Selama 20 tahun menetap di camp pengungsian, pada 1995 mereka dikembalikan secara berkala ke tanah leluhur mereka. Namun sebagian besar tak ingin kembali, mereka ingin menetap di Indonesia atau menuju ke negara ketiga seperti Canada, Australia atau Amerika.
Aksi protes pun terjadi. Para pengungsi membakar dan menenggelamkan kapal-kapal yang akan digunakan untuk memulangkan mereka ke Vietnam. Namun pada akhirnya, tak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Pada 2005 lalu, sebagian dari pengungsi kembali ke camp, untuk melakukan reuni.
Sayangnya, kini hanya tersisa sedikit sekali yang bisa dilihat dari bekas camp pengusian itu. Padahal akan sangat indah, bila direka ulang seperti sedia kala. Bukan keindahan yang dinikmati oleh mata yang saya maksud. Tapi lebih keindahan yang dinikmati oleh hati.
Kemurahan hati Bangsa Indonesia memang sungguh luar biasa. Saat ini Indonesia mengelola 13 Rumah Detensi Imigrasi yang tersebar di Tanjungpinang (Kepulauan Riau), Balikpapan, Denpasar, Jakarta, Kupang, Makasar, Manado, Medan, Pekanbaru, Semarang, Jayapura, Surabaya dan Pontianak.
Saat ini Indonesia juga menampung pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Aceh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H