Mohon tunggu...
noor johan
noor johan Mohon Tunggu... Jurnalis - Foto Pak Harto

pemerhati sejarah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jenderal Besar Soedirman, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution dan Jenderal Besar Muhammad Soeharto

30 September 2023   14:00 Diperbarui: 30 September 2023   14:05 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Besar Abdul Haris Nasution & Jenderal Besar Muhammad Soeharto (foto Sekneg)

Tanggal 13 Juni 1997, Panglima Kostrad Letnan Jenderal TNI Wiranto, dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat menggantikan Jenderal TNI Hartono,  dalam satu upacara  di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD).                            

Hadir pada upacara pelantikan   senior-senior Tentara Nasional Indonesia (TNI) antara lain Jenderal TNI (Purnawirawan) AH Nasution, Letnan Jenderal   TNI (Purnawirawan) Sayidiman Hadiprodjo, dan Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Himawan Sutanto.

Selesai upacara, Wiranto menghampiri Nasution yang menjadi tamu kehormatan. Sambil membungkuk, Wiranto mencium tangan Nasution.                                                        

    

Regenerasi TNI telah berlangsung dengan paripurna, dimulai sejak tokoh Angkatan 45 Jenderal TNI M Yusuf menyerahkan estafet kepemimpinan TNI pada generasi era kemerdekaan Jenderal TNI Beni Murdani.                                                                                   

Wiranto yang lahir pada  4 April 1947 di Solo, pada saat Nasution menjadi Panglima Komando Jawa, kini ia menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat.                                                                

    

Nasution pun tercatat sebagai KASAD terlama yakni dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1962, dipotong jeda tiga tahun karena sanksi atas "Peristiwa 17 Oktober".

    

Ternyata adegan Wiranto mencium tangan Nasution mendapat perhatian dari semua yang hadir dan selanjutnya mereka melontarkan gagasan untuk memberikan anugerah kepada Jenderal  TNI Abdul Haris Nasution yang telah berhasil meletakan dasar-dasar ketentaraan di Indonesia.

    

Gagasan itu kemudian dibahas di Markas Besar TNI oleh Panglima TNI Feisal Tanjung dan staf, yang selanjutnya dirumuskan menganugerahi tiga tokoh TNI  pangkat kehormatan Jenderal Besar Bintang Lima yaitu;  Soedirman,  Abdul Haris Nasution, dan Muhammad Soeharto.

    

Adalah Amerika serikat yang mula-mula menganugerahkan pangkat Jenderal Besar Bintang Lima kepada prajurit-prajuritnya yang berhasil dengan gemilang memenangkan berbagai palagan seperti Eisenhower, Omar Bradley, Marshall, Mc Arthur, dan Nimitz sebagai Laksamana Besar.                                             

    

Untuk Indonesia, selain berhasil memenangkan berbagai palagan, ditambah dengan kepiawaian menjalankan peranan politik tentara di tengah lautan partai politik di Indonesia serta  sumbangsih mereka dalam pembangunan karakter bangsa.  

              

Reputasi gemilang diberbagai palagan telah ditorehkan oleh ke tiganya.

Soedirman terpilih menjadi Panglima Tentara yang pertama dan disebut dengan Panglima Besar.                                                                               

Ia berhasil membangun Organisasi Tentara dari nol menjadi Organisasi Tentara yang solid.                                                                                                                

Tidak saja membangun Organisasi  Tentara, Soedirman adalah  komandan pertempuran yang piawai dalam  "Palagan Ambarawa", serta pemimpin perang gerilya yang legendaris.                                                                 

"Politik tentara adalah politik negara", menjadi pegangan Soedirman menghadapi lautan politisi yang ingin menarik-narik tentara ke politik.

Jenderal Soedirman adalah satu-satunya di dunia, Panglima Perang  yang meminpin pertempuran "dari atas tandu."

Sedang Nasution adalah konseptor taktik perang gerilya saat ia menjadi Panglima Komando Djawa.                                                                                       

Taktik perang gerilya kemudian dibukukan diberi judul "Pokok Pokok Gerilya". Buku ini diterjemahkan ke berbagai bahasa dan menjadi buku wajib bagi taruna di berbagai akademi militer di dunia, termasuk akademi militer  di Amerika,  West Point.

Panglima Siliwangi yang pertama ini memimpin pertempuran yang dikenal dengan "Bandung Lautan Api."

 

Sebagai KASAD, Nasution memimpin penumpasan berbagai pemberontakan mulai dari DI/TII hingga PRRI/Permesta, dan Nasution dikenal sebagai konseptor "jalan tengah."

 

Sedangkan Soeharto sudah meminpin tiga pertempuran yaitu Pertempuran Kota Baru, Pertempuran Maguwo, dan ikut dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang, saat ia menjabat sebagai Wakil Kepala BKR Yoyakarta.

Setelah resmi menjadi prajurit TNI pada 5 Oktober 1945,  Soeharto ditetapkan sebagai Komandan Batalyon X Divisi IX dengan pangkat Mayor.

Batalyon X ikut dalam pertempuran di Ambarawa yang dipimpin oleh Kolonel Soedirman. Pertempuran ini dikenal dengan nama "Palagan Ambarawa." Soedirman bertemu Soeharto yang dikenalnya sejak pendidikan PETA di Bogor, 1944.

Agresi militer  kedua, Belanda berhasil menduduki Ibukota Perjuangan Yogyakarta.  Letnan Kolonel Soeharto meminpin Brigade X/Werhkreise III menyerang kedudukan Belanda Yogya dan berhasil menduduki kota Yogya selama enam jam. Serangan ini dikenal dengan Serangan Umum 1 Mareta 1949.

Tahun 1962, Mayor Jenderal Soeharto ditunjuk  oleh Presiden Soekarno sebagai Panglima Komando Mandala,  untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda.

Panglima Komando Mandala Mayor Jenderal Soeharto menjabarkan strategi militer  Operasi Jayawijaya. Operasi Jayawijaya adalah operasi militer terbesar yang pernah dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia, melibatkan hampi  empat pulut ribu prajurit yang terdiri dari matra Darat, Laut, Udara, dan Kepolisian, sekaligus sebagi  operasi lintas udara dan operasi kapal selam.

Tanggal 1 Oktober 1965, gerombolan G30S/PKI menculik dan membunuh enam jenderal dan satu perwira Angkatan Darat. Dari jenderal-jenderal Angkatan Darat yang tersisa, adalah Mayor Jenderal Soeharto yang pertama kali memutuskan menumpas kudeta berdarah ini,  menyelamatkan  Indonesia  menjadi negara komunis.

                                                                                                         

Mempertimbangkan perlunya menghargai jasa-jasa dan prestasi jenderal-jenderal Tentara Nasional Indonesia yang sukses melampoi beban tugasnya,  pada 5 Oktober 1997, Jenderal Soedirman, Jenderal Abdul Haris Nasution, Jenderal Muhammad Soeharto, dianugerahi pangkat kehormatan "Jenderal Besar Bintang Lima."

Ke depan akan sulit bagi prajurit-prjurit TNI menyandang pangkat Jenderal Besar Bintang Lima kecuali terjadi Perang Dunia ketiga, dan dalam perang itu sang prajurit  berprestasi melampoi beban tugasnya. Njn.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun