelumnya saya sendiri keluar masuk. Tidak ada nogei-nogei lain yang menemani saya selain hanya Kopi hitam dan coto Makassar.

Setelah Nogei itu dengar saya ada di kota Makassar, dia berjanji meluangkan waktu tuk menemuai tempat tinggal saya. 

Pas, ketika itu akhir pekan alias malam-minggu, dia datang sekitar jam 3:00 PM. Rumah berkaca bertingkat Wisma Kalla pun mulai menurun silaunya. Hampir semua kendaraan ramai memboncing dengan pasangan masing-masing. Orang terlihat badaki pun cerah kelihatannya saat orang lain memperhatikan mereka. 

Saya tahan tekanan untuk membuang tangan hanya untuk memegang wanita permai Makassar. 

Kami berdua menjabarkan, hari ini adalah hari yang unspeakable dengan kata-kata berwarna-warni. Mungkin ini adalah sesuatu keanehan terjadi dalam sejarah kami pada hari ini. Sambil berjalan keliling kota Makassar. Cuaca yang terpuji kami tidak jauh dari kata lapar dan haus. 

Kami mulai lelah. Akhirnya.

Waktunya cari tempat makan. Kami pilih ke Pantai tadi yakni Karebosi. Jangankan hari itu juga hari, dimana masyarakat berbondong-bondong kesana sambil menanti tanggal merah bagi umat Nazrani.

Sampai di Pantai, langsung menuju ke Kakak-kakak tadi (tukang2 bakso). Kak tolong berikan kami dua porsi bakso dan dua gelas kopi hitam? tanya saya dengan berani. 

Setelah menikmati hidangan, kami mulai jalan-jalan melihat pameran di sekitaran Pantai tersebut. 

Nogei sudah bayar ka belum? tanya Nogei ke saya. 

Saya sudah bayar satu bulan yang lalu.  jadi makanmu juga tidak usah bayar, aman! jawab balik ke nogei.

Jarum jam pendek pas pada 10:00, pameran-pameran dari berbagai kalangan mulai ramai memamerkan produk-produk muthakir. Tidak hanya itu panggung nyanyi, permainan, tawaran berbagai bahan bermanfaat maupun merugikan sudah mulai abu naik. 

Oh Iya... dalam penawaran, sementara kami berdua lagi sambil asyik nonton adengan ular yang dilakukan oleh para remaja, segera datang wanita berkhas orang Makassar, kalau tebakan kira-kira mereka adalah umurnya masih pemetikan bunga. Hampir mereka adalah kulitnya putih, wajahnya tertarik. Tanpa mandi pun hahaa.  Perempuan cantik dua itu langsung ajak kami keluar dari area adengan ular tersebut itu. Mereka mengenalkan identitasnya dan kami berdua pun sebaliknya. Kami pun sama-sama duduk bertukar pikiran. 

Mereka orangnya ramah. Sudah berbicara sekian waktu yang lama, akhirnya kamipun mengganti agenda lain. Giliran mereka dan mentawari kami berdua.

Kak? tanya mereka, kamu dua mau tidak untuk bertemani kami disini. 

Kami ada sama-sama ini? jawab balik dari saya. 

Kalau mengantar pulang ke rumah? tambah mereka dua.

Kami tidak punya kendaraan untuk mengantar pulang, request dari saya. 

Kalau meman kalian juga tidak dimiliki kendaraan, bisahkah kalian mengizinkan kami tidur di kediaman kak semalam ini saja, Kak?

Tawaran ke-3. Kami tidak bisa, soalnya kami tidak punya tempat tinggal yang luas. 

Saya bilang, "tidak bisa. Kamar penginapanku kecil."

Biasa kak... itu soal mudah, yang penting bersenang sama-sama. 

Kalau kita sama-sama, pasti tidak akan ada rasa mengantuk hanya akan ada obrolan seperti yang kami sedang lakukan saat ini. Dia ulang negosiasinya.

loh ko pusing ka? jawab saya. Lanjut, barusan obrolan, langsung ajak bermalam bersamaan. 

Keininginan nafsu badaniku terasa kental saat melihat mukanya. Kehasratan pegang tanganku gementar dan saya rasa dunia tidak ada saat hanya mau pegang mereka pu tangan saja. Mungkin saja mereka berpikir dalam hati "kamu dua tidak tahu maksud kami sesungguhnya!". 

Tapi minta maaf Nona Makassar, kami telah dinasihati dari Tukang Coto tentang pengalaman dan kebiasaan yang umumnya dilakukan pengunjung di sini dan segala macam rayuanmu tidak saya terima 100%ly, pikirku dalam hati. 

Wanita seperti kalian ada yang cari dari segelintir pria, tapi kami tidak tahu kamu 2 itu sebenarnya siapa. 

Jangan seperti tebuh yang setelah dikupas muncul ulat dari dalam batang tubuh. 

Seindah Pantai Losari menggambarkan indahnya orang disekitar, tapi sebaliknya kami tidak tahu isi penawaran kedua wanita ini. Apakah kemudian mereka menghiasi dan memanfaatkan kami berdua atau malah sebaliknya. 

Jawaban, hanya mereka dua yang tahu. 

Mencari alasan mau pulang kerumah. Saya mulai menurunkan kelopak mata sudah berkedip-kedip serta minta no HP mereka langsung dengan nama akun sosmed mereka. 

Kami pamit, selamat malam. Kapan-kapan kita akan ketemu kembali. Waktunya pulang ke rumah. 

Teman saya dengan senang mengantarkan saya di tempat semula. 

Nogei, ko meman sa pu nogei yang mampu memberi kelagahan ke padaku. Nogei kasih tahu tentang tempat Lossari. Tempat yang anda biasannya kunjungi.

Tamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun