Mohon tunggu...
Noncik Langgur
Noncik Langgur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Membaca dan Menulis. Menulis dan membaca

Apa Yang Engkau Tidak Tahu Tahulah Engkau Bahwa Engkau Tidak Tahu. Wae Keram.Id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Eksistensi Cinta Sejati

29 September 2024   17:21 Diperbarui: 29 September 2024   17:37 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: female

 

Pada waktu memberi aku rasa, yang cukup berbeda 

Dia lewat tak sengaja aku melihat

Rasa begitu cepat tumbuh, ingin dia menjadi tempat teduh 

Waktu selalu memberi kesempatan untuk kita ketemu, tapi tak saling sapa

Kita memang orang asing yang tak saling kenal 

Tapi kenapa rasa itu tumbuh begitu kuat, sehingga aku tersiksa oleh rindu 

Tempat indah yang selalu kita kunjung begitu sunyi, nyaman untuk bercerita tentang persoalan hidup 

Ruangan sunyi menyimpan berbagai bisikan, dari setiap orang berkunjung disitu 

Ruangan itu memberi kita ketenangan, juga mengajarkan arti kesabaran yang sesungguhnya 

Melihat ke arahnya suatu kewajibanku ketika kita sama-sama mengunjungi tempat itu

Waktu kembali mempertemukan kita di situ, di suatu malam yang cukup tenang 

Dia duduk pas di sampingku, mood serasa berubah bingung cerita apa yang aku sampaikan kepada Tuhan 

Seiring waktu berjalan Doaku sakin mengalir, ceritakan dengan jujur atas harapan untuk hidup selanjutnya kepada Tuhan 

Seketika aku mendengar tangisan kecil, mataku terbuka lalu melirik kearahnya 

Pipinya berlinang air mata, mewakili suasana hati tak baik-baik saja

Ingin aku menyapa tapi takut mengganggu 

Seketika aku bergegas pulang, berdiri lalu meninggal ruangan itu

Sampai di parkiran aku mendengar suara seperti ada orang yang memanggilku dari belakang 

Ketika aku balik badan dan melihat kebelakang, dia datang dengan senyum, lalu ucapkan kata maaf

Dia memberikan tanggan untuk kenalan, aku sambut rama dengan senyum, kasih tanggan lalu sebut nama

Dia mengajak aku untuk pulang bareng, dan singgah di cafe di pinggir jalan

Sambil menikmati kopi dan kentang goreng, dia awali pembicaraan dengan kata maaf 

Lalu susul dengan kata tanya, orang mana, tinggal di mana

Percakapan begitu intens rasa canggung semakin menghilang, kalimat-kalimat bercanda semakin vokal dari mulutnya 

Aku melihat wajahnya semakin cerah, bebannya semakin berkurang, senyuman semakin jujur 

Seketika hatiku senang karena kehadiranku yang tak sengaja bisa membuat dia tersenyum bahagia 

Jarum jam dinding di cafe itu berputar begitu capat, hingga waktu tak terasa

Kita bergegas pulang, lalu istirahat untuk menyambut hari esok dengan senang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun