Mohon tunggu...
noor johan
noor johan Mohon Tunggu... Jurnalis - Foto Pak Harto

pemerhati sejarah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jenderal Soedirman, Jenderal AH Nasution, Jenderal Soeharto, dan Jenderal Kunto Arief Wibowo

28 Desember 2024   09:47 Diperbarui: 28 Desember 2024   09:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dualisme pimpinan Angkatan Darat menjadi topik bahasan pada saat Mayor Jenderal Soeharto bertemu Presiden Soekarno di Istana Bogor, tanggal 2 Oktober 1965. Presiden Soekarno marah besar pada Mayor Jenderal Soeharto atas tindakannya tersebut dan kembali menyebutnya dengan Opsir Koppig.                                                                                           

Setelah dijelaskan oleh Mayor Jenderal Soeharto bahwa pengambilaliahan pimpinan Angkatan Darat sesuai dengan standing order, jika Jenderal Yani berhalangan ia yang menggantikan.

Dan langkah itu harus segera diambil agar tidak terjadi kekosongan pimpinan dan  mengkoordinasi para Panglima Kodam berkenaan dengan kudeta G30S/PKI.  

Tanpa koordinasil dan instruksi pimpinan dari Angkatan Darat, maka para panglima  akan bertindak sendiri-sendiri. Hal ini akan sangat membahayakan keamanan negara berkenaan dengan terbunuhnya enam jenderal Angkatan Darat pagi itu.

Setelah mendapat penjelasan dari Mayor Jenderal Soeharto, marah Presiden Soekarno pun reda, dan malah menetapkan Mayor Jenderal  sebagai Panglima Pemulihan Keamanan dan Ketertiban.

Dan  dua minggu kemudian, tanggal 16 Oktober 1965, Presiden Soekarno secara resmi menetapkan Mayor Jenderal Soeharto menjadi Panglima Angkatan Darat dan menaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal.

Mayor Jenderal Kunto

Tanggal 10 April 2023, Panglima Kodam Siliwangi Mayor Jenderal Kunto Arief Wibowo menulis sebuah artikel di Harian Kompas berjudul "Etika Menuju 2024".                                   

Artikel itu mengulas narasi provokatif dalam politik yang  telah menciptakan kemunduran moral di masyarakat. Juga memperingatkan s dampak negatif dari fenomena ini terhadap pertahanan dan keamanan nasional.

Jenderal Kunto menyerukan agar partai politik mengambil langkah untuk memperbaiki keadaan. Namun, seperti yang ia sendiri akui, partai-partai politik saat itu sedang berada dalam kondisi tidak optimal.                                                                                                           

Hipotesisnya menyiratkan bahwa TNI mungkin perlu melangkah lebih jauh, mengambil peran yang lebih aktif untuk menjaga stabilitas bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun