Mohon tunggu...
noor johan
noor johan Mohon Tunggu... Jurnalis - Foto Pak Harto

pemerhati sejarah

Selanjutnya

Tutup

Politik

58 Tahun Surat Perintah 11 Maret

10 Maret 2024   16:12 Diperbarui: 10 Maret 2024   16:17 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Soeharto dan Presiden Soekarno,  Juli 1966 (foto: Sekneg)

Pak Harto Koreksi Kesalahan Diorama Supersemar

Pengetikan ulang surat perintah itu menjadi satu lembar dilakukan oleh Sekretariat Negara. Apakah Pak Harto tahu dan menyetujui?                        

Mengenai hal itu dapat dibandingkan dengan diorama Supersemar di Monumen Nasional yang dibuat oleh Kepala Pusat Sejarah ABRI Nugroho Notosusanto.                                                                                                                         

Diorama itu dikoreksi oleh  Pak Harto dengan menghadirkan M. Jusuf dan Amir Mahmud (Basuki Rachmat telah meninggal dunia) sebagai saksi sejarah Supersemar.

Pada diorama itu digambarkan Pak Harto memakai pakaian dinas militer menerima Supersemar dari Mayjen Basuki Rachmat didampingi Brigjen M. Jusuf dan Brigjen Amir Machmud, dikawal CPM dan disaksikan mahasiswa memakai jaket kuning.                                                               

Pak Harto memprotes sekaligus mengoreksi kesalahan diorama itu. Pada waktu menerima Supersemar Pak Harto sedang sakit dan terbaring di tempat tidur di kediaman Jalan Agus Salim.                                  

Koreksi Pak Harto dibenarkan oleh M. Jusuf dan Amir Machmud yang pada waktu itu sebagai pelaku sejarah peristiwa tersebut. Namun kesalahan diorama yang yang sudah diprotes dan dikoreksi oleh Pak Harto, sampai sekarang tidak pernah diperbaiki.

Kesalahan penggambaran sejarah (diorama) diprotes oleh Pak Harto karena tidak sesuai dengan fakta sejarah, dan sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat tidak ada kewajiban bagi Panglima mendokumentasi surat yang ia terima karena urusan mendokumentasikan surat-surat bukan pada  Panglima.

Mengenai keberadaan Supersemar---Pak Harto pernah memerintahkan Menteri Sekretaris Negara Moerdiono untuk menelusuri keberadaan surat perintah tersebut. Moerdiono membentuk tim kecil, namun, sampai Pak Harto berhenti sebagai Presiden, tim kecil tersebut tidak berhasil mengetahui keberadaan Supersemar.

Jika disusuri---Supersemar dibawa dari Bogor ke Jakarta (ke rumah Pak Harto) oleh Mayjen Basuki Rachmat (bersama M. Jusuf dan Amir Machmud). Setelah menerimat surat itu, Pak Harto memerintahkan mengadakan rapat di Kostrad.                                                             

Di Kostrad, Pak Harto menyerahkan surat perintah itu kepada Ketua G V Koti Brigjen Sutjipto SH, karena surat perintah itu akan dijadikan konsideran surat keputusan pembubaran PKI.                                                           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun